Laporan Praktikum I
Fisiologi Tumbuhan
STOMATA
NAMA : REYNALDI
NIM :
G111 15 073
KELAS : D
KELOMPOK : 13
ASISTEN : SRI HARDIYANTI SAAD
Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
Makassar
2016
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Fotosintesis
berasal dari kata foton yang berarti cahaya dan sintesis yang berarti
penyusunan. Jadi fotosintesis adalah proses penyusunan dari zat organik H2O
dan CO2 menjadi senyawa organik yang kompleks yang memerlukan
cahaya. Fotosintesis hanya dapat terjadi pada tumbuhan yang mempunyai klorofil,
yaitu pigmen yang berfungsi sebagai penangkap energi cahaya matahari.
Fotosintesis merupakan suatu proses biologi yang kompleks, proses ini
menggunakan energi dan cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan oleh klorofil
yang terdapat dalam kloroplas. Seperti halnya mitokondria, kloroplas mempunyai
membran luar dan membran dalam. Membran dalam mengelilingi suatu stroma yang
mengandung enzim-enzim tang larut dalam struktur membran yang disebut tilakoid.
Proses fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain air (H2O),
konsentrasi CO2, suhu, umur daun, translokasi karbohidrat dan
cahaya yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa adanya
cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses fotosintesis, hal
ini disebabkan klorofil yang berada didalam daun tidak dapat menggunakan cahaya
matahari karena klorofil hanya akan berfungsi bila ada cahaya matahari.
Stomata
membuka jika tekanan turgor sel penutup tinggi, dan menutup jika tekanan turgor
sel penutup rendah. Ketika air dari sel tetangga memasuki sel
penutup, sel penutup akan memiliki tekanan turgor yang tinggi. Sementara itu,
sel tetangga yang telah kehilangan air akan mengerut, sehingga menarik sel
pennutup kebelakang, maka stomata terbuka. Sebaliknya, ketika air meninggalkan
sel penutup dan menuju ke dalam sel tetangga, maka tekanan turgor di dalam sel
penutup akan menurun (rendah). Sementara itu, sel tetangga yang mengakumulasi
lebih banyak air akan menggelembung, sehingga mendorong sel penutup ke depan,
maka stomata tertutup.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stomata
Stomata
terdiri atas sel penjaga dan sel penutup yang dikelilingi oleh beberapa sel
tetangga. Mekanisme menutup dan membuka-nya stomata tergantung dari tekanan
turgor sel tanaman, atau karena perubahan konsentrasi karbondioksida,
berkurangnya cahaya dan hormon asam absisat. Stomata berperan penting sebagai
alat untuk adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan. Pada kondisi cekaman
kekeringan maka stomata akan menutup sebagai upaya untuk menahan laju
transpirasi. Senyawa yang banyak berperan dalam membuka dan menutupnya stomata
adalah asam absisat. Mekanisme membuka dan menutup stomata pada tanaman yang
toleran terhadap cekaman kekeringan sangat efektif sehingga jaringan tanaman
dapat menghindari kehilangan air melalui penguapan. Tipe stomata yang berbeda dipengaruhi
olek kondisi lingkungan, habitat tanaman tersebut dan anatomi tanaman itu
sendiri. Tanaman dengan kondisi kekurangan air memiliki stomata dengan
kerapatan rendah serta memiliki sel
buliform berukuran besar dengan kerapatan relative besar Sedangkan pada kondisi
kelebihan air memiliki stomata dengan kerapatan tinggi (Lestari, 2006).
Tidak semua
stomata pada spesies sangat peka terhadap kelembaban atmosfer. Stomata menutup
bila selisih kandungan uap air di udara dan di ruang antar sel melebihi titik
kritik. Hal itu mungkin disebabkan gradien uap yang tajam mendorong penutupan
stomata, respon paling cepat terhadap kelembaban yang rendah terjadi pada saat
tingkat cahaya rendah. Suhu tinggi (30 – 350C) biasanya menyebabkan stomata
menutup. Mungkin hal ini sebagai respon taklangsung tumbuhan terhadap keadaan
rawan air, atau mungkin karena laju respirasi naik sehingga CO2 dalam daun juga
naik (Salisbury, 2006).
Stomata membuka karena
meningkatnya pencahayaan (dalam batas tertentu) dan peningkatan cahaya
menaikkan suhu daun sehingga air menguap lebih cepat naiknya suhu membuat udara
mampu membawa lebih banyak kelembaban sehingga transpirasi meningkat dan akan
mempengaruhi bukaan stomata (Salisbury, 2011).
Stomata
akan membuka jika kedua sel penjaga meningkat. Peningkatan tekanan turgor sel
penjaga disebabkan oleh masuknya air kedalam sel penjaga tersebut. Pergerakan
air dari satu sel ke sel lainnya akan selalu dari sel yang mempunyai potensi
air lebih tinggi ke sel ke potensi air lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi
air sel akan tergantung pada jumlah bahan yang terlarut (solute) didalam cairan
sel tersebut. Semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi osmotic sel akan
semakin rendah. Dengan demikian, jika tekanan turgor sel tersebut tetap, maka
secara keseluruhan potensi air sel akan menurun. Untuk memacu agar air masuk ke
sel penjaga, maka jumlah bahan yang terlarut di dalam sel tersebut harus ditingkatkan
(Lakitan, 2010).
Kepadatan
stomata dapat ditunjukkan dengan kondisi perubahan konsentrasi karbondioksida.
Karbondioksida dan intensitas cahaya merupakan adalah satu-satunya faktor yang
diketahui dapat digunakan untuk mengendalikan perkembangan stomata dari sel
epidermis. Efek dari karbondioksida, pada pertumbuhan daun dapat diketahui
dengan mengukur indeks stomata (IS), yang menggambarkan rasio antara banyaknya
stomata dengan jumlas sel pada permukaan daun (John, 2002).
Intensitas
cahaya yang optimal akan mempengaruhi aktivitas stomata untuk menyerap CO2,
makin tinggi intensitas cahaya matahari yang diterima oleh permukaan daun
tanaman, maka jumlah absorpsi CO2, relatif makin tinggi pada kondisi
jumlah curah hujan cukup, tetapi pada intensitas cahaya matahari diatas 50%
absorpsi CO2 mulai konstan. (Nasaruddin, 2013).
Sel penjaga pada tanaman dikotil umumnya berbentuk seperti sepasang
ginjal. Keunikan dari sel penjaga ini adalah bahwa serat halus selulosa (cellulose microfibril) pada dinding
selnya tersusun melingkari sel penjaga, pola susunan yang demikian disebut
sebagai miselasi radial (radial
micellation). Karena serat selulosa ini relatif tidak elastis, maka jika
sel penjaga menyerap air, maka sel ini tidak dapat membesar diameternya, tetapi
dapat memanjang. Karena sepasang sel penjaga ini melekat satu sama lain pada
kedua ujungya, maka jka keduanya memanjang (akibat menyerap air) maka keduanya
akan melengkung ke arah luar. Kejadian ini akan menyebabkan celah stomata
terbuka (Lakitan, 2007).
2.2 Mekanisasi Membuka Dan Menutupnya Stomata
Pembukaan stomata berkaitan dengan
proses metabolisme tumbuhan yaitu transpirasi dan fotosintesis. Stomataberperan
dalam difusi CO2 pada proses
fotosintesis. Selain itu stomata juga berfungsi sebagai pintu keluarnya
cairan dari sel dalam proses transpirasi (Salisbury, 2011).
Pembukaan stomata sangat dipengaruhi
oleh berbagai faktor lingkungan, antara lain intensitas cahaya, temperatur dan
air. Faktor – faktor lingkungan tersebut mengalami perubahan harian (diurnal)
seiring dengan bergantinya waktu pagi, siang dan sore hari. Pada pagi hari
stomata akan mulai membuka lebar karena intensitas cahaya dan temperature yang
tidak terlalu tinggi serta kelembaban yang cukup menyebabkan turgor sel penjaga
meningkat. Namun pada saat siang hari, stomata menutup karena tingginya
intensitas cahaya dan temperatur serta penguapan air yang
berlebihan
(Salisbury, 2011).
Laju transpirasi dan pembukaan stomata
menunjukkan adanya variasi diurnal. Pembukaan stomata pada beberapa tanaman dan
berbagai kondisi lingkungan menunjukkan adanya perbedaan. Pembukaan stomata
pada tanaman kacang babi (Cajanus cajan) meningkat sampai jam 09.00, kemudian
menurun, dan meningkat lagi pada sore hari apabila air cukup. Apabila
kekurangan air, maka tidak terjadi peningkatan pembukaan stomata setelah jam
09.00. Berkurangnya pembukaan stomata pada siang hari menunjukkan toleransi kacang
babi terhadap cekamanair. Pada pengamatan daun Pinus taeda di kanopi hutan
menunjukkan perubahan laju pembukaan stomata terhadap fluktuasi penyinaran
harian. Pada waktu pagi sekitar jam 07.00 saat intensitas cahaya rendah, laju
transpirasi dan pembukan stomata sangat rendah. Selanjutnya terjadi peningkatan
laju transpirasi dan pembukaan stomata sekitar jam 11.00 sampai 13.00, dengan
meningkatnya pencahayaan. Setelah itu terjadi penurunan sekitar jam 15.00, dan
meningkat lagi pada jam 16.00, selanjutnya terjadi penurunan. Daun tanaman
anggur (Vitis vinifera) menunjukkan pembukaan stomata paling tinggi terjadi
pada pagi hari (08.00), kemudian semakin menurun pada siang hari sampai sore
hari. Pembukaan stomata pada daun yang terkena sinar matahari lebih besar
dibandingkan dengan daun yang ternaungi (Dwidjoeseputo, 2010).
Pembukaan stomata pada tanaman Piper
hispidum dipengaruhi oleh perubahan kelembaban relatif (RH) harian. Pada pagi
hari (09.00) pembukaan stomata paling tinggi dengan RH yang tinggi. Setelah itu
terjadi penurunan pembukaan stomata sampai jam 13.00, kemudian meningkat lagi
pada sore hari, setelah jam 16.00 terjadi penurunan (Mooney, et al., 1983).
Pada tanaman Dalbergia miscolobium menunjukkan bahwa stomata mulai membuka
lebar pada saat pagi hari (pukul
08.00), namun pada saat intensitas cahaya meningkat tajam yaitu pada pukul
12.00 stomata menutup (Jati, 2007).
2.3 Tanaman C3, C4, Dan Cam
2.3.1 Definisi Tanaman C3, C4, Cam
Tanaman C3
adalah tanaman yang mempunyai lintasan atau siklus PCR (Photosynthetic Carbon
Reduction) atau sering disebut siklus calvin yang dapat menghasilkan asam
organik yang mengandung 3 atom C dan jaringan yang terlibat dalam proses
fotosintesis adalah jaringan mesofil. Lintasan itu dimulai dari pengikatan CO2 dengan
RBP dan RuBP (Sitompul, 2011).
Tanaman C4 adalah kelompok
tumbuhan yang melakukan persiapan reaksi gelap fotosintesis melalui jalur 4
karbon / 4C (jalur hatch- slack) sebelum memasuki siklus calvin, untuk
meminimalkan keperluan fotorespirasi (Budiarti, 2008).
Tanaman CAM
adalah tanaman yang membuka pada malam hari dan menutup pada siang hari,
memiliki laju fotosintesis yang rendah bila dibandingkan dengan tanaman C3 dan
C4 (Lakitan, 2010).
2.3.2 Morfologi Tanaman C3, C4, Dan Cam
2.3.2.1
Morfologi Tanaman C3
Secara morfologis, anatomis, dan
biokimia, tanaman C3 dan C4 berbeda. Umumnya daun tanaman C4 berbentuk
memanjang sempit, memiliki ruang antar sel kecil-kecil dengan vena rapat dan
sel-sel berkas pengangkut besar berisi banyak kloroplas. Pada tanaman C3
kloroplas terdapat pada semua sel mesofil, masing-masing berisi enzim
fotosintetik yang mengikat sebagian CO2 yang berdifusi ke dalam daun. Pada
tanaman C4 ada 2 tipe sel fotosintesis, sel-sel berkas pengangkut yang besar di
sekitar vena dan sel-sel mesofil sekitar berkas pengangkut (Lakitan, 2010).
2.3.2.2 Morfologi Tanaman C4
Tumbuhan C4
dan CAM lebih adaptif di daerah panas dan kering dibandingkan dengan tumbuhan
C3. Namun tanaman C3 lebih adaptif pada kondisi kandungan CO2 atmosfer tinggi. Sehingga
dengan meningkatnya CO2 di atmosfer, tanaman C3 akan lebih beruntung dari
tanaman C4 dalam hal pemanfaatan CO2 yang berlebih (Lakitan, 2010).
2.3.2.3
Morfologi Tanaman CAM
Tumbuhan CAM
stomatanya membuka pada malam hari dan menutup pada siang hari. Tumbuhan yang
yang tergolong CAM banyak mengandung air (sukulen), asam organik terutama asam
malat dan asam isositrat tumpul pada daun di malam hari, tetapi akan hilang
pada siang hari. Perubahan ini dapat mudah diperlihatkan dengan jalan tetrasi
cairan sel yang ekstrak dari daun berdaging (Lakitan, 2010).
2.3.4 Siklus Tanaman C3 C4 Dan Cam
2.3.4.1 Siklus Tanaman C3
Sintesis C3 dimulai dengan memfiksasi CO2 ke
dalam gula berkarbon lima, yaitu ribulose biphosphate (RuBp). RuBp bersifat
tidak stabil sehingga akan segera terpisah menjadi dua molekul phosphoglicerate
acid (PGA). Enzim yang erperan adalah RuBp-karboksilase yang disebut enzim
rubisco. Molekul PGA merupakan molekul tidak berenergi tinggi berkarbon tiga
yang pertama kali terbentuk.selanjutnya PGA akan diredukdi oleh ATP dan NADPH2
yang dihasilkan dari reaksi terang menjadi molekul phopoglyceraldehide (PGAL)
yang berenergi tinggi (Jati, 2007).
2.3.4.2 Siklus Tanaman C4
Pada tanaman C4 yang pertama kali
terbentuk adalah molekul berkarbon empat, yaitu asam oksaloasetat (AOA).
Sintesis C4 dimulai dengan memfiksasi CO2 kedalam gula berkarbon
tiga, yaitu phosphoenol piruvat (PEP) dengan perantara enzim
PEP-karboksilase. AOA diubah menjadi asam malat atau asam asparat yang
bertujuan agar CO2 dipindah ke diklud Calvin. Asam malat berubah
menjadi asam piruvat. Asam piruvat akan menjadi PEP setelah difosforilasi oleh
ATP (Jati, 2007).
2.3.4.3 Siklus
Tanaman CAM
Hanya sekitar 5% tumbuhan menggunakan cara sintesis CAM.
Pada CAM asam malat dan asam organic lainnya berkumpul pada malam hari dan akan
hilang pada siang hari. Pada malam hari stomata terbuka sehingga CO2 dapat
berdifusi kedalam daun. CO2 akan diikat oleh PEP-karboksilase
membentuk oksalo-asetat dan asam malat. Pada siang hari stomata menutup asam
malat mengalami dekarrboksilase menjadi asam piruvat dan CO2. Sintesis
CAM membantu tumbuhan untuk menghemat persediaan air dengan memisahkan waktu
fiksasi CO2 , reaksi terang dan siklus Calvin (Jati, 2007).
2.3.5 Perbedaan Tanaman C3, C4, Dan
Cam
2.3.5.1 Tanaman C3
Adapun
perbedaan ketiganya adalah, pada tanaman C3 lebih adaptif pada kondisi
kandungan CO2 atmosfer tinggi, lebih adaptif pada kondisi kandungan CO2
atmosfer tinggi, karbon dioxida masuk ke siklus calvin secara langsung, Disebut
tumbuhan C3 karena senyawa awal yang terbentuk berkarbon 3 (fosfogliserat), Sebagian
besar tumbuhan tinggi masuk ke dalam kelompok tumbuhan C3, dan apabila stomata
menutup akibat stress terjadi peningkatan fotorespirasipengikatan O2 oleh
enzim Rubisco (Nasaruddin, 2013).
2.3.5.2 Tanaman C4
Pada tanaman C4 lebih adaptif di
daerah panas dan kering, CO2 diikat oleh PEP yang, tidak dapat mengikat O2
sehingga tidak terjadi kompetisi antara CO2 dan O2, tidak mengikat karbon
dioksida secara langsung, Sel seludang pembuluh berkembang dengan baik dan
banyak mengandung kloroplas, Fotosintesis terjadi di dalam sel mesofil dan sel
seludang pembuluh, Pengikatan CO2di udara melalui lintasan C4 di sel mesofil
dan reduksi karbon melalui siklus Calvin (siklus C3) di dalam sel seludang
pembuluh (Nasaruddin, 2013).
2.3.5.3 Tanaman CAM
Pada Tanaman CAM Lebuh adaptif di daerah panas
dan kering, Pada malam hari asam malat tinggi, pada siang hari malat rendah Lintasan,
tidak mengikat karbon dioksida secara langsung, Umumnya tumbuhan yang
beradaptasi pada keadaan
kering
seperti kaktus, anggrek dan nenas, Reduksi karbon melalui lintasan C4 dan C3
dalam sel mesofil tetapi waktunya berbeda, Pada malam hari terjadi lintasan C4
pada siang hari terjadi siklus C3 (Nasaruddin, 2013).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Pengambilan sample dilaksanakan pada
hari Sabtu tanggal 17 September 2016 di
Pelataran HIMTI pada pukul 08.00-9.30.00 WITA.
Pada praktikum pengamatan sample
dilaksanakan pada hari selasa tanggal 20 September 2016 pukul 14.50-16.30 WITA
bertempat di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Jurusan Agronomi Fakultas
pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2 Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan pada pengambilan
sample dan pengamatan stomata adalah gunting, selotip,d’glass, kaca preparat
dan mikroskop.
Sedangkan bahan yang dugunakan adalah
daun kakao, selotip, label, plastik cetik dan kutex,.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Prosedur Kerja Di Lapangan
1. Memilih daun yang akan digunakan
2.
Merbersihkan permukaan daun dan bawah daun
3.
Mengoleskan kutex benih pada bagian daun secara horizontal tanpa mengenai
tulang daun dan tunggu hingga kutex
mongering.
4.
Menempelkan selotip pada daun yang telah di olesi kutex bening
5. Diamkan
beberapa menit setelah itu lepas selotip dari daun dan pindahkan ke kaca
preparat dan masukkan ke dalam plastic cetik.
3.3.2 Prosedur Kerja di Laboratorium
1.
Masukkan preparat yang berisi sample ke mikroskop.
2. Mengambil
gambar/foto stomata tersebut dan amati jumlah stomat yang terdapat pada daun
tersebut.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Daun
Tanaman Kakao Daun Tanaman
Gandum
Bagian bawa
daun
Bagian atas daun
Sumber: Data Primer, 2016 Sumber: Data Primer, 2016
4.2 Pembahasan
Berdasarkan
dari hasil pengamatan praktikum stomata dapat disimpulkan bahwa stomata pada
daun kakao yang diamati berada di bagian bawah daun. Hal ini sesuai dengan
pendapat Lestari, (2006) yang menyatakan kadang stomata hanya terdapat
dibawah permukaan daun, tetapi juga sering ditemui pada kedua permukaannya,
meskipun lebih banyak terdapat dibawah permukaan daun. Stomata pada umumnya
membuka pada saat matahari mulai terbit dan menutup saat hari gelap, sehingga
memungkinkan masuknya COyang diperlukan untuk fotosintesis di siang hari.
Umumnya proses pembukaan memerlukan waktu 1 jam, dan penutupan berlangsung
secara bertahap sepanjang sore hingga gelap.
Pada
daun tanaman tidak semua terdapat stomata baik bagian atas dan bawah. Stomata
juga tidak terdapat pada semua daun. Stomata hanya terdapat di sebagian daun
tanaman. Stomata itu biasa hanya terdapat pada bagian bawah dan jarang terdapat
pada permukaan daun. Pada sebagian tanaman ada juga yang memiliki stomata pada
bagian permukaan dan bawah daun contohnya pada tanaman kedelai.
Stomata jarang ditemukan dipermukaan daun karena jika stomata
banyak di bagian permukaan daun maka akan banyak transpirasi yang terjadi.Stomata sebagian besar terdapat pada bawah
daun karena stomata dapat meregulasi pertukaran gas. Stomata dibentuk
oleh dua sel epidermis yang terspesialisasi yang disebut sel penjaga yang
meregulasi besarnya diameter stomata.
Jumlah stomata pada daun khususnya pada daun
gandum ada sembilan stomata yang terlihat pada saat diamati dengan munggunkan
mikroskop. Stomata ada yang tertup ada
juga yang terbuka oleh karena itu pada saat pengambilan sample harus pagi hari
sehingga stomata pada daun tidak
mengalami penguapan pada daun, daun tersebut terbuka dan tertutup jika
dipengaruhi oleh intensitas cahaya .
Mekanisme membuka dan menutupnya stomata dapat dilihat
dari hubungan air dengan sel-sel penutup sesuai dengan pendapat (Halim,
2009) yang mengatakan bahwa aktivitas
stomata terjadi karena hubungan air dari sel-sel penutup dan sel-sel pembantu.
Bila sel-sel penutup menjadi turgid dinding sel yang tipis menggembung dan
dinding sel yang tebal yang mengelilingi lobang (tidak dapat menggembung cukup
besar) menjadi sangat cekung, karenanya membuka lobang. Oleh karena itu membuka
dan menutupnya stomata tergantung pada perubahan-perubahan turgiditas dari
sel-sel penutup, yaitu kalau sel-sel penutup turgid lobang membuka dan sel-sel mengendor
pori/lobang menutup.
Sedangkan penyebab tidak di dapatkannya stomata pad saat
praktikum di akibatkan karena pengambilan sample yang salah yaitu pengolesan
kutex pada permukaan bawa daun terlalu tebal sehingga pada stomata daun tidak
terlihat.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.
Stomata membuka karena peningkatan
cahaya menaikkan suhu daun
sehingga air
menguap
lebih cepat naiknya suhu membuat udara mampu membawa lebih
banyak
kelembaban sehingga transpirasi meningkat dan akan mempengaruhi
bukaan stomata pada daun.
2. Pencahyaan yang kurang dapat menyebabkan
stomata pada daun menutup karena
cahaya lemah tidak mampu menaikkan suhu yang
membuat stomata tertutup.
3. Faktor yang
memengaruhi membuka dan menutupnya stomata yaitu, suhu,
cahaya, tekanan turgor sel tanaman dan
perubahan konsetrasi karbondioksida.
4. Fungsi
stomata yaitu Sebagai jalan masuknya CO2 dari
udara pada proses
fotosintesis,
Sebagai jalan penguapan (transpirasi), juga Sebagai jalan pernafasan
(respirasi).
5.2 Saran
Sebaiknya asisten lebih memperhatikan praktikan saat pengambilan sampel
agar tidak terjadi kesalahan atau kekeliruaan serta
wawasan asisten harus di perdalam supaya jika pada saat praktikum tidk terjadi
kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarti,
2008. Pengantar FisiologiTumbuhan.
Gramedia. Jakarta
Dwidjoseputro. 2010. Pengantar
Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:Gramedia
Pustaka Utama.
Jati, Wijaya. 2007. Biologi
Interaktif. Jakarta : Ganeca Exact.
Kimball,
John. 2002. Biologi Jilid 1 Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.
Lakitan, 2010. Dasar-dasar
Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Grafindo, Jakarta
Lestari, E.G. 2006. Hubungan antara kerapatan
stomata dengan ketahanan
kekeringan pada Somaklon Padi Gajahmungkur, Towuti, dan IR 64.
Jurnal Biodiversitas
7(1): 44-48.
Nasaruddin, 2013. Aktivitas beberapa proses fisiologis tanaman
kakao muda di lapang pada berbagai naungan buatan. Jurnal Agrisistem. 2(1)
Salisburry, F.B, dan C.W.
Ross, 2011. Plant Physiology (Fisiologi
Tumbuhan, alih bahasa : D.R. Lukman dan Sumaryono). ITB, Bandung
Sitompul, SM.
2011. Fisiologi Tanaman Tropis. Universitas
MataramPress,
Lombok.
As
A
|
B
|
D
|
C
|
E
|
F
|
G
|
Gambar Lampiran 1. Kegiatan Praktikum Pengambilan Sampel Daun
Kakao (a) Menyiapkan Alat dan Bahan (b) Membersihkan permukaan daun (c)
Mengoleskan kuteks pada permukaan atas daun (d) Permukaan atas daun yang telah
selesai diolesi kuteks (e) Mengoleskan kuteks pada permukaan bawah daun (f)
Tahap akhir pengolesan kuteks pada permukaan bawah daun (g) Sampel yang
didapatkan dari pengolesan kuteks ke daun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar