Laporan Praktikum
Pemuliaan Tanaman
IDENTIFIKASI
STRUTKTUR ALAT REPRODUKSI TANAMAN
Nama : REYNALDI
Nim :
G111 15 073
Kelas : D
Kelompok :
12
Asisten :
1. ANDI JULIA INDRIANI
2. RISKA TYAS MALOMO
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
DEPARTEMEN
BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap
tumbuhan memiliki organ reproduksi yang digunakan untuk memperbanyak dirinya.
Lain halnya dengan manusia dan hewan, organ reproduksi pada tumbuhan memiliki
struktur, bentuk dan fungsi yang berbeda-beda pula. Alat reproduksi tanaman
yang berupa bunga pada tanaman proses penyerbukannya dibantu dengan hewan,
misalnya saja burung atau lebah. Meskipun bunga tidak semuanya dimiliki oleh
tanaman, akan tetapi tanaman hampir semuanya memiliki bunga.
Peran
yang paling penting dalam sistem reproduksi adalah bunga. Hal ini karena pada
saatnya nanti terjadi penyerbukan, yaitu peristiwa bertemunya sel kelamin
jantan dan sel dkelamin betina atau yang sering disebut dengan putik dan benang
sari. Reproduksi seksual disebut juga perkembangbiakan secara generatif
sedangkan reproduksi aseksual disebut dengan perkembangbiakan secara vegetatif.
Jika
kita memperhatikan bagian dasar bunga dan tangkai bunga, bagian ini merupakan
modifikasi dari batang, sedangkan kelopak dan mahkota bunga merupakan
modifikasi dari daun yang bentuk dan warnanya berubah. Sebagian masih
tetap bersifat seperti daun, sedangkan sebagian lagi akan mengalami
metamorfosis membentuk bagian yang berperan dalam proses reproduksi.
Berdasarkan
uraian diatas perlu dilakukan pratikum mengenai identifikasi struktur alat
reeproduksi tanaman untuk mengetahui tanaman tersebut menyerbuk silang atau
menyerbuk sendiri dan mengetahui cara penyerbukan pada bunga tersebut.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
dari pratikum identifikasi struktur alat reproduksi tanaman adalah,untuk
mengetahui tanaman tersebut menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri, mengetahui
tanaman tersebut termasuk bunga sempurna atau bunga tidak sempurna, serta untuk
mengetahui bagian-bagian dan struktur dari bunga tersebut.
Kegunaan dari praktikum identifikasi struktur alat reproduksi tanaman yaitu sebagai bahan
perbandingan mahasiswa jika melakukan penelitian mengenai struktur alat
reproduksi tanaman.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Deskripsi Tanaman
2.1.1
Deskripsi Tanaman Pepaya
Menurut Suprapti (2010) kedudukan taksonomi atau klasifikasi tanaman
pepaya adalah sebagai berikut:
Kerajaan
: Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas :
Angiospermae
Bangsa : Caricales
Suku : Caricaceae
Marga : Carica
Jenis : Carica papaya L.
Pepaya merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan
bagian utara dari Amerika Selatan. Tanaman pepaya ini menyebar ke Benua Afrika
dan Asia serta India. Dari India, tanaman ini menyebar ke berbagai negara
tropis, termasuk Indonesia di abad ke-17 (Setiaji, 2010).
Suku Caricaceae memiliki empat marga, yaitu Carica, Jarilla, Jacaranta,
dan Cylicomorpha. Ketiga marga pertama merupakan tanaman asli Meksiko bagian
selatan serta bagian utara dari Amerika Selatan, sedangkan marga keempat
merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Marga Carica memiliki 24 jenis,
salah satu diantaranya adalah papaya (Kalie, 2014).
Bentuk dan susunan tubuh bagian luar tanaman pepaya termasuk tumbuhan
yang umur sampai berbunganya dikelompokkan sebagai tanaman buah-buahan semusim,
namun tanaman papaya dapat tumbuh setahun
lebih. Sistem perakaran tanaman papaya memiliki akar tunggang dan akar-akar cabang
yang tumbuh mendatar ke semua arah pada kedalaman 1 meter atau lebih menyebar
sekitar 60-150 cm atau lebih dari pusat batang tanaman pepaya (Suprapti, 2005).
Batang tanamanpapaya berbentuk
bulat lurus, di bagian tengahnya berongga, dan tidak berkayu. Ruas-ruas batang tanaman
pepaya merupakan tempat melekatnya tangkai daun yang panjang, berbentuk bulat,
dan berlubang. Daun pepaya bertulang menjari dengan warna permukaan atas
hijau-tua, sedangkan warna permukaan bagian bawah hijau-muda (Suprapti, 2005).
Pohon ini biasanya tidak
bercabang, batang bulat berongga, tidak berkayu, terdapat benjolan bekas
tangkai daun yang sudah rontok. Daun terkumpul di ujung batang, berbagi
menjari. Buah tanaman papaya berbentuk
bulat hingga memanjang tergantung jenisnya, buah papaya muda berwarna hijau dan
buah tua kekuningan / jingga, berongga besar di tengahnya; tangkai buah pendek .
Biji berwarna hitam dan diselimuti lapisan tipis (Muhlisah, 2007).
Ditinjau dari macam bunganya, pepaya digolongkan menjadi tiga, yaitu
pepaya jantan, pepaya betina, dan pepaya sempurna Pepaya jantan mudah dikenal
karena ia memiliki bunga majemuk yang bertangkai panjang dan bercabang-cabang.
Bunga pertama yang terdapat pada pangkal tangkai adalah 11 bunga jantan. Bunga
jantan ini memiliki ciri-ciri putik atau bakal buah yang tidak berkepala
karenanya tidak dapat menjadi buah, sedangkan benang sari susunannya sempurna
(Aak, 2011).
Menurut Rochmatul (2013), mengatakan bahwa pada ujung tangkai bunga
pepaya biasanya terdapat bunga sempurna, yang dapat melakukan penyerbukkan
sendiri. Buah yang dibentuk biasanya kecil-kecil menggandul dan lonjong, maka
dari itu buah pepaya jantan sering disebut pepaya gandul. Pepaya betina hanya
menghasilkan bunga betina, bakal buahnya sempurna dan tidak berbenang sari,
untuk dapat menjadi buah harus diserbuki bunga jantan dari luar. Pepaya betina
berbunga sepanjang tahun, buah bulat bertangkai pendek. Pepaya sempurna
memiliki bunga yang sempurna susunannya, ia memiliki bakal buah dan benang
sari. Oleh karena itu dapat melakukan penyerbukan sendiri.
Menurut Aak (2011), dari segi daging buahnya pepaya dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu pepaya semangka dan pepaya burung. Pepaya semangka buahnya
memiki daging buah yang berwarna merah menyerupai daging buah semangka, yang
termasuk golongan ini adalah pepaya Paris, Jinggo, dan Cibinong, sedangkan
pepaya burung daging buahnya.
Menurut Kalie (2012), di Indonesia varietas pepaya yang banyak ditanam
adalah pepaya semangka, jinggo, dan Cibinong. Secara umum, konsumen di
Indonesia lebih menyukai pepaya dengan daging buah berwarna jingga sampai
merah. Pepaya dengan daging buah 12 berwarna kuning kurang disenangi sehingga
varietas pepaya ini kurang berkembang.
2.1.2
Deskripsi Tanaman Bunga Kembang Sepatu
Menurut Nafisah (2014), klasifikasi
tanaman kembang sepatu adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub
Divisi : Agiospermae
Kelas
: Dycotyledonae
Ordo
: Malvales
Family
: Malvaceae
Genus : Hibiscus
Speies : Hibiscus
rosa sinensis
Bunga kembang sepatu Hibiscus rosasinensis termasuk
kedalam family Malvaceae yaitu terna atau semak-semak, jarang berupa pohon.
Tanaman ini banyak ditanam orang di halaman sebagai tanaman hias atau sebagai
pagar hidup. Ini semua dilakukan orang untuk memperindah halaman rumah.
Pengembangbiakan yang lebih sering dilakukan orang yaitu dengan stek batang
atau cangkokan daripada perbanyakan dengan penyebaran biji (Nafisah.a,2014).
Menurut
Nafisah (2014), bunga terdiri dari 5 helai daun kelopak yang dilindungi oleh
kelopak tambahan (epicalyx) sehingga terlihat seperti dua lapis kelopak bunga.
Mahkota bunga terdiri dari 5 lembar atau lebih jika merupakan hibrida. Tangkai
putik berbentuk silinder panjang dikelilingi tangkai sari berbentuk oval yang
bertaburan serbuk sari. Biji kembang sepaatu terdapat di dalam buah berbentuk
kapsul berbilik lima tersebut.
Pada
umumnya tinggi tanaman sekitar 2 sampai 5 meter. Daun berbentuk bulat telur
yang lebar atau bulat telur yang sempit dengan ujung daun yang meruncing. Di
daerah tropis atau di rumah kaca tanaman kembang sepatu berbunga sepanjang
tahun, sedangkan di daerah subtropis bunga kembang sepatu berbunga
mulai dari musim panas hingga musim gugur (Nafisah.a,2014).
Bunga
berbentuk terompet dengan diameter bunga sekitar 5 cm. hingga 20 cm. Putik
(pistillum) menjulur ke luar dari dasar bunga. Bunga bisa mekar menghadap ke
atas, ke bawah, atau menghadap ke samping. Pada umumnya, tanaman bersifat
steril dan tidak menghasilkan buah (Nafisah.a,2014).
2.2
Struktur Bunga Tanaman Monokotil
Tumbuhan berkeping biji tunggal (atau
monokotil) adalah salah satu dari dua kelompok besar tumbuhan berbunga yang
bijinya tidak membelah karena hanya memiliki satu daun lembaga. Kelompok ini
diakui sebagai takson dalam berbagai sistem klasifikasi tumbuhan dan mendapat
berbagai nama, seperti Monocotyledoneae, Liliopsida, dan Liliidae (Arudji.B,
2007).
Kelompok tumbuhan ini mencakup berbagai
tumbuhan paling berguna dalam kehidupan manusia. Sebagai sumber pangan, sumber
energi nabati, sumber bahan baku industri, perumahan, dekorasi, pakaian, media
penulisan, zat pewarna, sebagai sumber oksigen dan sebagainya (Arudji.B,2007).
Bunga berbilang tiga dan kelipatannya,
kelopak dan mahkota kadang-kadang tidak dapat dibedakan dan merupakan tenda
bunga . bentk perhiasan bunga yang sama tersebut dapat berbentuk seperti sepal
atau petal saja. Pada beberapa anggota tumbuhan monokotil, bagian perhiasan
bunganya tereduksi atau bahkan sampai tidak ada sama sekali. Bunga tumbahan
monokotil pada umumnya mempunyai benang sari sebanyak hanya pada beberapa
generasi. Sebaiknya terdapat juga anggota yang benang sarinya tereduksi menjadi
tiga atau kurang. Kadang-kadang bahkan berubah menjadi staminodia (Agus dan Subiksa,
2012).
2.3 Struktur Bunga Tanaman Dikotil
Tumbuhan
berbiji belah atau tumbuhan berkeping biji dua adalah segolongan tumbuhan
berbunga yang memiliki ciri khas yang sama dengan memiliki sepasang daun
lembaga (kotiledon:daun yang terbentuk pada embrio) berbentuk sejak dalam tahap
biji sehingga biji sebagian besar anggotanya bersifat mudah terbelah dua dan
sistem Crouquistmengakui kelompok ini sebagai takson dan
menamakannya kelas Magnoliopsida (Arudji.B,
2012).
Nama ini dibentuk dengan menggantikan
akhiran –aceae dalam nama Magnoliopsida
dengan akhiran -opsida . Kelas Magnoliopsida dipakai
sebagai namataksonomi bagi semua tumbuhan berbunga yang bukan monokotil. Magnoliopsida adalah nama yang dipakai
untuk menggantikan nama yang dipakai sistem klasifikasi yang lebih lama dalam
taksonomi bunga dikotil, kelas Dicotyledoneae (kelas
“tumbuhan berdaun lembaga dua” atau “tumbuhan dikotil” (Arudji.B, 2012).
Bagian bunga dari dikotil adalah kelipatan
empat atau lima, seperti 4 atau 8 dan 5 atau 10. Contoh untuk bunga dikotil
adalah bunga mangga, bunga kayu manis, bunga alpukat dan lain-lain, dikotil
memiliki tiga alur di setiap butir serbuk sari, dan jumlah kelopak dan sepal
setiap bunga biasanya kelipatan dari 4 atau 5- seperti 4,5,8,10,16 dan 20 ( Agus
dan Subiksa, 2012 ).
2.4
Biologi Bunga dan Pembungaan Tanaman Monokotil
Bunga monokotil adalah bunga yang
ditemukan pada tumbuhan monokotil. Bagian bunga dari monokotil biasanya dalam
kelipatan tiga, seperti 3 atau 6 atau 9. Beberapa contoh untuk bunga monokotil
adalah bunga padi, bunga gandum, bunga jagung, dll. Bagian bunga dari dikotil
adalah dalam kelipatan empat atau lima, seperti 4 atau 8 dan 5 atau 10. Contoh
untuk bunga dikotil adalah bunga mangga, bunga kayu manis, bunga alpukat, dan
lain sebagainya (Rahayu dkk,2010).
Menurut
Rahayu dkk (2010), ciri-cir monokotil sebagai berikut :
a. Memiliki
berkas vaskuler (pembuluh angkut) yang terdapat di batang yang bertipe
kolateral tertutup (antara xilem dengan floem tidak terdapat kambium). Letak
dari xilem dan floem tersebar atau tidak teratur. Umunya batang dan akar tidak
memiliki kambium sehinga tidak dapat terjadi pertumbuhan sekunder dan tidak
akan tumbuh membesar. Namun, ada juga tumbuhan monokotil yang berkambium,
seperti sisal (Agave sisalana).
b. Umumnya
batang tidak bercabang, memiliki rambut-rambut halus, dan ruas-ruas pada batang
tampak jelas
c. Berakar
serabut
d. Ujung
akar dilindungi oleh koleoriza dan ujung batang dilindungi oleh koleoptil
e. Umumnya
berdaun tunggal, kecuali pada kelompok kalem. Urat daun sejajar atau melengkung
dan berpelepah daun.
2.5
Biologi Bunga dan Pembungaan Tanaman Dikotil
Dapat diketahui bahwa perbedaan yang mencolok antara tumbuhan
dikotil terletak pada berkas pembuluh, berkas pembuluh pada tumbuhan dikotil
terlihat lebih teratur. Berkas pembuluh terdiri dari xylem atau suatu alat
transportasi yang digunakan untuk mengangkut sari makanan dan unsur hara dari
tanah keseluruh tumbuhan dan floem yaitu berkas yang bergungsi sebagai
pengangkut hasil fotosintesis dari daun keseluruh tubuh tumbuhan (Aryuliana,
2014).
Semua
tanaman monokotil dan dikotil adalah tanaman berbunga, istilah ini digunakan
untuk mengklasifikasikan tanaman berbunga hanya menjadi dua kelompok yang
berbeda. Ada perbedaan di bagian berbunga monokotil dan dikotil dalam struktur
serbuk sari dan jumlah kelopak dan sepal. Monokotil memiliki alur tunggal dalam
serbuk sari mereka, dan jumlah kelopak dan sepal pada bunga merupakan kelipatan
dari 3, seperti 3 atau 6. Tanaman dikotil memiliki tiga alur di setiap butir serbuk
sari, dan jumlah kelopak dan sepal pada setiap bunga biasanya kelipatan dari 4
atau 5, seperti 4, 5, 8, 10, 16 dan 20
(Sridianti, 2013).
Kebanyakan
tanaman yang saat pemasakan pollen dan tepung sari tidak bersamaan. Pada pollen
dipengaruhi oleh temperature dan kandungan uap lembab, umumnya pada suhu rendah
dan kadar uap lembab akan meningkatkan umur pollen. Dalam jangka pendek
mbutuhkan temperature yang rendah
kelembabannnya cukup tinggi, kelangsungan hidup pollen penting sebagai
parameter untuk pemuliaan tanaman panjang usia pollen diperoleh dari nilai
takaran kelangsungan hidupnya setelah penyimpanan (Agus dan Subiksa, 2012).
BAB
III
METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum identifikasi struktur alat reproduksi tanaman di laksanakan pada hari Jumat,30 september
2016 pukul 13.30 sampai 15.00 WITA. Di laboratorium 1 Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
pada praktikum identifikasi struktur alat reproduksi tanaman yaitu alat tulis
menulis seperti pensil, pulpen, dan pensil warna.
Bahan yang digunakan yaitu bunga papaya, bunga kembang
sepatu, dan kertas HVS.
3.3
Metode Pelaksanaan
Prosedur kerja pada
praktikum identifikasi struktur alat reproduksi tanaman yaitu:
1. Menyiapkan alat dan
bahan yang akan digunkan
2. Mengamati alat
reproduksi tanaman yang di bawa
3. Menggambar alat
reproduksi di kertas HVS
4. Mewarnai gambar
bunga menggunakan pensil warna.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1
Bunga Tanaman Pepaya
4.2
Pembahasan
Tanaman pepaya merupakan tanaman
yang termasuk bunga sempurna karena memiliki alat reproduksi lengkap yaitu
benang sari (jantan) dan putik (betina). Bunga papaya termasuk bunga yang
menyerbuk silang dan kebanyakan dibantu oleh angina hal ini sesuai dengan
pernyataan Suriana (2012), Tanaman yang melakukan penyerbukan
silang memiliki bunga yang memiliki ciri khas sendiri, diantaranya yaitu;Secara
morfologi bunga, serbuk sari terhalang menyerbuki kepala putik, misalnya posisi
benang sari yang berada di bawah kepala putik atau berada pada bunga yang
berbeda.Waktu matang kepala putik dan benang sari yang berbeda, sehingga ketika
benang sari jatuh di kepala putik tidak terjadi peleburan antara sel gamet
jantan dan betina. Atau putik matang terlebih dahulu daripada benang sari,
sehingga serbuk sari bunga dari tanaman lain dapat menyerbukinya terlebih
dahulu. Ketidak sesuaian alat kelamin (inkompatabilitas). Penyerbukan oleh
serbuk sari bunga yang sama tidak pernah menghasilkan pembuahan, sehingga putik
harus diserbuki oleh serbuk sari dari bunga lain yang memiliki kesesuaian
(kompatibel).
Pada bunga kembang
sepatu termasuk bunga sempurna karena seperti pada pengertian bunga sempurna
adalah bunga yang memiliki alat kelamin jantan dan alat kelamin betina dalam
satu organ dan berdasarkan dari pengertian tersebut pada bunga kembang sepatu
memiliki alat reproduksi seperti serbuk sari dan kepala putik.
Bunga kembang
sepatu termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri karena putik dan
benang sarinya matang bersamaan dan juga termasuk tanaman yang melakukan
penyerbukan sendiri. Hal ini dikarenakan putik dan benang sari yang terdapat
pada bunga kembang sepatu tidak dilindungi oleh mahkota sehingga memungkinkan
melakukan penyerbukan sendiri.
Bunga kembang sepatu
termasuk bunga lengkap karena memiliki struktur dan bagian bunga yang lengkap
seperti serbuk sari, kepala putik, tangkai bunga, kelopak bunga, mahkota bunga,
benang sari, bakal biji, leher putik, dan tangkai benang sari.
Hal ini sesuai dengan
pendapat Susino dan Taufik (2013), yang menyatakan bahwa bunga kembang sepatu
ini merupakan bunga tunggal. Bunga ini memiliki bagian-bagian yang kompleks
seperti kelopak, mahkota benang sari, dan putik, sehingga disebut bunga
lengkap. Bunga kembang sepatu tumbuh pada ketiak daun. Bunga ini disebut juga
dengan bunga sempurna karena memiliki benang sari dan putik.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
1. Pada bunga papaya
merupakan bunga sempurna dan penyerbukannya merupakan
penyerbukan sendiri yang banyak dibantu
oleh angin.
2. Pada bunga kembang
sepatu merupakan bunga sempurna dan bunga yang lengkap
karena memiliki semua bagian-bagian bunga,
bunga kembang sepatu melakukan
penyerbukan sendiri karena putik dan
benang sari matang bersamaan.
5.2
Saran
Dalam melakukan
praktikum pemuliaan tanaman sebaiknya asisten setiap kelompok hadir di
laboratorium untuk mendampingi praktikannya, dan untuk penyampaian format
laporannya jangan tolong jangan diwaktu yang mepet.
DAFTAR
PUSTAKA
Aditya, V., Indradewa, I. D., & St, D. A.
2013. Pengaruh Kadar Paklobutrazol
dan Dosis NPK terhadap
Pertumbuhan dan Pembungaan Kembang Kertas
(Zinnia elegans jacq) (Doctoral
dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Agus
dan Subiksa, 2012. Identifikasi
pembungaan tanaman legume (skripsi). Padang:
Universitas Andalas
Arudji, B. 2007. Klasifikasi Dari beberapa
Jenis Tanaman Monokotil dan Dikotil
(Angiospermae). Universitas
Wijaya Kusuma, Surabaya.
Darjanto dan Siti Satifah. 2006. Pegetahuan
Dasar Biologi Bunga dan Teknik
Penyerbukan silang Buatan. PT Gramedia, Jakarta.
Nafisah, a. 2014. optimasi formula
sirup ekstrak terstandar daun kembang sepatu
(hibiscus rosa-sinensis l.)
dengan kombinasi sorbitol, xanthan gum, dan
gliserin menggunakan
d-optimal mixture design (doctoral dissertation,
Universitas Gadjah Mada).
Nur’aini, D. 2013. Kandungan Vitamin
C Dan Organoleptik Selai Bunga
Kembang
Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) Dengan Penambahan Jeruk Siam (Citrus nobilis
var. Microcarpa), Gula Pasir, Dan Tepung Maizena
(Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Purwantoro, i. A.2013. Keragaman
bentuk Dan Warna Kembang Kertas (Zinnia
Elegans jaqc.) Populasi m6 (Doctoral
Dissertation, Universitas Gadjah
Mada).
Purwantoro, A.2009. Perbaikan karakter bunga
kertas (Zinnia spp.) sebagai salah
satu komoditas bunga potong
melalui induksi poliploidisasi.
Rahayu, S., Trisnawati, D. E., & Qoyim,
I. B. N. U. L. 2006. Biologi Bunga
Picis Kecil (Hoya lacunosa Bl.) di Kebun Raya
Bogor. Jurnal Biodiversitas, 8, 07-11.
Samsumaharto, R. A., & Hartanto, S.
D.2010. Uji Akivitas Antibakteri Ekstrak
n-Heksan, Etil Asetat, dan
Etanol 70% Daun Kembang Sepatu (Hibiscus
rosa-sinesis L.) Terhadap
S. aureus ATCC 25923. Universitas Setia Budi,
Surakarta.
Susino dan taufik, 2010. Biologi Bunga dan buah. Universitas Bengkulu
Setiqaji 2010, Budidaya Tanaman papaya. Erlangga Jakarta
Suprapti, 2010.Aneka Olahan Pepaya Mentah dan Mengkal. Kanisius, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar