Rabu, 16 November 2016

laporan Identifikasi Struktur alat reproduksi tanaman



Laporan Praktikum
Pemuliaan Tanaman

IDENTIFIKASI STRUTKTUR ALAT REPRODUKSI TANAMAN






                                                     
Nama               : REYNALDI
Nim                 : G111 15 073
Kelas               : D
Kelompok       : 12
Asisten            : 1. ANDI JULIA INDRIANI
                           2. RISKA TYAS MALOMO

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Setiap tumbuhan memiliki organ reproduksi yang digunakan untuk memperbanyak dirinya. Lain halnya dengan manusia dan hewan, organ reproduksi pada tumbuhan memiliki struktur, bentuk dan fungsi yang berbeda-beda pula. Alat reproduksi tanaman yang berupa bunga pada tanaman proses penyerbukannya dibantu dengan hewan, misalnya saja burung atau lebah. Meskipun bunga tidak semuanya dimiliki oleh tanaman, akan tetapi tanaman hampir semuanya memiliki bunga.
Peran yang paling penting dalam sistem reproduksi adalah bunga. Hal ini karena pada saatnya nanti terjadi penyerbukan, yaitu peristiwa bertemunya sel kelamin jantan dan sel dkelamin betina atau yang sering disebut dengan putik dan benang sari. Reproduksi seksual disebut juga perkembangbiakan secara generatif sedangkan reproduksi aseksual disebut dengan perkembangbiakan secara vegetatif.
Jika kita memperhatikan bagian dasar bunga dan tangkai bunga, bagian ini merupakan modifikasi dari batang, sedangkan kelopak dan mahkota bunga merupakan modifikasi dari daun yang bentuk dan warnanya berubah. Sebagian masih tetap bersifat seperti daun, sedangkan sebagian lagi akan mengalami metamorfosis membentuk bagian yang berperan dalam proses reproduksi.
Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan pratikum mengenai identifikasi struktur alat reeproduksi tanaman untuk mengetahui tanaman tersebut menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri dan mengetahui cara penyerbukan pada bunga tersebut.
1.2  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari pratikum identifikasi struktur alat reproduksi tanaman adalah,untuk mengetahui tanaman tersebut menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri, mengetahui tanaman tersebut termasuk bunga sempurna atau bunga tidak sempurna, serta untuk mengetahui bagian-bagian dan struktur dari bunga tersebut.
            Kegunaan dari praktikum identifikasi struktur  alat reproduksi tanaman yaitu sebagai bahan perbandingan mahasiswa jika melakukan penelitian mengenai struktur alat reproduksi tanaman.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Tanaman
2.1.1 Deskripsi Tanaman Pepaya
Menurut Suprapti (2010) kedudukan taksonomi atau klasifikasi tanaman pepaya adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Bangsa : Caricales
Suku : Caricaceae
Marga : Carica
Jenis : Carica papaya L.
Pepaya merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan. Tanaman pepaya ini menyebar ke Benua Afrika dan Asia serta India. Dari India, tanaman ini menyebar ke berbagai negara tropis, termasuk Indonesia di abad ke-17 (Setiaji, 2010).
Suku Caricaceae memiliki empat marga, yaitu Carica, Jarilla, Jacaranta, dan Cylicomorpha. Ketiga marga pertama merupakan tanaman asli Meksiko bagian selatan serta bagian utara dari Amerika Selatan, sedangkan marga keempat merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Marga Carica memiliki 24 jenis, salah satu diantaranya adalah papaya (Kalie, 2014).
Bentuk dan susunan tubuh bagian luar tanaman pepaya termasuk tumbuhan yang umur sampai berbunganya dikelompokkan sebagai tanaman buah-buahan semusim, namun tanaman papaya  dapat tumbuh setahun lebih. Sistem perakaran tanaman papaya  memiliki akar tunggang dan akar-akar cabang yang tumbuh mendatar ke semua arah pada kedalaman 1 meter atau lebih menyebar sekitar 60-150 cm atau lebih dari pusat batang tanaman pepaya (Suprapti, 2005).
Batang tanamanpapaya  berbentuk bulat lurus, di bagian tengahnya berongga, dan tidak berkayu. Ruas-ruas batang tanaman pepaya merupakan tempat melekatnya tangkai daun yang panjang, berbentuk bulat, dan berlubang. Daun pepaya bertulang menjari dengan warna permukaan atas hijau-tua, sedangkan warna permukaan bagian bawah hijau-muda (Suprapti, 2005).
 Pohon ini biasanya tidak bercabang, batang bulat berongga, tidak berkayu, terdapat benjolan bekas tangkai daun yang sudah rontok. Daun terkumpul di ujung batang, berbagi menjari. Buah tanaman papaya  berbentuk bulat hingga memanjang tergantung jenisnya, buah papaya muda berwarna hijau dan buah tua kekuningan / jingga, berongga besar di tengahnya; tangkai buah pendek . Biji berwarna hitam dan diselimuti lapisan tipis (Muhlisah, 2007).
Ditinjau dari macam bunganya, pepaya digolongkan menjadi tiga, yaitu pepaya jantan, pepaya betina, dan pepaya sempurna Pepaya jantan mudah dikenal karena ia memiliki bunga majemuk yang bertangkai panjang dan bercabang-cabang. Bunga pertama yang terdapat pada pangkal tangkai adalah 11 bunga jantan. Bunga jantan ini memiliki ciri-ciri putik atau bakal buah yang tidak berkepala karenanya tidak dapat menjadi buah, sedangkan benang sari susunannya sempurna (Aak, 2011).
Menurut Rochmatul (2013), mengatakan bahwa pada ujung tangkai bunga pepaya biasanya terdapat bunga sempurna, yang dapat melakukan penyerbukkan sendiri. Buah yang dibentuk biasanya kecil-kecil menggandul dan lonjong, maka dari itu buah pepaya jantan sering disebut pepaya gandul. Pepaya betina hanya menghasilkan bunga betina, bakal buahnya sempurna dan tidak berbenang sari, untuk dapat menjadi buah harus diserbuki bunga jantan dari luar. Pepaya betina berbunga sepanjang tahun, buah bulat bertangkai pendek. Pepaya sempurna memiliki bunga yang sempurna susunannya, ia memiliki bakal buah dan benang sari. Oleh karena itu dapat melakukan penyerbukan sendiri.
Menurut Aak (2011), dari segi daging buahnya pepaya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pepaya semangka dan pepaya burung. Pepaya semangka buahnya memiki daging buah yang berwarna merah menyerupai daging buah semangka, yang termasuk golongan ini adalah pepaya Paris, Jinggo, dan Cibinong, sedangkan pepaya burung daging buahnya.
Menurut Kalie (2012), di Indonesia varietas pepaya yang banyak ditanam adalah pepaya semangka, jinggo, dan Cibinong. Secara umum, konsumen di Indonesia lebih menyukai pepaya dengan daging buah berwarna jingga sampai merah. Pepaya dengan daging buah 12 berwarna kuning kurang disenangi sehingga varietas pepaya ini kurang berkembang.

2.1.2 Deskripsi Tanaman Bunga Kembang Sepatu
        Menurut Nafisah (2014), klasifikasi tanaman kembang sepatu adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
            Sub Divisi : Agiospermae
                        Kelas : Dycotyledonae
                                    Ordo : Malvales
                                                Family : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Speies : Hibiscus rosa sinensis
Bunga kembang sepatu Hibiscus rosasinensis termasuk kedalam family Malvaceae yaitu terna atau semak-semak, jarang berupa pohon. Tanaman ini banyak ditanam orang di halaman sebagai tanaman hias atau sebagai pagar hidup. Ini semua dilakukan orang untuk memperindah halaman rumah. Pengembangbiakan yang lebih sering dilakukan orang yaitu dengan stek batang atau cangkokan daripada perbanyakan dengan penyebaran biji (Nafisah.a,2014).
Menurut Nafisah (2014), bunga terdiri dari 5 helai daun kelopak yang dilindungi oleh kelopak tambahan (epicalyx) sehingga terlihat seperti dua lapis kelopak bunga. Mahkota bunga terdiri dari 5 lembar atau lebih jika merupakan hibrida. Tangkai putik berbentuk silinder panjang dikelilingi tangkai sari berbentuk oval yang bertaburan serbuk sari. Biji kembang sepaatu terdapat di dalam buah berbentuk kapsul berbilik lima tersebut.
Pada umumnya tinggi tanaman sekitar 2 sampai 5 meter. Daun berbentuk bulat telur yang lebar atau bulat telur yang sempit dengan ujung daun yang meruncing. Di daerah tropis atau di rumah kaca tanaman kembang sepatu berbunga sepanjang tahun, sedangkan di daerah subtropis  bunga kembang sepatu berbunga mulai dari musim panas hingga musim gugur (Nafisah.a,2014).
Bunga berbentuk terompet dengan diameter bunga sekitar 5 cm. hingga 20 cm. Putik (pistillum) menjulur ke luar dari dasar bunga. Bunga bisa mekar menghadap ke atas, ke bawah, atau menghadap ke samping. Pada umumnya, tanaman bersifat steril dan tidak menghasilkan buah (Nafisah.a,2014).
2.2 Struktur Bunga Tanaman Monokotil
      Tumbuhan berkeping biji tunggal (atau monokotil) adalah salah satu dari dua kelompok besar tumbuhan berbunga yang bijinya tidak membelah karena hanya memiliki satu daun lembaga. Kelompok ini diakui sebagai takson dalam berbagai sistem klasifikasi tumbuhan dan mendapat berbagai nama, seperti Monocotyledoneae, Liliopsida, dan Liliidae (Arudji.B, 2007).
      Kelompok tumbuhan ini mencakup berbagai tumbuhan paling berguna dalam kehidupan manusia. Sebagai sumber pangan, sumber energi nabati, sumber bahan baku industri, perumahan, dekorasi, pakaian, media penulisan, zat pewarna, sebagai sumber oksigen dan sebagainya (Arudji.B,2007).
      Bunga berbilang tiga dan kelipatannya, kelopak dan mahkota kadang-kadang tidak dapat dibedakan dan merupakan tenda bunga . bentk perhiasan bunga yang sama tersebut dapat berbentuk seperti sepal atau petal saja. Pada beberapa anggota tumbuhan monokotil, bagian perhiasan bunganya tereduksi atau bahkan sampai tidak ada sama sekali. Bunga tumbahan monokotil pada umumnya mempunyai benang sari sebanyak hanya pada beberapa generasi. Sebaiknya terdapat juga anggota yang benang sarinya tereduksi menjadi tiga atau kurang. Kadang-kadang bahkan berubah menjadi staminodia (Agus dan Subiksa, 2012).
2.3 Struktur Bunga Tanaman Dikotil
      Tumbuhan berbiji belah atau tumbuhan berkeping biji dua adalah segolongan tumbuhan berbunga yang memiliki ciri khas yang sama dengan memiliki sepasang daun lembaga (kotiledon:daun yang terbentuk pada embrio) berbentuk sejak dalam tahap biji sehingga biji sebagian besar anggotanya bersifat mudah terbelah dua dan sistem Crouquistmengakui kelompok ini sebagai takson dan menamakannya kelas Magnoliopsida (Arudji.B, 2012).
      Nama ini dibentuk dengan menggantikan akhiran –aceae dalam nama Magnoliopsida dengan akhiran -opsida . Kelas Magnoliopsida dipakai sebagai namataksonomi bagi semua tumbuhan berbunga yang bukan monokotil. Magnoliopsida adalah nama yang dipakai untuk menggantikan nama yang dipakai sistem klasifikasi yang lebih lama dalam taksonomi bunga dikotil, kelas Dicotyledoneae (kelas “tumbuhan berdaun lembaga dua” atau “tumbuhan dikotil” (Arudji.B, 2012).
      Bagian bunga dari dikotil adalah kelipatan empat atau lima, seperti 4 atau 8 dan 5 atau 10. Contoh untuk bunga dikotil adalah bunga mangga, bunga kayu manis, bunga alpukat dan lain-lain, dikotil memiliki tiga alur di setiap butir serbuk sari, dan jumlah kelopak dan sepal setiap bunga biasanya kelipatan dari 4 atau 5- seperti 4,5,8,10,16 dan 20 ( Agus dan Subiksa, 2012 ).
2.4 Biologi Bunga dan Pembungaan Tanaman Monokotil
      Bunga monokotil adalah bunga yang ditemukan pada tumbuhan monokotil. Bagian bunga dari monokotil biasanya dalam kelipatan tiga, seperti 3 atau 6 atau 9. Beberapa contoh untuk bunga monokotil adalah bunga padi, bunga gandum, bunga jagung, dll. Bagian bunga dari dikotil adalah dalam kelipatan empat atau lima, seperti 4 atau 8 dan 5 atau 10. Contoh untuk bunga dikotil adalah bunga mangga, bunga kayu manis, bunga alpukat, dan lain sebagainya (Rahayu dkk,2010).
Menurut Rahayu dkk (2010), ciri-cir monokotil sebagai berikut :
a.       Memiliki berkas vaskuler (pembuluh angkut) yang terdapat di batang yang bertipe kolateral tertutup (antara xilem dengan floem tidak terdapat kambium). Letak dari xilem dan floem tersebar atau tidak teratur. Umunya batang dan akar tidak memiliki kambium sehinga tidak dapat terjadi pertumbuhan sekunder dan tidak akan tumbuh membesar. Namun, ada juga tumbuhan monokotil yang berkambium, seperti sisal (Agave sisalana). 
b.      Umumnya batang tidak bercabang, memiliki rambut-rambut halus, dan ruas-ruas pada batang tampak jelas
c.       Berakar serabut
d.      Ujung akar dilindungi oleh koleoriza dan ujung batang dilindungi oleh koleoptil
e.       Umumnya berdaun tunggal, kecuali pada kelompok kalem. Urat daun sejajar atau melengkung dan berpelepah daun. 
2.5 Biologi Bunga dan Pembungaan Tanaman Dikotil
      Dapat diketahui bahwa perbedaan yang mencolok antara tumbuhan dikotil terletak pada berkas pembuluh, berkas pembuluh pada tumbuhan dikotil terlihat lebih teratur. Berkas pembuluh terdiri dari xylem atau suatu alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut sari makanan dan unsur hara dari tanah keseluruh tumbuhan dan floem yaitu berkas yang bergungsi sebagai pengangkut hasil fotosintesis dari daun keseluruh tubuh tumbuhan (Aryuliana, 2014).
      Semua tanaman monokotil dan dikotil adalah tanaman berbunga, istilah ini digunakan untuk mengklasifikasikan tanaman berbunga hanya menjadi dua kelompok yang berbeda. Ada perbedaan di bagian berbunga monokotil dan dikotil dalam struktur serbuk sari dan jumlah kelopak dan sepal. Monokotil memiliki alur tunggal dalam serbuk sari mereka, dan jumlah kelopak dan sepal pada bunga merupakan kelipatan dari 3, seperti 3 atau 6. Tanaman dikotil memiliki tiga alur di setiap butir serbuk sari, dan jumlah kelopak dan sepal pada setiap bunga biasanya kelipatan dari 4 atau 5,  seperti 4, 5, 8, 10, 16 dan 20 (Sridianti, 2013).




      Kebanyakan tanaman yang saat pemasakan pollen dan tepung sari tidak bersamaan. Pada pollen dipengaruhi oleh temperature dan kandungan uap lembab, umumnya pada suhu rendah dan kadar uap lembab akan meningkatkan umur pollen. Dalam jangka pendek mbutuhkan temperature  yang rendah kelembabannnya cukup tinggi, kelangsungan hidup pollen penting sebagai parameter untuk pemuliaan tanaman panjang usia pollen diperoleh dari nilai takaran kelangsungan hidupnya setelah penyimpanan (Agus dan Subiksa, 2012).
     














BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
      Praktikum identifikasi struktur alat reproduksi tanaman  di laksanakan pada hari Jumat,30 september 2016 pukul 13.30 sampai 15.00 WITA. Di laboratorium 1 Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2 Alat dan Bahan
        Alat yang digunakan pada praktikum identifikasi struktur alat reproduksi tanaman yaitu alat tulis menulis seperti pensil, pulpen, dan pensil warna.
        Bahan yang digunakan yaitu bunga papaya, bunga kembang sepatu, dan kertas HVS.
3.3 Metode Pelaksanaan
      Prosedur kerja pada praktikum identifikasi struktur alat reproduksi tanaman yaitu:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunkan
2. Mengamati alat reproduksi tanaman yang di bawa
3. Menggambar alat reproduksi di kertas HVS
4. Mewarnai gambar bunga menggunakan pensil warna.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Bunga Tanaman Pepaya









4.1.2 Bunga Tanaman Kembang Sepatu








4.2 Pembahasan
            Tanaman pepaya merupakan tanaman yang termasuk bunga sempurna karena memiliki alat reproduksi lengkap yaitu benang sari (jantan) dan putik (betina). Bunga papaya termasuk bunga yang menyerbuk silang dan kebanyakan dibantu oleh angina hal ini sesuai dengan pernyataan Suriana (2012), Tanaman yang melakukan penyerbukan silang memiliki bunga yang memiliki ciri khas sendiri, diantaranya yaitu;Secara morfologi bunga, serbuk sari terhalang menyerbuki kepala putik, misalnya posisi benang sari yang berada di bawah kepala putik atau berada pada bunga yang berbeda.Waktu matang kepala putik dan benang sari yang berbeda, sehingga ketika benang sari jatuh di kepala putik tidak terjadi peleburan antara sel gamet jantan dan betina. Atau putik matang terlebih dahulu daripada benang sari, sehingga serbuk sari bunga dari tanaman lain dapat menyerbukinya terlebih dahulu. Ketidak sesuaian alat kelamin (inkompatabilitas). Penyerbukan oleh serbuk sari bunga yang sama tidak pernah menghasilkan pembuahan, sehingga putik harus diserbuki oleh serbuk sari dari bunga lain yang memiliki kesesuaian (kompatibel).
   Pada bunga kembang sepatu termasuk bunga sempurna karena seperti pada pengertian bunga sempurna adalah bunga yang memiliki alat kelamin jantan dan alat kelamin betina dalam satu organ dan berdasarkan dari pengertian tersebut pada bunga kembang sepatu memiliki alat reproduksi seperti serbuk sari dan kepala putik.
Bunga kembang sepatu  termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri karena putik dan benang sarinya matang bersamaan dan juga termasuk tanaman yang melakukan penyerbukan sendiri. Hal ini dikarenakan putik dan benang sari yang terdapat pada bunga kembang sepatu tidak dilindungi oleh mahkota sehingga memungkinkan melakukan penyerbukan sendiri.
Bunga kembang sepatu termasuk bunga lengkap karena memiliki struktur dan bagian bunga yang lengkap seperti serbuk sari, kepala putik, tangkai bunga, kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari, bakal biji, leher putik, dan tangkai benang sari.
Hal ini sesuai dengan pendapat Susino dan Taufik (2013), yang menyatakan bahwa bunga kembang sepatu ini merupakan bunga tunggal. Bunga ini memiliki bagian-bagian yang kompleks seperti kelopak, mahkota benang sari, dan putik, sehingga disebut bunga lengkap. Bunga kembang sepatu tumbuh pada ketiak daun. Bunga ini disebut juga dengan bunga sempurna karena memiliki benang sari dan putik.











BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pada bunga papaya merupakan bunga sempurna dan penyerbukannya merupakan
    penyerbukan sendiri yang banyak dibantu oleh angin.
2. Pada bunga kembang sepatu merupakan bunga sempurna dan bunga yang lengkap
    karena memiliki semua bagian-bagian bunga, bunga kembang sepatu melakukan
     penyerbukan sendiri karena putik dan benang sari matang bersamaan.
5.2 Saran
      Dalam melakukan praktikum pemuliaan tanaman sebaiknya asisten setiap kelompok hadir di laboratorium untuk mendampingi praktikannya, dan untuk penyampaian format laporannya jangan tolong jangan diwaktu yang mepet.







DAFTAR PUSTAKA
Aditya, V., Indradewa, I. D., & St, D. A. 2013. Pengaruh Kadar Paklobutrazol
dan Dosis NPK terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Kembang Kertas
(Zinnia elegans jacq) (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Agus dan Subiksa, 2012. Identifikasi pembungaan tanaman legume (skripsi). Padang:
            Universitas  Andalas

Arudji, B. 2007. Klasifikasi Dari beberapa Jenis Tanaman Monokotil dan Dikotil
(Angiospermae). Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya.

Darjanto dan Siti Satifah. 2006. Pegetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik
Penyerbukan silang Buatan. PT Gramedia, Jakarta.

Nafisah, a. 2014. optimasi formula sirup ekstrak terstandar daun kembang sepatu
(hibiscus rosa-sinensis l.) dengan kombinasi sorbitol, xanthan gum, dan
gliserin menggunakan d-optimal mixture design (doctoral dissertation,
Universitas Gadjah Mada).

Nur’aini, D. 2013. Kandungan Vitamin C Dan Organoleptik Selai Bunga 
Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) Dengan Penambahan Jeruk Siam (Citrus nobilis var. Microcarpa), Gula Pasir, Dan Tepung Maizena
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Purwantoro, i. A.2013. Keragaman bentuk Dan Warna Kembang Kertas (Zinnia
Elegans jaqc.) Populasi m6 (Doctoral Dissertation, Universitas Gadjah
Mada).
Purwantoro, A.2009. Perbaikan karakter bunga kertas (Zinnia spp.) sebagai salah
satu komoditas bunga potong melalui induksi poliploidisasi. 
Rahayu, S., Trisnawati, D. E., & Qoyim, I. B. N. U. L. 2006. Biologi Bunga

Picis Kecil (Hoya lacunosa Bl.) di Kebun Raya Bogor. Jurnal Biodiversitas8, 07-11.
Samsumaharto, R. A., & Hartanto, S. D.2010. Uji Akivitas Antibakteri Ekstrak
n-Heksan, Etil Asetat, dan Etanol 70% Daun Kembang Sepatu (Hibiscus
rosa-sinesis L.) Terhadap S. aureus ATCC 25923. Universitas Setia Budi,
Surakarta.
Susino dan taufik, 2010. Biologi Bunga dan buah. Universitas Bengkulu

Setiqaji 2010, Budidaya Tanaman papaya. Erlangga Jakarta

Suprapti, 2010.Aneka Olahan Pepaya Mentah dan Mengkal. Kanisius, Yogyakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar