Rabu, 16 November 2016

LAPORAN PENGENALAN ALAT-ALAT STASIUN KLIMATOLOGI



Laporan Praktikum 1
Agroklimatologi
PENGENALAN ALAT-ALAT STASIUN KLIMATOLOGI







Nama               : REYNALDI
Nim                 : G11115073
Kelompok       : 9 (Sembilan)
Asisten            : ISWAL FAJAR SULTAN


PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Klimatologi pada dasarnya berisikan pembahasan unsur-unsur cuaca dan iklim yang menyangkut distribusinya baik dari skala global (dunia), regional (wilayah), maupun lokal (setempat).Ilmu yang mempelajari iklim disebut klimatologi, yakni yang mengkaji gejala-gejala cuaca, tetapi sifat-sifat atau karakteristik dan gejala-gejala cuaca tersebut mempunyai sifat umum dalam jangka waktu yang relatif lebih luas pada atmosfer bumi (Sabaruddin, 2014).
Cuaca adalah keadaan atmosfer dalam waktu yang singkat serta dalam cakupan wilayah yang relatif kecil. Dan iklim adalah bentukan dari unsur-unsur cuaca hari demi hari dalam jangka panjang (jam demi jam, hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun) yang terjadi pada suatu daerah yang luas.Batasan secara klasik menyatakan bahwa iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu periode yang cukup lama dan daerah yang luas. Tidak teraturnya perilaku iklim dan perubahan awal musim dan akhir musim seperti musim kemarau dan musim hujan membuat para petani begitu susah untuk merencanakan masa tanam dan masa panen. maka dari itu stasiun klimatologi sangat diperlukan untuk melayani informasi cuaca dan iklim pada suatu daerah dan juga untuk membantu para petani dalam mengamati cuaca (Sabaruddin, 2014).
Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi berbeda pengertian khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca merupakan bentuk awal yang dihubungkan dengan penafsiran dan pengertian akan kondisi fisik udara sesaat pada suatu lokasi dan suatu waktu, sedangkan iklim merupakan kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan dari kondisi cuaca yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca dalam kurun waktu tertentu (Winarso, 2003).
Lokasi stasiun Klimatologi harus memenuhi standar yaitu dibangun diareal lahan yang jauh dari bangunan fisik.  Sebab, untuk melakukan pengamatan cuaca dan iklim tidak boleh terhalang oleh bangunan, karena akan berpengaruh dalam mengamati unsur-unsur iklim mulai dari temperatur, curah hujan,dan  kelembapan.
Pengetahuan hubungan iklim dengan kegiatan pertanian sangatlah baik dalam dunia pertanian.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan praktikum pengenalan alat klimatologi untuk mengetahui pentingnya keberadaan stasiun badan meteorologi dan klimatologi geofisika dan prinsip kerja dari masing-masing alat klimatologi.
1.2  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui pentingnya keberadaan stasiun Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika.Dan mengetahui prinsip kerja, cara penggunaan alat, serta macam dan kualitas data yang dihasilkan dari suatu alat pengukur analisis cuaca.
Adapun kegunaan dilaksankannya praktikum ini adalah agar dapat mengetahui pentingnya keberadaan stasiun Badan Meteorologi dan Klimatologi dan Geofisika.Dan agar dapat mengetahui prinsip kerja, cara penggunaan alat, serta macam dan kualitas data yang dihasilkan dari suatu alat pengukur analisis cuaca.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika)
Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor.Tahun demi tahun kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil pengamatan cuaca dan geofisika.Pada tahun 1949, setelah penyerahan kedaulatan negara Republik Indonesia dari Belanda, Meteorologisch and Geofisiche Dienst diubah menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum. Selanjutnya, pada tahun 1950 Indonesia secara resmi masuk sebagai anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization atau WMO) dan Kepala Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi Permanent Representative of Indonesia with WMO (BMKG,2014).
Pada tahun 2008 nama Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) berubah menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi danGeofisika atau BMKG. Perubahan nama ini sudah ditetapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 4 September 2008. Perubahan ini dimaksudkan untuk memperluas pengertian cakupan tugas-tugas instansi BMKG yang dari dahulunya telah melayani masyarakat dalam bidang Meteorologi klimatologi dan geofisika (Muldawati, 2013).
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika yang selanjutnya disebut BMKG adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG, 2014).
Secara spesisfik tugas BMKG meliputi pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika koordinasi kegiatan fungsional di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika memfasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan swasta di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika penyelenggaraan pengamatan, pengumpulan dan penyebaran, pengolahan dan analisis serta pelayanan di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika  penyelenggaraan kegiatan kerjasama di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika. penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang  perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga (BMKG, 2014).
Dalam pengukuran mengenai cuaca dan iklim ini dibagi menjadi dua ilmu, yaitu meteorologi dan klimatologi. Meteorologi adalah kajian ilmiah mengenai kondisi cuaca di atmosfer bumi setiap hari dan prediksinya. Biasanya jangka waktunya dari menit sampai jam. Sedangkan klimatologi adalah kajian mengenai perubahan iklim di atmosfer dalam jangka panjang di daerah tertentu. Klimatologi ini biasanya mengukur rata-rata temperatur, kelembaban, curah hujan, angin, tekanan atmosfer, dan curah hujan. Jangka waktu klimatologi biasanya dari hari sampai ke tahun (Rusbiantoro, 2008).
Sifat  alat-alat meteorologi atau klimatologi pada pokoknya sama dengan alat-alat ilmiah lainnya yang digunakan untuk penelitian didalam laboratorium, misalnya bersifat peka dan teliti. Perbedaannya terletak pada penempatannya dan para pemakainya. Alat-alat laboratorium umumnya dipakai pada ruang tertutup, terlindung dari hujan dan debu-debu, angin dan lain sebagainya serta digunakan oleh observer. Dengan demikian sifat alat-alat meteorologi disesuaikan dengan tempat pemasangannya dan para petugas yang menggunakan (Budairi, 2010).
2.2 Agroklimatologi Bagi Pertanian
Agroklimatolgi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara unsur-unsur iklim dengan kehidupan tanaman. Radiasi matahari adalah sesuatu pancaran bersumber dari sinar matahari pada peristiwa fotosintesis yang terjadi dalam atmosfer yang di anggap penting bagi sumber kehidupan dan sangat berpengaruh terhadap hasil produksi (Tjasyono, 2004).
Perubahan iklim mempengaruhi kebiasaan petani untuk masa tanam maupun masa panen yang biasanya menggunakan sistem pranata mangsa.Perkiraan dengan sisitempranata mangsa ini sudah berubah seiring dengan perubahan iklim yang terjadi pada akhir-akhir dekade ini. Contohnya penurunan produktivitas pertanian di Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus pada tahun 2006 produksi padi sebesar 68.836 ton, tetapi pada tahun 2007 turun mejadi 37.695 ton (-50%) yang diakibatkan oleh banjir (Pasaribu, 2008).
Pertanian untuk memenuhi kebutuhan tentu untuk memperoleh hasil dengan mutu yang setinggi-tingginya dalam usaha tani seekonomis mungkin. Keberhasilan pertanian tanaman mulai dari proses hidup, tumbuh, berkembang, dan bereproduksi tidak lepas dari kondisi fisik dan lingkungan (atmosfer) tempat tumbuh tanaman. Dengan lingkungan yang sesuai, maka tujuan untuk memperoleh hasil yang optimal dapat tercapai. Namun, untuk mengetahui keadaan-keadaan tersebut kita perlu melakukan pengamatan terhadap kondisi fisik dan lingkungan (atmosfer). Mulai dari curah hujan, kecepatan angin, suhu tanah, hingga intensitas penyinaran. Untuk mengetahui itu semua dibutuhkan alat-alat pengamatan cuaca yang memiliki fungsi dan prinsip-prinsip yang berbeda satu sama lain dengan ketelitian yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, perlunya kita mengenal berbagai macam alat pengamatan cuaca agar dapat menentukan pertanianyang cocok untukkeadaan fisik maupun lingkungan (atmosfer).
Manfaat dari klimatologi bagi pertanian adalah untuk digunakan dalam perhitungan kondisi udara dalam suatu kurun waktu tertentu atau digunakan sebagai tolok ukur untuk menentukan kondisi udara dalam suatu kurun waktu mendatang dalam periode lebih bulanan, musiman dan tahunan apakah akan berlebihan atau diatas normal dari harga rata-rata yang baku .Cuaca dan iklim memberi pengaruh dalam kehidupan masyarakat indonesia khusunya masyarakat sumatera barat sebagaimana kita ketahui mata  pencaharian masyarakat sumatera adalah dibidang agraris (pertanian) seperti padi, palawija, hortikultura dan lain-lainnya yang memberikan hasil panen yang kurang memuaskan hal ini disebabkan karena para petani sumatera barat hanya mengandalkan pengalaman dalam bertani padahal keadaan cuaca seperi curah hujan terus berubah dan bersifat dinamis. Produksi di bidang pertanian sangat tergantung pada faktor utama yaitu keadaan tanah, keadaan tanaman, iklim dan kecerdasan petani (Muldawati,2013).


2.3 Hubungan Alat Stasiun Klimatologi Terhadap Pertanian
Berdirinya Stasiun Klimatologi pada suatu daerah didasari pada kebutuhan masyarakat akan perlunya pengamatan iklim untuk diinformasikan pada masyarakat luas agar dalam melakukan kegiatan bercocok tanam mereka mengetahui masa tanam dan masa panen yang baik. Bagi stasiun klimatologi pengamatan utama yang dilakukan meliputi unsur curah hujan, suhu udara, arah dan laju angin, kelembapan, macam dan tinggi dasar awan, durasi penyinaran matahari dan suhu tanah.Oleh karena itu persyaratan stasiun klimatologi ialah lokasi, keadaan stasiun dan lingkungan sekitar yang tidak mengalami perubahan agar pemasangan dan perletakan alat tetap memenuhi persyaratan untuk menghasilkan pengukuran yang dapat mewakili (Prawirowardoyo, 1996).
Prakiraan cuaca baik harian maupun prakiraan musim, mempunyai arti penting dan banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Prakiraan cuaca 24 jam yang dilakukan oleh BMG, mempunyai arti dalam kegiatan harian misalnya untuk pelaksanaan pemupukan dan pemberantasan hama. Misalnya pemupukan dan penyemprotan hama perlu dilakukan pada pagi hari atau ditunda jika menurut prakiraan sore hari akan hujan lebat. Prakiraan permulaan musim hujan mempunyai arti penting dalam menentukan saat tanam di suatu wilayah.Jadi, bidang pertanian ini memanfaatkan informasi tentang cuaca dan iklim mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya (Setiawan, 2003).
Besarnya pengaruh curah hujan di berbagai sektor kehidupan menyebabkan prediksi cuah hujan sangat di butuhkan untuk membuat perencanaan kedepan. Namun keberadaan curah hujan secara spesial dan temporal masih sulit untuk  di prediksi. Selain itu sifatnya yang dinamis kemudian proses fisis yang terlibat juga sangat koompleks sehingga sangat sulit untuk di prediksi (Estiningtyas, 2011).
Salah satu contoh kasus dari Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang untuk memperoleh data curah hujan menggunakan dua jenis alat, yaitu manual OBS(Obsevatorium) dan otomatis tipe Hellman. Alat ukur hujan manual termasuk jenis penakar hujan non-recording,sedangkan penakar hujan jenis otomatis tipe Hellman merupakan alat penakar hujan (Bunganaen, 2013).

2.4 Syarat Penempatan Stasiun
Taman tempat peralatan yang dipakai untuk mengukur unsur cuaca/iklim secara kontinyu disebut Stasiun Klimatologi.Taman ini merupakan lahan datar yang ditumbuhi rumput yang luasnya di atur sesuai banyak dan macam alat yang digunakan di stasiun tersebut.
Menurut Hanna (2014), kebenaran data dan keterwakilan data terhadap suatu wilayah memiliki syarat-syarat dimana syarat syarat penempatan stasiun klimatologi atau agroklimatologi antara lain: (1) Iklimnya harus luas supaya bisa mewakili semua kawasan wilayah yang diinginkan; (2) Lapangan tanah yang datar dan berumput dengan ketinggian rumput 5 cm; (3)Sudut pandangan 45o diketahui koordinat (Lintang dan bujur) dan tingginya diatas permukaan laut, disekitar taman tidak boleh ada bangunan dan pohon tinggi, tidak boleh ada yang menghalangi peralatan dari variabel yang akan diukur, seperti hujan, cahaya, suhu dll; (4) Taman alat sebaiknya dipagari, agar tidak ada gangguan dari binatang; (5) Tempat taman alat sebaiknya dekat dengan lahan pertanian; (6) Ukuran luas stasiun 50m x 50 m dan sisesuaikan dengan banyak dan macam peralatan yang digunakan.
2.5 Alat-Alat Klimatologi
Alat-alat kliamatologi yang ada di Stasiun Meteorologi dan Klimatologi Pertanian diantaranya alat pengukur curah hujan (Ombrometer tipe Observatorium dan Ombrograf), Alat pengukur kelembaban relatif udara, alat pengukur suhu udara (Termometer Biasa, Termometer Maksimum dan Termometer Minimum), alat pengukur suhu air (Termometer Maksimum-Minimum Permukaan Air), alat pengukur panjang penyinaran matahari, alat pengukur suhu tanah (Termometer Permukaan Tanah, Termometer Selubung Kayu, Termometer Bengkok, Termometer Maksimum-Minimum tanah, Termometer Simons, Stick Termometer), alat pengukur intensitas penyinaran matahari (Aktinograf), alat pengukur evaporasi (Panci Evaporasi Kelas A, Piche Evaporimeter) dan alat pengukur kecepatan angin (Cup Anemometer, Hand Anemometer, Biram Anemometer) (Prawirowardoyo, 1996).
2.5.1 Penakar hujan obeservation (OBS) dan Penakar hujan otomatis type Hellman
 Penakar hujan obeservation berfungsi untuk mengukur jumlah curah hujan yang jatuh pada permukaan tanah dalam periode waktu 24 jam. Bagian-bagian dari aat penak hujan Obeservation (OBS) adalah corong penakar berbentuk lingkaran, tabung penampang air hujan, kran untuk mengeluarkan air, penyangga, dan gelaas ukur dengan skala 0-25 mm, sedangkan  Penakar hujan Otamatis Type Hellman yang berfungsi untuk mengukur curah hujan yang jatuh pada permukaan dalam periode waktu dalam 24 jam yang di lakukan secara otomatis
2.5.2 Termometer bola kering dan Termometer bola basah
Thermometer bola kering berfungsi menunjukkan suhu udara pada waktu pengamatan termometer bola kering terpasang di dalam sangkar meteorology, sedangkan  termometer bola basah berfungsi mencari kelembaban udara dengan bantuanTable dan  waktu pengamatan thermometer bola basah sama dengan waktu pengamatan thermometer bola kering. Termometer bola basah terpasang dalam sangkar meteorology.
2.5.3 Termometer maksimum  dan Termometer minimum
Termometer maksimum berfungsi untuk mengukur suhu tertinggi dan Spesifikasi dari thermometer maksimum adalah terdapatnya celah sempit bagian antara bola thermometer dan kolom air raksa pada skala, untuk menghambat kembalinya air raksa yang telah masuk ke kolom raksa dapat kembali ke bola teermometer saatterjadinya penyusutan oleh penurunan suhu, sedangkan termometer minimum berfungsi untuk mengukurn suhu rendah dan spesifikasi dari alat ini adalah termometer minimum tidak menggunakan air raksa, akan tetapi menggunakan alkohol. Alasan penggunaan alkohol adalah alkohol mempunyai titik beku yang rendah dan merupakan penghantar yang baik.
2.5.4 Termometer tanah
Termometer tanah  berfungsi untuk mengukur suhu tanah dimana Kedalamantanah yang diukur meliputi kedalam tanah 0 cm, 2 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm, dan 100 cm.
2.5.5 Campbell stokes
2.5.5 Campbell stokes
Campbeell Stokes berfungsi untuk mengukur lamanya durasi penyinaran matahari dan Dipergunakannya bola kaca pejal dimasukkan agar alat tersebut dapat dipergunakan untuk memfokuskan sinar matahari secara terus menerus, tampa terpengaruh oleh posisi matahari. Kertas Pias ditempatkan pada kerangka cekung yang konsentrik dengan bola pejal dan sinar yang difokuskan tepat mengenai pias
2.5.6 Automatic water sampler
Automaticwater sampler adalah alat pengukur curah hujan mingguan Curah hujan yang terukur menggunakan alat ukur ini diukur sekali dalam seminggu yaitu setiap hari senin pukul 07.00 pagi menggunakan gelas ukur tipe hellman. Dan alat ini menyediakan air sampeluntuk diuji kualitasnya
2.5.7 Termograph
 Termograph adalah pengukur suhu udara yang merekam setiap perubahan suhu udara termograph dipasang di dalam sangkar meteorologi. Merupakan alat pengukur suhu udara secara kontinyu karena dapat merekam keadaan suhu udara selama waktu yang sudah diatur atau ditentukan,biasanya untuk waktu selama 24 jam,bahkan satu minggu.














BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat        
Praktikum Agroklimatologi ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 Maret 2016 pukul 15.30-18.00 WITA. Praktikum Agroklimatologi bertempat di  Agroklimatologi Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Pengenalan Alat Stasiun Klimatologi yaitu Laptop, LCD, ATK, dan Slide power point.
3.3  Metode Praktikum
Adapun metode yang dilakukan pada praktikum Pengenalan Alat Stasiun Klimatologi adalah sebagai berikut, mengidentifikasi macam-macam alat stasiun klimatologi satu per satu dengan didampingi pemateri asisten sebagai pemateri, melakukan tanya jawab dengan asisten, melakukan diskusi dengan asisten, dan mengambil kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dilakukan.















BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
                                            Kesimpulan yang dari praktikum adalah
DAFTAR PUSTAKA

Bmkg. 2014.Makalah Riset di BMKG.www.bmkg.go.id. Di akses pada 19 Februari 2016.Pukul 01.00 WITA.

Bunganaen, Wilhelmus. 2013. Jurnal Tehnik Sipil. Kupang.

Estiningtyas, W. 2011.JurnalMeteorologi Klimatologi dan Geofisika.Tangerang Selatan.

Hanna. 2014. Laporan Klimatologi. http:/hannadebora.blogspot.co.id.Diakses pada tanggal 21 Februari 2016.Pukul 09.00 WITA.

Muldawati. 2013. Jurnal Laporan Prediksi Curah Hujan Daerah Sicicin Dengan Menggunakan Metode Arima. Universitas Andalas. Sumatera Barat.

Pasaribu SM, dkk. 2008. Peningkatan adaptasi petani di daerah marginal terhadap perubahan iklim. Laporan Penelitian Pusat Analisi Sosial Ekonomi Dan Kebijaksanaan Pertanian Dapartmen Pertanian.

Prawiroardoyo, S. 1996. Meteorologi.Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Setiawan. 2003. Otomatisasi stasiun cuaca untuk menunjang kegiatan   pertanian. (http : // www.bmg.ac.id) Diakses tanggal 19 Februari 2016.Pukul 01.50 WITA.
Sabaruddin, Laode. 2014. Agroklimatologi.Alfabeta. Bandung.

Tjasyono, Bayon. 2004. Klimatologi. Bandung : ITB.

Winarso.2003. Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Tangerang Selatan.

 

 

 

 

 

 





LAPORAN PRAKTEK LAPANG BALAI SEREALIA MAROS




Laporan Praktek Lapang
Genetika Tanaman





             BALAI SEREALIA MAROS







NAMA                       : REYNALDI
NIM                            : G111 15 073
KELAS                      : GENETIKA F
KELOMPOK            : 19

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
      Praktek lapang adalah kegiatan yang dapat memberikan informasi kepada mahasiswa tentang ilmu dan penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat. Praktek lapang ditujukan ke para Mahasiswa untuk menggali lebih dalam mengenai pengetahuannya terutama dalam bidang pertanian terkait masalah yang terjadi di lapangan dengan melihat secara langsung jenis komoditi dan beberapa varietas yang dikembangkan baik dalam bentuk fisologis maupun morfologinya.
      Pekan Serealia Nasional I (PSN I) menjadi strategis untuk mewujudkan visi pembangunan pertanian lima tahun ke depan (2010-2014) yaitu “Pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumber daya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor dan kesejahteraan petani”. Oleh karena itu pelaksanaan PSN I diharapkan dapat mendukung empat target utama pembangunan pertanian Indonesia, yaitu: (1) Swasembada berkelanjutan dan peningkatan produksi, (2) Diversifikasi pangan, (3) Nilai tambah daya saing dan ekspor, serta (4) Peningkatan kesejahteraan petani.
      Praktek lapang ditujukan kepada para Mahasiswa agar dapat  megetahui seluk beluk suatu ilmu yang berhubungan dengan profesinya sehingga nantinya dapat diaplikasikan dengan baik di tengah-tengah masyarakat yang membutuhkan ilmu tersebut. Kegiatan ini pula di tujukan  buat para Mahasiswa untuk menggali lebih dalam mengenai pengetahuannya terutama dalam bidang pertanian terkait masalah yang terjadi di lapangan dengan melihat secara langsung jenis komoditi dan beberapa varietas yang dikembangkan baik dalam bentuk fisologis maupun morfologinya
1.2  Tujuan dan Kegunaan
      Tujuan diadakannya praktikum lapang ini yaitu Agar mahasiswa dapat memahami cara penyilangan tanaman serealia dengan baik dan benar serta Mempromosikan program kerja yang sedang berlangsung di Balit Sereal serta memperkenalkan kepada praktikan tentang kualitas tanaman hasil silang.
      Kegunaan praktikum lapang ini yaitu sebagai bahan informasi mengenai kegiatan pemuliaan tanaman serelia dan dapat melakukan persilangan tanaman sereal dan pembuatan varietas baru serta menjadi bahan diskusi.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi BALIT SEREAL (sejarah, tujuan, fungsi, dan kegiatan)
2.1.1 Sejarah BALIT SEREAL
            Pada tahun 9174 dan 1979, Keppres menetapkan bahwa Badan Litbang Pertanian sebagai unit Eselon I, membawahi 12 unit Eselon II, yaitu: 1 Sekretariat, 4 Pusat (Pusat Penyiapan Program, Pusat Pengolahan Data Statistik, Pusat Perpustakaan Biologi dan Pertanian, dan Pusat Karantina Pertanian) 2 Pusat Penelitian (Puslit Tanah dan Puslit Agro-Ekonomi), serta 5 Pusat Penelitian Pengembangan (Puslitbang Tanaman Pangan, Puslitbang Tanaman Industri, Puslitbang Kehutanan, Puslitbang Peternakan, dan Puslitbang Perikanan). Pada tahun 1983 Badan Litbang mengalami perubahan dengan tambahan data statistic pada sector bawahannya. Dalam Keppres No. 4 1990 struktur Organisasi Badan Litbang berubah. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 75/Kpts/OT.210/2/1991, Badan Litbang mendapat tambahan satu unit Eselon II yaituBalai Besar Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian (BBP Alsintan) .
     Dalam Keppres No. 4 1990 struktur Organisasi Badan Litbang Pertanian terdiri atas: Sekretariat, Pusat Data Statistik, Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, Puslit Tanah & Agroklimat, Puslit Sosial Ekonomi Pertanian, Puslitbang Tanaman Pangan, Puslitbang Tanaman Industri, Puslitbang Hortikultura, Puslitbang Peternakan, dan Puslitbang Perikanan. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 75/Kpts/OT.210/2/1991, Badan Litbang mendapat tambahan satu unit Eselon II yaitu Balai Besar Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian (BBP Alsintan).
     Pengembangan organisasi Badan Litbang Pertanian yang dilakukan secara berkesinambungan dan disesuaikan dengan tuntutan perubahan dinamis dalam lingkungan strategis Penelitian Pertanian memegang peranan penting dalam mendukung pencapaian Visi dan Misi Badan Litbang Pertanian. Kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien dan telah dilakukan melalui penerbitan dua peraturan, yakni Keputusan Presiden 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara dan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang status, tugas, dan fungsi Eselon Departemen dan Susunan Organisasi, tugas, dan Fungsi Kementerian Negara (Balite Sereal, 2010).
Pelaksanaan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61 tahun 2010 Departemen Pertanian pada umumnya dan Badan Litbang Pertanian dan pada khususnya terus melakukan penataan organisasi, dengan mengajukan 50 UK dan UPT Badan Litbang Pertanian untuk mengubah nomenklatur "Departemen Pertanian" menjadi "Kementerian Pertanian". Beberapa kondisi strategis, antara lain peningkatan tugas dan fungsi puslitbang dan balai milik Badan Litbang Pertanian, juga untuk memaksimalkan fungsi kebun percobaan. 
2.1.2 Tujuan
 menghasilkan dan mengembangkan inovasi pertanian tropika unggul berdaya saing mendukung pertanian bioindustri berbasis advanced technology dan bioscience, aplikasi IT, dan adaptif terhadap dinamika iklim serta mengoptimalkan pemanfaatan inovasi pertanian tropika unggul untuk mendukung pengembangan iptek dan pembangunan pertanian nasional.
2.1.3 Fungsi
     Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Litbang menyelenggarakan fungsi:
a.       Penyiapan perumusan kebijakan penelitian dan pengembangan pertanian
b.      Perumusan program penelitian dan pengembangan pertanian
c.       Pelaksanaan penelitian dan pengembangan pertanian
d.      Evaluasi pelaksanaan penelitian dan pengembangan pertanian
e.       Pelaksanaan administratif Badan
2.1.4 Jenis kegiatan
a.     Penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan dan pemanfaatan plasma nutfah tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia potensial lain
b.     Penelitia morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi, dan fitopatologi tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia potensial lain
c.     Penelitan komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia potensial
d.     Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia potensial
e.     Penyiapan kerjasama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia potensial lain
f.      Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
2.2 Deskripsi Tanaman Jagung dilokasi Praktek Lapang
      Dalam upaya menggali berbagai informasi tentang komoditi jagung di perpustakaan Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal), maka penulis sebagai pustakawan telah mengadakan studi literatur dengan memanfaatkan perpustakaan Balitsereal, sebagai pusat informasi bidang pertanian lebih khusus mengenai komoditi jagung, sorgum, terigu dan serealia lainnny (Ambo, 2005).
Tujuannya untuk mengetahui potensi mengenai tulisan jagung pada Balitsereal yang dapat dimanfaatkan oleh petani dengan penentu kebijakan, sehingga upaya peningkatan produksi jagung di dalam negeri dapat mengacu kepada teknologi jagung yang tersedia di perpustakaan  Balitseral utamanya teknology pengairan sehingga pengembangan areal jagung dapat ditingkatkan khususnya di Kabupaten Maros.
2.2.1 Jagung Komposit
Pembentukan varietas komposit dilakukan dengan seleksi saudara kandung (full-sib), saudara tiri (half-sib), dan persilangan dalam (selfing). Contoh varietas jagung komposit adalah bogor harapan, Bisma, bogor composit 2, BBMR 4, dan wonosobo (Christina Putri, 2014).
Varietas komposit dibentuk dari galur, populasi, dan atau varietas yang tidak dilakukan uji daya gabung terlebih dahulu. Sebagian bahan untuk pembentukan komposit berasal dari galur dan varietas. Varietas atau hibirida dapat dimasukkan ke dalam komposit yang telah ada (Iriany, 2011).
Beberapa varietas jagung komposit yang dihasilkan dan populer dewasa ini adalah varietas jagung varietas Srikandi Kuning-1 dan Kuning-2 termasuk varietas terbaru hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor (Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian) dan umumnya banyak dikembangkan di Sulawesi Selatan (Balai Penelitian Tanaman Serealia). Jagung ini digolongkan kedalam jagung bermutu dan berprotein tinggi yang memiliki Quality Protein Maize (OPM) mencapai 10.38% dan kandung asam aminonya 2 kali lipat darijagung biasa, umurnya relatif pendek 105-110 hari, batang tegap dan sangat kuat untuk menopang tongkol, tahan penyakit hawar daun, cocok ditanam pada dataran rendah dan musim penghujan (Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008).
2.2.2 Jagung hibrida
            Jagung Hibrida adalah jagung yang pada proses pembuatannya dengan cara pemuliaan dan penyilangan antara jagung induk jantan dan jagung induk betina sehingga menghasilkan jagung jenis baru yang memiliki sifat keunggulan dari kedua induknya. Keunggulan jagung hibrida adalah kapasitas produksinya tinggi sekitar 8-12 ton per hektar.
Jagung hibrida bisa diperoleh dari hasil seleksi kombinasi atau biasa disebut hibridisasi.Hibridisasi dalam pengertian yang sederhana ialah menyerbuki bunga-bunga yang telah dikebiri dengan tepung sari dari jenis tanaman yang dikehendaki sebagai induk jantan. Secara konvensional hibridisasi bisa juga disebut perkawinan silang antara tanaman yang satu dan tanaman yang lain dalam satu spesies untuk mendapatkan genotipe (sifat-sifat dalam) yang unggul, dan biasa di sebut breeding.
Jagung hibrida merupakan generasi pertama atau F1 dari persilangan antara dua galur.Orang yang pertama kali menegetahui adanya kenaikan daya hasil generasi pertama dari persilangan galur-galur pada jagung adalah Shull pada tahun 1909, dan cara-cara yang di sarankan masih tetap di pakai hingga sekarang.Dengan demikian, langkah pertama untuk pembuatan jagung hibrida adalah mencari dan membuat galur unggul.Cara mencari dan membuat galur unggul adalah melaluai seleksi.Pertama-tama yang dilakukan adalah inventarisasi varietas/spesies suatu tanaman jagung.
Makin luas atau makin banyak koleksinya, akan makin baik karena sifat-sifat tanaman yang dikehendaki makin banyak (beraneka ragam). Oleh sebab itu, tidak jarang para pemulia tanaman dalam memilih bibit untuk seleksi mendatangkan jenis tanaman atau spesies dari luar negeri.Hal ini didasarkan pada sifat tanaman itu sendiri, yakni makin asing/jauh, makin aneh pula sifat-sifat yang dibawa oleh gen tanaman tersebut.
2.2.3 Jagung Sintetik
Varietas jagung sintetik adalah jenis varietas bersari bebas atau komposit yang dibentuk dari hasil silang dari sejumlah tetua galur (inbrida) murni.Galurgalur murni dihasilkan dari kegiatan silang sendiri (selfing) beberapa generasi dari program perbaikan populasi atau program jagung hibrida.Kegiatan pemuliaan untuk membentuk varietas sintetik terdiri dari atas beberapa tahap yang melibatkan kegiatan evaluasi yang menghasilkan bahan terpilih sehingga menghasilkan varietas unggul (Yasin dan Kasim, 2005).   
2.3 Tanaman Sorgum
Tanaman sorghum (Sorghum bicolor L.) adalah tanaman sejenis biji-bijian atau serealia yang berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manuasia sebagai penghasil pangan dan dibudidayakan di daerah kering seperti di Afrika. Dari benua Afrika kemudian menyebar luas ke daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini memiliki adaptasi yang luas, toleran terhadap kekeringan sehingga sorghum menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama sorghum adalah Amerika, Argentina, China, India, Nigeria, dan beberapa negara Afrika Timur, Yaman dan Australia. Tanaman sorghum termasuk tanaman monokotil atau tanaman dengan biji berkeping satu sehingga tipe perkecambahan pada tanaman sorghum adalah hipogeal, yaitu pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Tanaman sorghum tergolong tanaman menyerbuk sendiri secara alami (Soeranto, 2010).
Adapun varietas atau spesies dari tanaman sorghum antara lain varietas Korakola, ICSV 93073, ICSV 111, UPCA S1, dan varietas Lokal. Hasil penelitian dari balai penelitian tanaman pangan menunjukkan bahwa beberapa varietas sorghum biji yang berpotensi tinggi antara lain varietas Malang No. 26 yang berasal dari daerah Lumajang (Jawa Timur), memiliki umur 110-120 hari, memiliki banyak anakan, memiliki rasa yang cukup enak dan biji berwarna cokelat muda. Varietas Birdproff No. 65 merupakan varietas sorghum yang berasal dari Afrika Selatan, berumur 105-115 hari, pertumbuhan yang kuat, habitus tanaman mencapai 1,85 m, tidak memiliki anakan atau tunas, memiliki malai buah dengan tipe agak tertutup, dan rasa agak pahit yang dipengaruhi oleh zat atau senyawa tanin. Varietas Proteria No. 184 yang merupakan sorghum dari Afrika Selatan, berumur 100-105 hari, memiliki pertumbuhan yang kuat, tidak memiliki anakan, tinggi tanaman mencapai 1,4 m, malai buah berbentuk memanjang dan tertutup, berbiji cokelat muda, dan rasa cukup enak. Varietas Katengu No. 183 merupakan sorghum yang berasal dari Afrika Selatan, berumur 105-115 hari, pertumbuhan yang kuat, tidak memiliki anakan, tinggi tanaman mencapai 1,5 m, malai buah agak terbuka, berbiji putih, dan rasa sangat enak atau pulen. Sedangkan sorghum varietas Cempaka (Ekwangit) berasal dari Kenya dan Nairobi (Afrika) yang dapat dideskripsikanmemiliki cirri-ciri berumur 100-110 hari, pertumbuhan yang kuat, tinggi tanaman sekitar 2,0-2,5 m, malai buah agak tegak, biji berwarna putih, dan rasanya kurang enak atau pahit (Jakes, 2010).
Sorghum dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan pakan ternak, memiliki kandungan nutrisi yang baik bahkan kandungan proteinnya lebih tinggi daripada beras. Kandungan tersebut adalah kalori (332 cal), protein (11,0 g), lemak (3,3 g), karbohidrat (73,0 g), kalsium (28,0 mg), besi (4,4 mg), posfor (287 mg)
dan vit B1 (0,38 mg). (Laimehewira Jantje, 1997).
2.4 Tanaman Jewawut
            Jewawut (Setaria italica) adalah sejenis serealia berbiji kecil/millet yang pernah menjadi makanan pokok masyarakat Asia Timur dan Asia Tenggara sebelum budidaya padi yang dikenal orang. Tumbuhan ini adalah yang pertama kali dibudidayakan di antara berbagai jenis millet dan sekarang menjadi millet yang terluas penanamannya di seluruh dunia dan yang terpenting di Asia Timur. Menurut catatan dari China yang menunjukkan paling tidak jewawut telah dibudidayakan sekitar 6.000 tahun sebelum Masehi. Pada saat itu, jewawut menjadi satu-satunya tanaman biji-bijian yang dibudidayakan di China (Asia Timur). Dari China, tanaman ini kemudian menyebar ke Barat hingga mencapai Eropa pada sekitar milenium kedua sebelum Masehi.
            Penyerbukan  yang dilakukan ialah penyerbukan sendiri. Namun, dapat juga dibantu oleh angin. Bunga jantan dan betina terdapat dalam satu tanaman sehingga proses penyerbukannya tergolong penyerbukan sendiri. Adapun varietas atau spesies dari tanaman jewawut antara lain Pearl millet/jewawut mutiara (Pennisetum glaucum),  Foxtail millet/jewawut ekor kucing (Setaria italica), Proso millet (Panicum miliaceum), Finger millet atau Eleusine coracana (Haruna, 2011).
Kandungan gizi tanaman jewawut (setaria italica) yaitu karbohidrat 84,2%, protein 10,7%, lemak 3,3%, serat 1,4%, Ca 37 mg, Fe 6,2 mg, vitamin C 2,5, vitamin B1 0,48, dan vitamin B2 0,14 (Widyaningsih dan Mutholib, 1999).
2.5 Tanaman Kedelai
            Kedelai (Glycine max (L) Merrill) mempunyai peranan cukup besar dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.Komoditi tersebut merupakan sumber protein nabati yang efesien dan menduduki tempat pertama diantara tanaman kacang-kacangan.Salah satu penghambat yang dapat menurunkan produksi kedelai adalah gangguan penyakit yang disebabkan oleh serangan jamur Sclerotium rolfsii Sacc. Semangun (1991) mengemukakan bahwa penyakit oleh S. rolfsii Sacc merupakan penyakit potensial pada tanaman kedelai karena tanaman yang terserang akan mati dan patogen dapat bertahanlama di dalam tanah dalam bentuk sklerotia (Wahyuningsih, 2005).
            Penyakit oleh S. rolfsii Sacc ini sering ditemukan serangannya pada kedelai baik lahan kering, tadah hujan maupun lahan pasang surut dengan intensitas serangan sebesar 5-55 %. Tingkat serangan lebih dari 5 % di lapang sudah dapat merugikan secara ekonomi, tanaman kedelai yang terserang hasilnya akan rendah atau sama sekali gagal panen. Kehilangan hasil oleh S. rolfsii Sacc dapat mencapai 30 %, kerugian ini sering terjadi pada lahan-lahan yang selalu ditanami tanaman kedelai dan kacang-kacangan lainnya (Wahyuningsih, 2005).
Varietas unggul sebagai salah satu komponen teknologi budidaya kedelai telah diakui berperan penting dalam menopang dan meningkatkan produktivitas per satuanluas.Kesuksesan program Revolusi Hijau beberapa puluh tahun yang lalu merupakancontoh suksesnya peran pemuliaan tanaman. Peningkatan produksi kedelai, sebagaiakibat tersedianya varietas unggul di Indonesia dapat dilihat pada kurun 1930 – 1950 produktivitas rata-rata sekitar 0,5 t/ha, tahun 1950 – 1970 produktivitas meningkatmenjadi 0,7 t/ha dan pada kurun waktu 1990 produksi kedelai telah mencapai 1,1hingga 1,2 t/ha. Pada petak percobaan, hasil kedelai umumnya telah mencapai di atas2,0 ton/ha.
            Hingga November 2007, Pemerintah Indonesia telah berhasil melepas sebanyak 64 varietas kedelai (belum termasuk yang dilepas oleh Universitas Pajajaran). Padaumumnya varietas kedelai yang dilepas pada kurun waktu lima tahun terakhir sebagiantelah memenuhi permintaan konsumen dan telah diarahkan untuk adaptasi spesifik.
            Pada tahun 2001 hingga 2007, Departemen Pertanian telah berhasil melepas beberapa varietas kedelai untuk adaptasi lahan sawah (Tabel 3), lahan kering masam.Tingkat adopsi petani terhadap varietas unggul masih sangat lamban, oleh karena itu dilakukannya sosialisasi varietas perlu dilakukan secara intensif. Diharapkan pula para Petani di Provinsi Jambi telahmelakukan penanaman varietas unggul Wilis, Slamet, Baluran dan Anjasmoro dengantingkat hasil antara 1,0 – 1,80 t/ha (Adisarwanto et al, 2007).
2.6 Teknik Persilangan Jagung
Persilangan adalah suatu teknik mengawinkan bunga dengan meletakkan pollen atau serbuk sari pada stigma (lubang atau rongga yang dangkal berisi cairan kental agak lengket sebagai tempat meletakkan pollen dan masuknya tabung pollen ke dalam ovari (bakal buah) pada waktu polinasi/penyerbukan.Dikenal 3 macam persilangan, yaitu perkawinan sendiri (selfing), perkawinan dengan saudara kandung (sibbing), dan perkawinan silang (crossing).Jika persilangan dilakukan siang hari, putik mengering sehingga tidak akan terjadi pembuahan, kalaupun terjadi pembuahan kualitas buah tidak maksimal. Umur bunga satu atau dua hari hingga lima minggu setelah mekar (Sandra, 2008).
2.6.1 Selfing
            Selfing adalah persilangan yang dilakukan terhadap tanaman itu sendiri.Perkawinan dengan meletakkan pollen pada stigma yang berasal pada satu bunga, satu tanaman, tetapi masih dalam satu spesies. Artinya, tidak ada perbedaan antara genotipe kedua tanaman yang disilangkan (Sandra, 2008).
2.6.2 Sibbing
            Keragaman genetik (genetic diversity) merupakan faktor yang sangat penting dalam pembuatan hibrida. Galur-galur yang dibuat dari sumber yang sangat berbeda, selalu menghasilkan hibrida yang lebih baik dibandingkan dengan galur-galur yang berasal dari varietas yang mempunyai hubungan dekat. Galur-galur yang dipakai dalam pembuatan hibrida pada umumnya dibentuk dengan persilangan dalam atau persilangan saudara kandung (sibbing). Pada persilangan saudara kandung, tepung sari tersebut berasal dari tanaman lain tetapi dalam galur yang sama (Sandra, 2008).
2.6.3 Crossing
            Crossing atau pembastaran adalah persilangan antara dua individu yang berbeda karakter atau genotipnya. Perkawinan dengan meletakkan pollen pada stigma yang berasal dari dua jenis bunga yang berbeda pada spesies yang sama baik.Tujuan melakukan persilangan adalah untuk menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu genotipe baru, memperluas keragaman genetik, dan menguji potensi tetua (Sandra, 2008).
           












BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 1 Mei  2016. Pada pukul 10.00 sampai 13.00 WITA. Bertempat di Balai Penelitian Tanaman Serealia,Jl. Dr. Ratulangi No. 27, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
3.2 Metode Pelaksanaan
            Dalam pelaksanaan praktikum dilakukan di dua tempat, yaitu pertama di dalam ruangan dan setelah itu di lapangan.
3.2.1 Dalam Ruangan
            Dalam ruangan diadakan kegiatan diskusi dan presentasi mengenai jenis jagung dan cara penyerbukannya. Kemudian praktikan mendengarkan penjelasan dari narasumber, mencatat hal-hal penting, bertanya mengenai penyerbukan tanaman jagung, dan menjawab pertanyaan.
3.2.2 Lapangan
Di lapangan terjadi kegiatan praktikum, sebagai berikut:
1. Praktikan mendengarkan penjelasan dan mengamati cara penyerbukan silang dan penyerbukan selfing pada tanaman jagung.
2. Praktikan memberi pertanyaan mengenai cara penyerbukan yang dilakukan pada tanaman jagung.
3. Praktikan melakukan penyerbukan pada tanaman jagung.
4. Praktikan mendengarkan penjelasan mengenai keunggulan tanaman hibrida dan komposit pada jagung dan sorgum.
5. Praktikan mengisi lembar kuesioner.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1    Hasil
a.    Foto Jagung Hibrida






b.    SAM_2469.JPGSAM_2468.JPGFoto Perbandingan Komoditas




SAM_2494.JPGSAM_2471.JPG
     
                                                                 


SAM_2495.JPG



c.    Teknik persilangan yang diterapkan adalah proses menggabungkan dua sifat yang berbeda dan diharapkan mendapatkan sifat yang baik bagi keturunannya, adapun teknik persilanagan yang digunakan di Balit Sereal Kabupaten Maros adalah menggunakan teknik peersilangan Selfing dan Crossing.
d.   FotoTeknikPersilangan





4.2    Pembahasan
            Dari hasil yang diperoleh pada saat dilaksanakannya praktikum lapang di Balai Serealia,Maros yaitu adanya beberapa komoditi yang dijumpai yaitu  jagung, kedelai, sorgum dan tanaman sereal lainnya. untuk komoditi jagung ada beberapa varietas yang diperkenalkan dan dibudidayakan dan jenis jagung Hibrida, komoditas lainnya yaitu jagung JH-45, JH-36, JH-22 AGRITAN, SUPER-1, SUPER-2 dan berbagai jenis jagung atau komoditi jagung lainnya.pola tanam yang digunakan yaitu adalah pola tanam normal dan pola tanam legowo. Untuk tehnik produksi sereal, pola tanam normal jarak tanam yang digunakan yaitu 75 x 20 cm dan 75 x 40 cm. dan pola tanam legowo yaitu 100-50 x 20 dan 100-50 x 40 cm. system pola tanam legowo digunakan pada komoditas kedelai dan sorgum.dan untuk pemakaian pupuk dilakukan sebanyak 2x dengan menggunakan dosis 300 urea dan 400 ponska.
            Untuk tehnik penyilangan yang digunakan terdiri dari 3 tehnik yaitu tehnik Selfing yaitu penyerbukan pada jantan dan betina pada varietas yang sama dan tehnik yang ke dua yaitu tehnik Crossing yaitu penyerbukan pada jantan dan betina dengan varietas yang berbeda dan tehnik Sibbing yaitu tehnik persilangan atau penyerbukan saudara.
            Persilangan adalah suatu teknik mengawinkan bunga dengan meletakkan pollen atau serbuk sari pada stigma (lubang atau rongga yang dangkal berisi cairan kental agak lengket sebagai tempat meletakkan pollen dan Dikenal 3 macam persilangan, yaitu perkawinan sendiri (selfing), perkawinan dengan saudara kandung (sibbing), dan perkawinan silang (crossing).Jika persilangan dilakukan siang hari, putik mengering sehingga tidak akan terjadi pembuahan, kalaupun terjadi pembuahan kualitas buah tidak maksimal. Umur bunga satu atau dua hari hingga lima minggu setelah mekar (Sandra, 2008).








BAB V
PENUTUP
5.1     Kesimpulan
Adaun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
 Terdapat beberapa Komoditi yang terdapat di Balit Sereal diantaranya yaitu  jagung, kedelai , sorghum dan tanaman sereal lainnya dengan berbagia varietas yang berbeda.dan tehnik produksi serta produksi sereal,system pertanaman yang digunakan adalah system pertanaman normal dan system pertanaman legowo (khusus).
Serta Teknik persilangan yang diterapkan adalah proses menggabungkan dua sifat yang berbeda dan diharapkan mendapatkan sifat yang baik bagi keturunannya, adapun teknik persilanagan yang digunakan di Balit Sereal Kabupaten Maros adalah menggunakan teknik peersilangan Selfing dan Crossing.
5.2    Saran
Sebaiknya dalam pelaksanaan  pratek lapang harus sesuai dengan jadwal keberangkatan yang telah ditetapkan dan sebaiknya pada saat berlangsungnya praktek lapang  itu didampingi oleh masing-masing asisten agar tetap disiplin.
5.3    Pesan dan Kesan
Pesan saya untuk praktek lapang genetika selanjutnya adalah, sebaiknya praktek lapang ini dilakukan dengan pendampingan oleh asisten saat ke lapangan dan sebaiknya praktek lapang di lakukan pada hari kerja pada Balit Sereal.
kesan saya pada saat praktek lapang adalah dapat mengenali berbagai komoditi tanaman serta memberikan pembelajaran tentang bagaimana cara persilangan tanaman pada tanaman serealia sehingga mengurangi resiko kegagalan penyilangan pada penyilangan selanjutnya.



















LAMPIRAN





























DAFTAR PUSTAKA
Jakes 2010. Principles of Genetics and Plant Breeding. Blackwell Publishing : USA. 569 hlm
Adisarwanto, T; 2005. Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008. Jagung Varietas Srikandi Kuning 1 Mengandung Protein Tinggi. Hal: 1-2.
Made, J., Mejaya, M., M. Azrai., R. Neni Iriany, (2004). Pembentukan Varietas Unggul Jagung Bersari Bebas. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, Sulawesi Selatan. Hal: 1-15.
Pitojo. S. 2003. Benih Kedelai. Kanisius. Yogyakarta. 84 hlm.
Plessis, J., 2003. Maize Production. Department of Agriculture Republic of South Africa
Rost, T. L., M. G. Barbour, C. R. Stocking, T. M. Murphy, 2006. Plant Biology, Second Edition. Thomson Brooks/Cole, Canada.
Sandra, E. 2008. Teknik Persilangan.
Soeranto, 2010. Varietas Bersari Bebas Vs Varietas Hibrida pada Jagung.
Subandi dan Zubachtiron, 2005. Teknologi Budidaya Jagung Berdaya Saing Global. Makalah, Disampaikan pada Pertemuan Pengembangan Koordinasi Agribisnis Jagung. 1-2 Agustus 2005, di Bogor.
Suprapto dan Narimah Md. Kairudin. 2007.Variasi Genetik, Heritabilitas, Tindak Gen dan Kemajuan Genetik Kedelai (Glycine max Merrill) pada Utisol. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia.