Laporan Praktikum 1
Agroklimatologi
PENGENALAN ALAT-ALAT STASIUN
KLIMATOLOGI
Nama : REYNALDI
Nim
: G11115073
Kelompok
: 9 (Sembilan)
Asisten
: ISWAL FAJAR SULTAN
PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Klimatologi pada
dasarnya berisikan pembahasan unsur-unsur cuaca dan iklim yang menyangkut
distribusinya baik dari skala global (dunia), regional (wilayah), maupun lokal
(setempat).Ilmu yang mempelajari iklim disebut klimatologi, yakni yang mengkaji
gejala-gejala cuaca, tetapi sifat-sifat atau karakteristik dan gejala-gejala
cuaca tersebut mempunyai sifat umum dalam jangka waktu yang relatif lebih luas
pada atmosfer bumi (Sabaruddin, 2014).
Cuaca adalah keadaan
atmosfer dalam waktu yang singkat serta dalam cakupan wilayah yang relatif
kecil. Dan iklim adalah bentukan dari unsur-unsur cuaca hari demi hari dalam
jangka panjang (jam demi jam, hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi
tahun) yang terjadi pada suatu daerah yang luas.Batasan secara klasik
menyatakan bahwa iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu periode yang
cukup lama dan daerah yang luas. Tidak teraturnya perilaku iklim dan
perubahan awal musim dan akhir musim seperti musim kemarau dan musim hujan
membuat para petani begitu susah untuk merencanakan masa tanam dan masa panen. maka
dari itu stasiun klimatologi sangat diperlukan untuk melayani informasi cuaca
dan iklim pada suatu daerah dan juga untuk membantu para petani dalam mengamati
cuaca (Sabaruddin, 2014).
Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama
tetapi berbeda pengertian khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca merupakan
bentuk awal yang dihubungkan dengan penafsiran dan pengertian akan kondisi
fisik udara sesaat pada suatu lokasi dan suatu waktu, sedangkan iklim merupakan
kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan dari kondisi cuaca yang kemudian
disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca dalam kurun waktu
tertentu (Winarso, 2003).
Lokasi stasiun Klimatologi harus memenuhi standar yaitu
dibangun diareal lahan yang jauh dari bangunan fisik. Sebab, untuk
melakukan pengamatan cuaca dan iklim tidak boleh terhalang oleh bangunan,
karena akan berpengaruh dalam mengamati unsur-unsur iklim mulai dari
temperatur, curah hujan,dan kelembapan.
Pengetahuan
hubungan iklim dengan kegiatan pertanian sangatlah baik
dalam dunia pertanian.
Berdasarkan uraian
diatas, maka dilakukan praktikum pengenalan alat klimatologi untuk mengetahui
pentingnya keberadaan stasiun badan meteorologi dan klimatologi geofisika dan
prinsip kerja dari masing-masing alat klimatologi.
1.2 Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui
pentingnya keberadaan stasiun Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika.Dan mengetahui
prinsip kerja, cara penggunaan alat, serta macam dan kualitas data yang
dihasilkan dari suatu alat pengukur analisis cuaca.
Adapun kegunaan dilaksankannya praktikum ini adalah agar
dapat mengetahui pentingnya keberadaan stasiun Badan Meteorologi dan
Klimatologi dan Geofisika.Dan agar dapat mengetahui prinsip kerja, cara
penggunaan alat, serta macam dan kualitas data yang dihasilkan dari suatu alat
pengukur analisis cuaca.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika)
Sejarah pengamatan
meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada tahun 1841 diawali dengan
pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit
di Bogor.Tahun demi tahun kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin
diperlukannya data hasil pengamatan cuaca dan geofisika.Pada tahun 1949,
setelah penyerahan kedaulatan negara Republik Indonesia dari Belanda, Meteorologisch
and Geofisiche Dienst diubah menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika dibawah
Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum. Selanjutnya, pada tahun 1950
Indonesia secara resmi masuk sebagai anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization atau WMO)
dan Kepala Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi Permanent Representative
of Indonesia with WMO (BMKG,2014).
Pada tahun 2008 nama Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)
berubah menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi danGeofisika atau BMKG.
Perubahan nama ini sudah ditetapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 4
September 2008. Perubahan ini dimaksudkan untuk memperluas pengertian cakupan
tugas-tugas instansi BMKG yang dari dahulunya telah melayani masyarakat dalam
bidang Meteorologi klimatologi dan geofisika (Muldawati, 2013).
Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika yang selanjutnya disebut BMKG adalah Lembaga
Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG, 2014).
Secara
spesisfik tugas BMKG meliputi pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang
meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika koordinasi kegiatan
fungsional di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika
memfasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan swasta di
bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika penyelenggaraan
pengamatan, pengumpulan dan penyebaran, pengolahan dan analisis serta pelayanan
di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika
penyelenggaraan kegiatan kerjasama di bidang meteorologi, klimatologi,
kualitas udara dan geofisika. penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan
administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi
dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian,
perlengkapan dan rumah tangga (BMKG, 2014).
Dalam pengukuran mengenai cuaca dan iklim ini dibagi menjadi
dua ilmu, yaitu meteorologi dan klimatologi. Meteorologi adalah kajian ilmiah
mengenai kondisi cuaca di atmosfer bumi setiap hari dan prediksinya. Biasanya
jangka waktunya dari menit sampai jam. Sedangkan klimatologi adalah kajian
mengenai perubahan iklim di atmosfer dalam jangka panjang di daerah tertentu.
Klimatologi ini biasanya mengukur rata-rata temperatur, kelembaban, curah
hujan, angin, tekanan atmosfer, dan curah hujan. Jangka waktu klimatologi biasanya
dari hari sampai ke tahun (Rusbiantoro, 2008).
Sifat alat-alat meteorologi atau klimatologi pada
pokoknya sama dengan alat-alat ilmiah lainnya yang digunakan untuk penelitian
didalam laboratorium, misalnya bersifat peka dan teliti. Perbedaannya terletak
pada penempatannya dan para pemakainya. Alat-alat laboratorium umumnya dipakai
pada ruang tertutup, terlindung dari hujan dan debu-debu, angin dan lain
sebagainya serta digunakan oleh observer. Dengan demikian sifat alat-alat
meteorologi disesuaikan dengan tempat pemasangannya dan para petugas yang
menggunakan (Budairi, 2010).
2.2
Agroklimatologi Bagi Pertanian
Agroklimatolgi adalah
ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara unsur-unsur iklim dengan
kehidupan tanaman. Radiasi matahari adalah sesuatu pancaran bersumber dari
sinar matahari pada peristiwa fotosintesis yang terjadi dalam atmosfer yang di
anggap penting bagi sumber kehidupan dan sangat berpengaruh terhadap hasil
produksi (Tjasyono, 2004).
Perubahan iklim mempengaruhi kebiasaan petani untuk masa
tanam maupun masa panen yang biasanya menggunakan sistem pranata
mangsa.Perkiraan dengan sisitempranata mangsa ini sudah berubah seiring dengan
perubahan iklim yang terjadi pada akhir-akhir dekade ini. Contohnya penurunan
produktivitas pertanian di Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus pada tahun 2006
produksi padi sebesar 68.836 ton, tetapi pada tahun 2007 turun mejadi 37.695
ton (-50%) yang diakibatkan oleh banjir (Pasaribu, 2008).
Pertanian untuk memenuhi kebutuhan
tentu untuk memperoleh hasil dengan mutu yang setinggi-tingginya dalam usaha
tani seekonomis mungkin. Keberhasilan pertanian tanaman mulai dari proses
hidup, tumbuh, berkembang, dan bereproduksi tidak lepas dari kondisi fisik dan
lingkungan (atmosfer) tempat tumbuh tanaman. Dengan lingkungan yang sesuai,
maka tujuan untuk memperoleh hasil yang optimal dapat tercapai. Namun, untuk
mengetahui keadaan-keadaan tersebut kita perlu melakukan pengamatan terhadap
kondisi fisik dan lingkungan (atmosfer). Mulai dari curah hujan, kecepatan
angin, suhu tanah, hingga intensitas penyinaran. Untuk mengetahui itu semua
dibutuhkan alat-alat pengamatan cuaca yang memiliki fungsi dan prinsip-prinsip
yang berbeda satu sama lain dengan ketelitian yang berbeda-beda pula. Oleh
karena itu, perlunya kita mengenal berbagai macam alat pengamatan cuaca agar
dapat menentukan pertanianyang cocok untukkeadaan fisik maupun lingkungan
(atmosfer).
Manfaat dari
klimatologi bagi pertanian adalah untuk digunakan dalam perhitungan kondisi
udara dalam suatu kurun waktu tertentu atau digunakan sebagai tolok ukur untuk
menentukan kondisi udara dalam suatu kurun waktu mendatang dalam periode lebih
bulanan, musiman dan tahunan apakah akan berlebihan atau diatas normal dari
harga rata-rata yang baku .Cuaca dan iklim memberi pengaruh dalam kehidupan
masyarakat indonesia khusunya masyarakat sumatera barat sebagaimana kita
ketahui mata pencaharian masyarakat
sumatera adalah dibidang agraris (pertanian) seperti padi, palawija,
hortikultura dan lain-lainnya yang memberikan hasil panen yang kurang memuaskan
hal ini disebabkan karena para petani sumatera barat hanya mengandalkan
pengalaman dalam bertani padahal keadaan cuaca seperi curah hujan terus berubah
dan bersifat dinamis. Produksi di bidang pertanian sangat tergantung pada
faktor utama yaitu keadaan tanah, keadaan tanaman, iklim dan kecerdasan petani
(Muldawati,2013).
2.3
Hubungan Alat Stasiun Klimatologi Terhadap Pertanian
Berdirinya
Stasiun Klimatologi pada suatu daerah didasari pada kebutuhan masyarakat akan
perlunya pengamatan iklim untuk diinformasikan pada masyarakat luas agar dalam
melakukan kegiatan bercocok tanam mereka mengetahui masa tanam dan masa panen
yang baik. Bagi stasiun klimatologi pengamatan utama yang dilakukan meliputi
unsur curah hujan, suhu udara, arah dan laju angin, kelembapan, macam dan
tinggi dasar awan, durasi penyinaran matahari dan suhu tanah.Oleh karena itu
persyaratan stasiun klimatologi ialah lokasi, keadaan stasiun dan lingkungan
sekitar yang tidak mengalami perubahan agar pemasangan dan perletakan alat
tetap memenuhi persyaratan untuk menghasilkan pengukuran yang dapat mewakili (Prawirowardoyo,
1996).
Prakiraan
cuaca baik harian maupun prakiraan musim, mempunyai arti penting dan banyak
dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Prakiraan cuaca 24 jam yang dilakukan oleh
BMG, mempunyai arti dalam kegiatan harian misalnya untuk pelaksanaan pemupukan
dan pemberantasan hama. Misalnya pemupukan dan penyemprotan hama perlu
dilakukan pada pagi hari atau ditunda jika menurut prakiraan sore hari akan
hujan lebat. Prakiraan permulaan musim hujan mempunyai arti penting dalam
menentukan saat tanam di suatu wilayah.Jadi, bidang pertanian ini memanfaatkan
informasi tentang cuaca dan iklim mulai dari perencanaan sampai dengan
pelaksanaannya (Setiawan, 2003).
Besarnya pengaruh curah hujan di
berbagai sektor kehidupan menyebabkan prediksi cuah hujan sangat di butuhkan
untuk membuat perencanaan kedepan. Namun keberadaan curah hujan secara spesial
dan temporal masih sulit untuk di prediksi.
Selain itu sifatnya yang dinamis kemudian proses fisis yang terlibat juga
sangat koompleks sehingga sangat sulit untuk di prediksi (Estiningtyas,
2011).
Salah satu contoh kasus
dari Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang
untuk memperoleh data curah hujan menggunakan dua jenis alat, yaitu manual
OBS(Obsevatorium) dan otomatis tipe Hellman. Alat ukur hujan manual termasuk
jenis penakar hujan non-recording,sedangkan penakar hujan jenis otomatis tipe
Hellman merupakan alat penakar hujan (Bunganaen, 2013).
2.4
Syarat Penempatan Stasiun
Taman tempat peralatan yang dipakai untuk mengukur unsur
cuaca/iklim secara kontinyu disebut Stasiun Klimatologi.Taman ini merupakan
lahan datar yang ditumbuhi rumput yang luasnya di atur sesuai banyak dan macam
alat yang digunakan di stasiun tersebut.
Menurut Hanna (2014), kebenaran data dan keterwakilan data
terhadap suatu wilayah memiliki syarat-syarat dimana syarat syarat penempatan
stasiun klimatologi atau agroklimatologi antara lain: (1) Iklimnya harus luas
supaya bisa mewakili semua kawasan wilayah yang diinginkan; (2) Lapangan tanah
yang datar dan berumput dengan ketinggian rumput 5 cm; (3)Sudut pandangan 45o
diketahui koordinat (Lintang dan bujur) dan tingginya diatas permukaan
laut, disekitar taman tidak boleh ada bangunan dan pohon tinggi, tidak boleh ada
yang menghalangi peralatan dari variabel yang akan diukur, seperti hujan,
cahaya, suhu dll; (4) Taman alat sebaiknya dipagari, agar tidak ada gangguan
dari binatang; (5) Tempat taman alat sebaiknya dekat dengan lahan pertanian;
(6) Ukuran luas stasiun 50m x 50 m dan sisesuaikan dengan banyak dan macam
peralatan yang digunakan.
2.5 Alat-Alat Klimatologi
Alat-alat kliamatologi yang ada di
Stasiun Meteorologi dan Klimatologi Pertanian diantaranya alat pengukur curah
hujan (Ombrometer tipe Observatorium dan Ombrograf), Alat pengukur kelembaban
relatif udara, alat pengukur suhu udara (Termometer Biasa, Termometer Maksimum
dan Termometer Minimum), alat pengukur suhu air (Termometer Maksimum-Minimum
Permukaan Air), alat pengukur panjang penyinaran matahari, alat pengukur suhu
tanah (Termometer Permukaan Tanah, Termometer Selubung Kayu, Termometer
Bengkok, Termometer Maksimum-Minimum tanah, Termometer Simons, Stick
Termometer), alat pengukur intensitas penyinaran matahari (Aktinograf), alat
pengukur evaporasi (Panci Evaporasi Kelas A, Piche Evaporimeter) dan alat
pengukur kecepatan angin (Cup Anemometer, Hand Anemometer, Biram Anemometer)
(Prawirowardoyo, 1996).
2.5.1
Penakar hujan obeservation (OBS) dan Penakar hujan otomatis type Hellman
Penakar hujan obeservation berfungsi untuk
mengukur jumlah curah hujan yang jatuh pada permukaan tanah dalam periode waktu
24 jam. Bagian-bagian dari aat penak hujan Obeservation (OBS) adalah corong
penakar berbentuk lingkaran, tabung penampang air hujan, kran untuk
mengeluarkan air, penyangga, dan gelaas ukur dengan skala 0-25 mm, sedangkan Penakar hujan Otamatis Type Hellman yang
berfungsi untuk mengukur curah hujan yang jatuh pada permukaan dalam periode
waktu dalam 24 jam yang di lakukan secara otomatis
2.5.2
Termometer bola kering dan Termometer bola basah
Thermometer bola kering
berfungsi menunjukkan suhu udara pada waktu pengamatan termometer bola kering terpasang di
dalam sangkar meteorology, sedangkan termometer
bola basah berfungsi mencari kelembaban udara dengan bantuanTable dan waktu pengamatan thermometer bola basah sama
dengan waktu pengamatan thermometer bola kering. Termometer bola basah terpasang
dalam sangkar meteorology.
2.5.3 Termometer maksimum dan Termometer minimum
Termometer maksimum berfungsi untuk mengukur suhu tertinggi
dan Spesifikasi dari thermometer maksimum adalah terdapatnya celah sempit
bagian antara bola thermometer dan kolom air raksa pada skala, untuk menghambat
kembalinya air raksa yang telah masuk ke kolom raksa dapat kembali ke bola teermometer
saatterjadinya penyusutan oleh penurunan suhu, sedangkan termometer minimum
berfungsi untuk mengukurn suhu rendah dan spesifikasi dari alat ini adalah termometer
minimum tidak menggunakan air raksa, akan tetapi menggunakan alkohol. Alasan
penggunaan alkohol adalah alkohol mempunyai titik beku yang rendah dan merupakan
penghantar yang baik.
2.5.4 Termometer tanah
Termometer tanah berfungsi untuk mengukur suhu tanah dimana
Kedalamantanah yang diukur meliputi kedalam tanah 0 cm, 2 cm, 10 cm, 20 cm, 50
cm, dan 100 cm.
2.5.5
Campbell stokes
2.5.5 Campbell stokes
Campbeell
Stokes berfungsi untuk mengukur lamanya durasi penyinaran matahari dan
Dipergunakannya bola kaca pejal dimasukkan agar alat tersebut dapat
dipergunakan untuk memfokuskan sinar matahari secara terus menerus, tampa
terpengaruh oleh posisi matahari. Kertas Pias ditempatkan pada kerangka cekung
yang konsentrik dengan bola pejal dan sinar yang difokuskan tepat mengenai pias
2.5.6 Automatic water sampler
Automaticwater sampler adalah alat pengukur curah hujan
mingguan Curah hujan yang terukur menggunakan alat ukur ini diukur sekali dalam
seminggu yaitu setiap hari senin pukul 07.00 pagi menggunakan gelas ukur tipe
hellman. Dan alat ini menyediakan air sampeluntuk diuji kualitasnya
2.5.7 Termograph
Termograph adalah
pengukur suhu udara yang merekam setiap perubahan suhu udara termograph
dipasang di dalam sangkar meteorologi. Merupakan alat pengukur suhu udara
secara kontinyu karena dapat merekam keadaan suhu udara selama waktu yang sudah
diatur atau ditentukan,biasanya untuk waktu selama 24 jam,bahkan satu minggu.
BAB
III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
Agroklimatologi ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 Maret 2016 pukul 15.30-18.00 WITA. Praktikum
Agroklimatologi bertempat di Agroklimatologi
Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan
pada praktikum Pengenalan Alat Stasiun Klimatologi yaitu Laptop, LCD, ATK, dan
Slide power point.
3.3 Metode Praktikum
Adapun metode yang dilakukan pada
praktikum Pengenalan Alat Stasiun Klimatologi adalah sebagai berikut, mengidentifikasi macam-macam alat stasiun
klimatologi satu per satu dengan didampingi pemateri asisten sebagai pemateri, melakukan tanya jawab dengan asisten, melakukan diskusi dengan asisten, dan mengambil kesimpulan dari hasil
diskusi yang telah dilakukan.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dari
praktikum adalah
DAFTAR
PUSTAKA
Bmkg. 2014.Makalah Riset di BMKG.www.bmkg.go.id. Di akses pada 19 Februari 2016.Pukul 01.00 WITA.
Bunganaen, Wilhelmus. 2013. Jurnal Tehnik Sipil. Kupang.
Estiningtyas, W. 2011.JurnalMeteorologi Klimatologi dan Geofisika.Tangerang Selatan.
Hanna. 2014. Laporan Klimatologi. http:/hannadebora.blogspot.co.id.Diakses pada tanggal 21 Februari 2016.Pukul 09.00 WITA.
Muldawati. 2013. Jurnal Laporan Prediksi Curah Hujan Daerah Sicicin Dengan Menggunakan Metode Arima. Universitas Andalas. Sumatera Barat.
Pasaribu SM, dkk. 2008. Peningkatan adaptasi petani di daerah marginal terhadap perubahan iklim. Laporan Penelitian Pusat Analisi Sosial Ekonomi Dan Kebijaksanaan Pertanian Dapartmen Pertanian.
Prawiroardoyo,
S. 1996. Meteorologi.Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Setiawan. 2003. Otomatisasi stasiun cuaca untuk
menunjang kegiatan pertanian. (http : // www.bmg.ac.id)
Diakses tanggal 19 Februari 2016.Pukul 01.50 WITA.
Sabaruddin, Laode. 2014. Agroklimatologi.Alfabeta. Bandung.