Sabtu, 12 Desember 2015

profil tanah wahyudi



Laporan Praktikum
Dasar Dasar Ilmu Tanah
PROFIL TANAH



NAMA                       : WAHYUDI WAHID
NIM                            : G11115057
KELAS                      : DASAR DASAR ILMU TANAH D
ASISTEN                   : PRATAMA PUTRA




PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
 


I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
 Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke bebatuan induk tanah (regolit), yang biasanya terdiri dari horizon-horizon O-A-E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih di pengaruhi cuaca di sebut solum tanah, horizon O-A disebut tanah lapisan atas dan horizon E-B disebut lapisan tanah bawah (Hanafiah,2005)
Pada suatu profil tanah yang lengkap dapat kita liat beberapa lapisan yang membentuk tanah. Dan lapisan-lapisan tersebut pada beberapa macam tanah dikenal sebagai  horizon genesa tanah (lapisan yang terbentuk di tempat itu sehubungan dengan berlangsungnya proses perombakan bahan induk  tanah). Adanya lapisan-lapisan dalam tanah ini karena berlangsungnya perombakan atau tingkat perombakan yang merupakan hasil perombakan yang tidak sama. Lain halnya pada tanah yang tergolong Entisol, di sini lapisan-lapisan merupakan hasil penimbunan bahan yang berasal dari tempat lain. Lapisan-lapisan yang terbentuk  sebagaimana kita lihat pada profi tanah dapat dikatakan tidak selamanya tegas dan nyata sehingga kerapkali batas-batasnya agak kabur dan kejadian demikian akan menyulitkan dalam penelitian (Susanto, 2005)
Pada suatu profil tanah yang lengkap dapat kita lihat beberapa lapisan yang membentuk tanah. Dan lapisan-lapisan tersebut pada beberapa macam tanah dikenal sebagai horizon genesa tanah (lapisan) yang terbentuk di tempat itu sehubungan dengan berlangsungnya proses perombakan bahan induk tanah. Adanya lapisan-lapisan dalam tanah ini karena berlangsungnnya perombakan atau tingkat perkembangan yang merupakan hasil perombakan yang tidak sama. Lain halnya tanah yang tergolong Entisol, disini lapisan-lapisan merupakan hasil penimbunaan bahan yang berasal dari tempat lain. Lapisan-lapisan yang terbentuk sebagaimana kita lihat dari profil tanah dapat dikatan tidak selamanya tegas dan nyata sehingga kerap kali batas-batasnya agak kabur dan kejadian demikian akan menyulitkan dalam penelitian. Dari uraian di atas maka pencanderaan suatu profil tanah akan membantu kita dalam memperoleh gambaran tentang sifat-sifat tanah, terutama yang erat dengan pertumbuhan tanaman dan dengan pencanderaan itu akan membuktikan kita lebih mengetahui tentang sifat dari setiap horizon (lapisan-lapisan penyusun tanah). Dalam hal ini misalnya dapat ditentukan tentang adanya lapisan endapan air pada kedalaman tertentu sehingga dengan demikian dapat di tentukan mengenai cara-cara pengolahan dan pengelolaan tanah bagi pembudidayaan tanaman di tempat tersebut (Sutedjo dan Kartasapoertra, 2010).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum ini yaitu dimana kita dapat mengamati langsung di lapangan mengenai profil tanah  dan juga mengamati lapisan-lapisan tanah tersebut.
Manfaat praktikum ini yaitu sebagai bahan informasi dan juga merupakan bahan  untuk meningkatkatkan pemahaman tentang profil tanah yang ada di sekitar kita.


II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Tanah
            Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke bebatuan induk tanah (regolit), yang biasanya terdiri dari horizon-horizon O-A-E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih di pengaruhi cuaca di sebut solum tanah, horizon O-A disebut tanah lapisan atas dan horizon E-B disebut lapisan tanah bawah (Hanafiah, 2005)
            Meskipun tanah terdiri dari beberapa horizon, namun bagi tanaman yang sangat penting adalah horizon O-A (lapisan atas) yang biasanya mempunyai ketebalan di bawah 30 cm, bahkan bagi tanaman berakar dangkal seperti padi, palawija dan sayuran-sayuran yang paling berperan adalah kedalaman di bawah 20 cm. Oleh karena itu istilah kesuburan tanah biasanya mengacu pada ketersediaan hara pada lapisan setebal ini, yang biasanya di sebut sebagai lapisan olah. Namun bagi tanaman-tanaman perkebunan dan kehutanan (pepohonan) untuk jangka panjang lapisan tanah bawah  juga menjadi sumber hara dan air (Hanafiah, 2005).                                                                            Menurt Sutedjo dan Kartasapoetra (2010) menemukakan bahwa setiap tanah memiliki horizon-horizon yang mencirikan dan sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman tingkat tinggi.
             Istilah sifat tanah digunakan untuk menjembatani beberapa konsep yang mempunyai persamaan arti, misalnya karakter, karakterstik, kenampakan, dan laksana. Sifat pedogenesis adalah total semua sifat tanah yang diamati dalam pedon. Sifat ini dapat dikelompokkan berdasarkan perbedaan proses pedogenesis dan faktor-faktor yang mempengaruhi, yakni Litogenetik, Climatogenetik, Fitogenetik, Hidrogenik, Antropogenik (Sutanto, 2005).
           Bagi tanaman fungsi pertama tanah sebagai media tumbuh adalah sebagai tempat akar berpenetrasi (sifat fisik) yang selama cadangan nutrisi (hara) masih tersedia didalam benih, hanya air yang diserap oleh akar-akar muda kemudian bersamaan dengan makin berkembangnya perakaran cadangan makanan ini menipis, untuk melngkapi kebutuhan maka akar-akar ini mulai pula menyerap nutrisi  baik berupa ion-ion organik seperti N,P,K  (Hanafiah, 2005).

2.2.1 Sifat Fisik Tanah
Secara keseluruhan sifat-sifat fisik tanah ditentukan oleh, ukuran dan komposisi partikel-partikel hasil pelapukan bahan penyusun tanah, jenis dan proporsi komponen komponen penyusun partikel-partikel ini, keseimbangan antara suplai air, energy dan bahan dengan kehilangannya, dan intensitas reaksi kimia dan biologis yang telah atau sedang berlangsung, sifat fisika tanah dibagi menjadi beberapa yaitu, Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relativ dan fraksi pasir (sand) (berdiameter 2,00-0,02 mm atau 200-2000 µm, debu (silit) (berdiameter 0,20-0,02 mm atau 200-2 µm dan liat (clay)(<2 µm). Lal mengemukakan dalam Hanafiah (2005), bahwa partikel  berukuran di atas 2 mm seperti krikil dan bebatuan kecil tidak tergolong sebagai fraksi tanah, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa harus di perhitungkan dalam evaluasi tekstur tanah. Struktur, apabila tekstur mencerminkan ukuran ukuran partikel dari fraksi-fraksi tanah ,maka struktur merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel kimia tanah (fase, debu dan liat individual) hingga partikel-partikel sekunder (gabungan partikel-partikel primer yang di sebut ped (gumpalan) yang membentuk agregat (bongkah). Tanah yang partikel-partikelnya belum bergabung, terutama yang bertekstur pasir, disebut tanpa struktur atau berstruktur lepas, sedangkan tanah bertekstur liat-liat, yang terlihat massif (padu tanpa ruang pori, yang lembek jika basah dan keras ketika kering) atau apabila di liat dengan air membentuk pasta disebut juga tanpa struktur. Konsistensi tanah, apabila struktur merupakan hasil keragaman gaya-gaya fisik (kimiawi dan biologis) yang bekerja didalam tanah maka konsitensi merupakan ketahanan tanah terhadap tekanan gaya-gaya dari luar, yang merupakan indikator derajat manifestasi kekuaan dan corak gaya-gaya fisik (kohesi dan adhesi) yang bekerja pada tanah selaras dengan tingkat kejenuhan airnya. penurunan kadar air aka menyebabkan tanah kehilangan sifat kelekatan (stickness) dan kelenturan (plastissity), menjadi gembur (friable) dan lunak (soft), serta menjadi keras dan kaku (coheren) pada saat kering bobot tanah, bobot merupakan kerapatan tanah per satuan volume yang dinyatakan dalam dua batasan yaitu kerapatan partikel (bobot partikel, BP) adalah bobot massa partikel padat per satuan volume tanah, biasanya tanah mempunyai kerapatan partikel 2,6 g cm-3, dan kerapatan massa (Bobot Isi, BI) adalah bobot massa tanah kondisi lapangan yang dikering-ovenkan persatuan volume. Nilai kerpatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel-partikel tanah, makin kasar maka akan makin berat. Tanah lapisan atas yang bertekstur liat dan berstruktur Granuler mempunyai BI antara 1,0 -1,3 g cm-3, sedangkan yang berstektur kasar ber BI antara 1,3-1,8 g cm-3. BI air =1 g cm=1 ton m. Porositas, porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga merupakan indikator kondisi drainase drainase tanah. Tanah yang poreus berarti tanah cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk-keluar tanah secara leluasa, sebaliknya jika tanah tidak poreus. Aerasi Tanah, Aerasi Tanah merupakan istilah yang mengindikasikan kondisi tata/udara (keluar-masuknya udara) dalam tanah. Aerasi baik berarti keluar-masuknya udara dari dan kedalam tanah terjadi tampa hambatan, sedangkan aerasi buruk berarti sebaliknya. Temperatur tanah, temperature (suhu) adalah suatu sifat tanah yang sangat penting,  Secara langsung mempengruh petumbuhan tanaman, dan juga terhadap kelembaban, aerasestruktur, aktifitas nitrobial, dan enzimatik, dekomposisi serasa/sisa tanaman dan ketersedian hara-hara tanaman. Temperatur tanah merupakan salah satu faktor tumbuh tanaman yang penting sebagaimana halnya air, udara, dan unsur hara. proses kehidupan bebijian, akar tanaman dan mikroba tanah secara langsung dipengaruhi oleh temperatur tanah. Laju reaksi kimiawi meningkat dua kali lipat untuk setiap 10 derajat kenaikan temperatur. Warna tanah, warna tanah merupakan indikator sifat kumia tanah. Tanah yang berwarna gelap berarti banyak mengandung bahan organik tanah atau belum mengalami pelindian (leaching) hara secara instensif, sehingga relatif subur, sedangkan tanah yang berwarna terang atau pucat berarti berBOT (bahan organik tanah) rendah atau telah mengalami pelindian hara instensif, sehingga relative miskin. Warna tanah itu tidak murni, dalam suatu warna, warna cokelat misanya, di sana sini sering terhadap tambahan berupa kumpulan titik dan corengan merah, kuning  atau warna gelap (hitam) (Hanafiah, 2005).
2.2.2. Sifat Kimia Tanah
Sutanto mengemukakan bahwa perilaku kimia tanah didefenisikan sebagai keseluruhan reaksi fisik kimia dan kimia yang berlangsung antar-penyusun tanah serta antara penyusun tanah dan bahan yang ditambahkan kedalam tanah dalam bentuk pupuk ataupun pembenahan tanah lainnya.
1. Pertukaran Ion
Ion adalah koloid anorganik (mineral lempung) dan koloid organik (humus). Kapasitas Tukar Kation (KTK me/100 g tanah) ditakrifkan sebagai kemampuan koloid tanah untuk menjerap dan mempertukarkan ion dengan muatan (charge) yang sama (+ dan -) dan permukaan koloid yang bermuatan negatif. Kation tertukarkan yang paling penting adalah Ca, Mg, K, Na, H, Al, yang relatif lebih rendah adalah NH4 dan Fe, dan dalam jumlah sendikit Mn, Cu, dan Zn.
2. Reaksi Tanah (pH Tanah)
Sutanto mengemukakan bahwa reaksi tanah dapat diukur dan ditulis denhan pH, sama dengan –log [H+], berkisar antara 10-1 sampai 10-12 mol/liter. Makin tinggi konsentrasi ion H, makin rendah –log [H+] atau pH, dan makin asam reaksi tanah. Secara umum keasaman tanah dibedakaan atas asam, netral, dan basa.
3. Sifat Redoks Tanah
Tanah banyak mengandung sistem oksidasi-reduksi yang bersifat dapat balik (reversible) dalam waktu yang relatif singkat. Pada kebanyakan sistem, proses-proses oksidasi hanya melepaskan elektron, tetapi juga melepaskan ion H+, sedangkan proses reduksi memerlukan ion H+.









III. METODOLOGI
3.1. Letak Geografis dan Administrasi                                           
Berdasarkan letak geografisnya, lokasi pengamatan terletak di 5º8’6” LS dan 119º241’17” BT. Dengan batas sebelah utara pemukiman, sebelah barat perkebunan, sebelah selatan perkebunan jati, sebelah timur jalan raya.
3.2. Tempat dan Waktu
Praktikum penggalian profil tanah dilaksanakan di Teaching Farm, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddan, Makassar. Pada hari Minggu, 11 Oktober 2015 pada pukul 10.00 WITA - selesai.
3.3. Alat dan Bahan
Peralatan yang diperlukan adalah peralatan mekanik seperti cangkul, linggis, skop, peralatan deteksi seperti  pisau  lapangan, meteran gulung otomatis, lup, buku munsell, komputer, dan monolit (bila tersedia). Adapun bahan-bahan yang diperlukan meliputi profil tanah, dan gambar-gambar profil tanah dari foto-foto dan literatur.
3.4. Prosedur Kerja
Hal pertama yang harus dilakukan yaitu membuat lubang penampang harus besar, agar orang dapat mudah duduk atau berdiri didalamnya agar pemeriksaan berjalan lancar, mengukur penampang  2 m X 1 m sampai bahan induk dan pemeriksaan disisi lubang penampang ruang mendapat sinar matahari, tanah bekas galian jangan ditumpuk diatas sisi penampang pemeriksaan, penampang pewakil adalah tanah yang belum mendapat gangguan, misalnya timbunan serta jauh dari pemukiman, jika berair maka air yang didalam penampang harus dikeluarkan sebelum pengamatan, melakukan pengamatan pada sinar matahari cukup (tidak terlalu pagi atau sore).
3.4.1. Penggalian Profil
Penggalian profil tanah  dilakukan untuk menngetahui proses-proses pembentukan tanah (genesis) yang telah dilaluinya, makin lengkap atau makin berdiferensiasi horizon-horizon tanah berarti makin tua umur tanah, namun kelengkapan atau diferensiasi horozon ini akan makin berkurang atau makin baur apabila tanah mengalami erosi.


3.4.2. Pengambilan Sampel Tanah Utuh
Meratakan dan membersihkan lapisan yang akan diambil, kemudian meletakkan ring sampel tegak lurus (bagian runcing menghadap kebawah) pada lapisan tanah tersebut, menekan ring sampel sampai bagiannya masuk ke dalam, meletakkan ring lain tepat diatas ring sampel pertama, kemudian tekan lagi sampai bagian bawah dari ring sampel kedua masuk kedalam tanah (10 cm), menggali ring sampel beserta tanah didalamnya dengan skop atau linggis, memisahkan ring sampel kedua dari ring sampel pertama dengan hati-hati, kemudian potonglah kelebihan tanah yang ada pada permukaan dan bawah ring sampel sampai permukaan ratah dengan permukaan ring sampel, menutup ring sampel dengan plastik lalu simpan didalam kotak khusus yang telah disediakan.
3.4.3 Pengambilan Sampel Tanah Terganggu
Ambillah tanah dengan pisau sesuai dengan lapisan yang akan diambil, mulailah dengan lapisan paling bawah dan masukkan dalam kantong plastik yang telah diberi label.















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
DATA PROFIL TANAH
I.     SITUS INFORMASI
a.      Profil tanah                                                  : 1
b.      Klasifikasi tanah                                          : Alfisol
c.       Tanggal observasi                                         : 11 Oktober 2015                  
d.      Lokasi                                                          : Mto (S, N, W, S)
·         Sebelah utara                                    : Pemukiman
·         Sebelah timur                                   : Jalan raya
·         Sebelah selatan                                 : Tanaman kedelai
·         Sebelah barat                                    : Pohon jati
Dari jalan utama                                     : Perintis Kemerdekaan
Kelurahan/Desa                                     : Tamalanrea
Kordinat BT                                          : 5°8ʼ6” LS dan 119°241’17” BT
LS/LU                                                    : LS
e.       Elevasi (m)                                                   : 20 mdpl
f.       Vegetasi/penggunaan lahan                         : Pohon jati
g.      Cuaca tanah saat deskripsi                           : Cerah
Tabel 1. Penggambaran Horizon
Nomor lapisan
1
2
3
Simbol horizon
A
B
C
Kedalaman lapisan tanah (cm)
0-20 cm
20-70 cm
70-90 cm
Warna tanah
5 YR 4/6 (Dark yellow brown)
2,5 YR 4/8 (Red)
5 YR 5/6 (Dark yellow brown)
Tekstur
Silty
Clay
Clay
Struktur
Weak granular
Moderate, prismatic
Strong, crumb


4.2. Pembahasan      
Berdasarkan hasil praktikum profil tanah membuktikan bahwa pada tanah memiliki beberapa horizon yang diantara horizon-horizon tersebut sangat berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dimana Sutedjo dan Kartasapoetra (2010) berpendapat bahwa setiap tanah memiliki horizon-horizon yang mencirikan dan sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman tingkat tinggi.
Berdasarkan hasil pengamatan diatas dijelaskan bahwa pada lapisan tanah pertama (I) yang diamati pada kedalaman 0-20 cm, memiliki warna kuning coklat tua (Dark yellow brown), karena pada lapisan ini memiliki kadar bahan organik yang tinggi sehingga tanah tersebut memiliki warna kuning coklat tua. Memiliki tekstur silty, membentuk bola yang mudah sekali hancur, sedikit sekali melekat dan memiliki struktur yan halus.
Pada lapisan tanah kedua (II)  yang diamati pada kedalaman 20-70 cm dan memilik warna  Red,  memiliki tekstur liat, dimana pada tanah tersebut terasa agak berat dan halus, sangat lekat,  mudah membentuk bola dengan baik, dan mudah membentuk gulungan.
Pada profil tanah ketiga (III) yang diamati pada kedalaman 70 - 90 cm dan memiliki warna kuning coklat tua (cerah) (Dark yellow brown),  pada lapisan ini memiliki warna yang hampir sama pada lapisan pertama dan memiliki tekstur liat, dimana pada tanah tersebut terasa agak berat dan halus, sangat lekat,  mudah membentuk bola dengan baik, dan mudah membentuk gulungan.
Pada lapisan profil diatas memiliki perbedaan warna yang dipengaruhi oleh kadar bahan organik pada tanah tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hanafiah (2005) yaitu, tanah yang berwarna gelap berarti banyak mengandung bahan organik tanah atau belum mengalami pelindian (leaching) hara secara instensif, sehingga relatif subur, sedangkan tanah yang berwarna terang atau pucat berarti berBOT (bahan organik tanah) rendah atau telah mengalami pelindian hara instensif, sehingga relatif miskin.
                                                                                                          


V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Lapisan pertama mempunyai kedalaman 0-20 cm, yang, memiliki tekstur silty, struktur Weak granular dan berwarna Dark yellow brown. Lapisan kedua mempunyai kedalaman 20-70 cm, yang bertekstur Clay, berstruktur Moderate, prismatic dan berwarna Red. Lapisan ketiga mempunyai kedalaman 70-90 cm, bertekstur Clay, dan berstruktur Strong, crumb berwarna Dark yellow brown. Dari ketiga lapisan di atas memiliki warna yang berbeda-beda yang disebabkan oleh bahan organik, makin banyak bahan organik pada tanah tersebut maka makin gelap pula warna tanah tersebut, sedangkan jika tanah tersebut berbahan organik rendah maka akan berwarna pucat.
5.2 Saran
Saran saya sebaiknya pada penggalian profil selanjutnya memilih tanah yang tua agar horizon-horizon tanah dapat terlihat jelas dan sebaiknya menggunakan alat yang canggih dalam penggalian profil tanah agar dapat mengefesiensikan waktu dalam proses penggalian.



 DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, K.A.  2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Pandutama, M.H, at.al., 2003. Buku Ajar Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jember: Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jember
Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Daerah Istimewa Yogyakarta: PT Kanisius Depok
Sutedjo, M.M dan Kartasapoetra, A, G. 1987. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta: Rineka Cipta















LAMPIRAN
   
   Gambar 1.  Pembersihan tanah dari                    Gambar 2. Pemberian pengukuran dan rerumputan.                                                   pemberian batas.

Gambar 3. Penggalian tanah menggunakan cangkul dan skop.




Gamabar 5. Tampak profil tanah.                       Gambar  6. Pengukuran kedalaman menggunakan meter bar.
Gambar 7. Pengambilan sampel tanah terganggu.


Gambar 8. Peletakan ring samplers.                    Gambar 9. Menekan ring sampel           
                                                                              dengan menggunakan kayu dan batu.
Gambar 10. Penggalian ring sampel.                 Gambar 11. Sampel tanah utuh.
 Sampel tanah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar