Laporan
Praktikum
Fisiologi
Tumbuhan
INDEKS
LUAS DAUN
NAMA : REYNALDI
NIM : G11115073
KELAS :D
KELOMPOK : 13
ASIATEN : SRI HARDIYANTI SAAD
PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Daun adalah salah satu organ tumbuhan
yang tumbuh dari ranting,
biasanya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai
penangkap energi
dari cahaya matahari
untuk fotosintesis.
Daun merupakan organ penting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena
tumbuhan adalah organisme autotrof
obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi
cahaya matahari menjadi energi kimia.
Secara umum pertumbuhan meliputi pertambahan jumlah
(pembelahan sel), pertambahan ukuran (pembentangan sel), dan diferensiasi,
tetapi bagi peminat agronomi pertumbuhan dapat berarti pertambahan berat
kering. Berat kering merupakan tolak ukur yang penting karena mempunyai arti
ekonomis. Berat basah biasanya tidak dijadikan tolak ukur kecuali untuk tanaman
hortikultura, karena nilainya tidak tetap tergantung kepada status air tanaman.
Selain pertambahan berat kering, pertambahan tinggi, volume dan luas daun dapat
juga dijadikan tolak ukur pertumbuhan.
Daun merupakan salah satu organ tanaman yang paling
penting. Daun merupakan tempat berlangsungnya proses fotosintesis untuk
menyusun bahan kering tanaman. Luas daun termasuk parameter yang penting untuk
mempelajari fisiologi dan agronomi dalam kaitannya dengan pertumbuhan tanaman.
Terdapat banyak metode untuk mengukur luas daun tanaman. Metode yang banyak
digunakan adalah dengan menggunakan leaf area meter, planimeter, gravimetri,
fotografi, dan masih ada beberapa metode yang lain. Metode lain yang dapat
digunakan dan tidak merusak tanaman adalah melalui pendekatan matematika.
Berdasarkan uraian diatas maka praktikum indeks luas
daun harus dilakukan untuk memberikan pengetahuan kepada
kita mengenai cara pengukuran daun tanaman dengan salah satu metode yang
dilakukan.
1.2
Tujuan
dan Kegunaan
Adapun tujuan
dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan memahami mengenai cara pengukuran daun
dengan metode Gravimetri sehingga
daun dapat ditentukan panjang daun, lebar daun, luas daun, berat kering daun, dan berat basah
daun .
Adapun kegunaan
dari praktikum yaitu supaya memberikan pengetahuan kepada mahasiswa bagaimana
cara menentukan panjang daun, lebar daun, luas
daun,
berat kering daun, dan berat basah daun dengan metode kertas milimeter.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Deskripsi Daun
2.1.1
Daun Jambu Biji
Daun jambu biji merupakan daun tunggal. Daun jambu biji tergolongkan tidak
lengkap, karena hanya terdiri dari tangkai dan helaian saja disebut daun
tangkai. Bangun daunovalis, susunan tulang daun menyirip
(penninervis), ujung daun runcing (acutus), tepi daun rata (integer), pangkal
daun tumpul
(obtusus) duduk daun besilang
berhadapan (folia decusata). Bagian
ini adalah suatu bagian yang penting yaitu berfungsi sebagai alat pengambilan
zat-zat makanan, respirasi dan asimilasi transparansi (Suryo, 2009)
2.1.2 Daun Mangga
Mangga berdaun tunggal tanpa anak
daun penumpu, letaknya bergantian mengelilingi ranting. Panjang tangkai daun
bervariasi antara 11,25-12,50 cm.
Bagian pangkal tangkai membesar sisi sebelah atas ada alurnya. Panjang
daunnya 8-40 cm, lebar 2-12,5 cm pada daun tua.
Jumlah tulang daun 18-30 buah. Aturan letak daun pada batang biasannya 3/8. Tetapi makin mendekati ujung
leteknya saangat berdekatan, sehingga tampak dalam lingkaran.Bentuk daun mangga
ada yang seperti mata tombak, lonjong, dengan ujung seperti mata tombak, segi
empat, tetapi berujung runcing seperti mata tombak, atau segi empat dengan
ujung membulat, tepi daun halus, kadang- kadang
sedikit bergelombang atau melipat atau menggulung jadi ada
bermacam-macam (Bambang, 2007)
2.1.3 Daun Nangka
Daun tanaman nangka tergolong daun
tunggal yang tumbuh berselang-seling pada bagian ranting tanaman. Permukaan
daun nangka bagian atas dan bawah memiliki penampilan yang berbeda. Permukaan
daun bagian atas memiliki warna hijau cerah dengan tekstur yang licin,
sedangkan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau tua dengan tekstur yang
kasar. Pangkal daun memiliki penumpu berbentuk segitiga dengan warna kuning
kecoklatan (Junaidi, 2011).
2.2
Indeks
Luas Daun
Luas daun adalah hasil kali antara
panjang daun, lebar daun dan konstanta daun. Indeks luas daun dapat digunakan
untuk menggambarkan tentang kandungan total klorofil daun tiap individu
tanaman. Permukaan daun yang semakin luas diharapkan mengandung klorofil lebih
banyak. Indeks luas daun merupakan hasil bersih asimilasi persatuan luas daun dan
waktu. Luas daun tidak konstan terhadap waktu, tetapi mengalami penurunan denga
bertambahnya umur tanaman(Guswanto, 2009).
Indeks luas daun merupakan gambaran
tentang rasio permukaan daun terhadap luas tanah yang ditempati tumbuh oleh
tanaman. Laju pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh laju asimilasi bersih dan
indeks luas daun. Laju asimilasi bersih yang tinggi dan indeks luas daun daun
yang optimum meningkatkan pertumbuhan tanaman (Guswanto,
2009).
Indeks luas daun (Leaf Area Index/LAI) adalah
salah satu parameter penting untuk mengidentifikasi produktivitas tanaman
pertanian. Nilai ILD didapat dari perbandingan setiap unit luas permukaan tanah yang tertutup oleh daun. Luas daun merupakan proyeksi daun pada bidang datar,
salah satu cara mengukur luas daun adalah dengan menempatkan contoh daun pada
permukaan bidang datar (Suwarsono, 2011).
2.3
Teknik
Pengukuran Luas Daun
Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam
mengukur luas daun adalah ketepatan hasil pengukuran dan kecepatan pengukuran.
Masing-masing faktor tersebut memiliki kepentingan sendiri dalam penggunaannya,
seperti pada pengukuran laju fotosintesis dan proses metabolisme lain
tentunya ketepatan pengukuran yang diperlukan. Untuk pengukuran indek luas daun
tentunya kecepatan pengukuran yang diperlukan. Namun demikian ketepatan dan
kecepatan pengukuran sangat tergantung pada alat dan cara atau teknik pengukuran
(Guswanto, 2009).
Menurut Guswanto (2009), terdapat beberapa cara untuk menentukan luas
daun yaitu sebagai berikut :
1. Metode Kertas Milimeter
Metode
ini menggunakan kertas milimeter dan peralatan menggambar untuk mengukur luas
daun. Metode ini dapat diterapkan cukup efektif pada daun dengan bentuk daun
relatif sederhana dan teratur. Pada dasarnya, daun digambar pada kertas
milimeter yang dapat dengan mudah dikerjakan dengan meletakkan daun diatas
kertas milimeter dan pola daun diikuti. Luas daun ditaksir berdasarkan jumlah
kotak yang terdapat dalam pola daun. Sekalipun metode ini cukup sederhana,
waktu yang dibutuhkan untuk mengukur suatu luasan daun relatif lama, sehingga
ini tidak cukup praktis diterapkan apabila jumlah sampel banyak.
2.
Gravimetri
Metode
ini menggunakan timbangan dan alat pengering daun (oven). Pada
prinsipnya luas daun ditaksir melalui perbandingan berat (gravimetri).
Ini dapat dilakukan pertama dengan menggambar daun yang akan ditaksir luasnya
pada sehelai kertas, yang menghasilkan replika (tiruan) daun. Replika daun
kemudian digunting dari kertas yang berat dan luasnya sudah diketahui. Luas
daun kemudian ditaksir berdasarkan perbandingan berat replika daun dengan berat
total kertas.
3.
Planimeter
Planimeter
merupakan suatu alat yang sering digunakan untuk mengukur suatu luasan dengan
bentuk yang tidak teratur dan berukuran besar seperti peta. Alat ini dapat
digunakan untuk mengukur luas daun apabila bentuk daun tidak terlalu rumit.
Jika daun banyak dan berukuran kecil, metode ini kurang praktis karena
membutuhkan banyak waktu. Suatu hal yang perlu diingat dalam penggunaan
planimeter adalah bahwa pergeseran alat yang searah dengan jarum jam merupakan
faktor yang menentukan tingkat ketelitian pengukuran. Ini sering menjadi
masalah pada pengukuran daun secara langsung karena pinggiran daun yang tidak
dapat dibuat rata dengan tempat pengukuran sekalipun permukaan tempat
pengukuran telah dibuat rata dan halus.
4.
Metode Panjang Kali Lebar
Metode
yang dipakai untuk daun yang bentuknya teratur, luas daun dapat ditaksir dengan
mengukur panjang dan lebar daun.
5.
Metode Fotografi
Metode
ini sangat jarang digunakan. Dengan metode ini, daun-daun tanaman ditempatkan
pada suatu bidang datar yang berwarna terang (putih) dipotret bersama-sama
dengan suatu penampang atau lempengan (segi empat) yang telah diketahui
luasnya. Luas hasil foto daun dan lempengan acuan dapat kemudian diukur dengan
salah satu metode yang sesuai sebagaimana diuraikan diatas seperti planimeter.
Luas daun kemudian dapat ditaksir kemudian berdasarkan perbandingan luas hasil
foto seluruh daun dengan luas lempengan acuan tersebut.
2.3
Pengaruh
Cahaya Terhadap Luas dan Ketebalan Daun
Jumlah daun tanaman lebih banyak di
tempat ternaung daripada di tempat terbuka. Jenis yang diteliti memberikan
respon terhadap perbedaan intensitas cahaya. Daun mempunyai permukaan yang
lebih besar di dalam naungan daripada di tempat terbuka. Naungan memberikan
efek yang nyata terhadap luas daun. Tanaman yang ditanam ditempat terbuka
mempunyai daun yang lebih tebal daripada di tempat ternaung (Pujisiswanto,
2006).
Tanggapan terhadap
peningkatan intensitas cahaya berbeda antara tumbuhan yang cocok untuk kondisi
ternaungi dengan tumbuhan bisa tumbuh pada kondisi tidak ternaungi. Tumbuhan
cocok ternaungi menunjukkan laju fotosintesis yang sangat rendah pada
intensitas cahaya tinggi. Laju fotosintesis tumbuhan cocok ternaungi mencapai
titik jenuh pada intensitas cahaya yang lebih rendah, laju fotosintesis lebih
tinggi pada intensitas cahaya sangat rendah, titik kompensasi cahaya lebih
rendah dibanding tumbuhan cocok terbuka(Pujisiswanto, 2006).
Jumlah daun tanaman
lebih banyak di tempat ternaung daripada di tempat terbuka. Jenis yang diteliti
memberikan respon terhadap perbedaan intensitas cahaya. Daun mempunyai
permukaan yang lebih besar di dalam naungan daripada di tempat terbuka. Naungan
memberikan efek yang nyata terhadap luas daun. Tanaman yang ditanam ditempat
terbuka mempunyai daun yang lebih tebal daripada di tempat ternaung
(Pujisiswanto, 2006).
2.5
Hubungan Luas Daun terhadap Laju Absorsi
Tanaman mendapat air melalui proses penyerapan oleh
rambut-rambut akar. Air serta garamterlarut akan diteruskan ke seluruh bagian
tanaman. Hanya sebagian kecil (kurang dari 1%) dari air diabsorbsi oleh tanaman
dipergunakan dalam reaksi metabolisme (hidrolisis).Sebagian besar air
diabsorbsi itu akan dikeluarkan lagi dalam bentuk uap air ke atmosfer melalui
proses transpirasi. Kehilangan air pada tumbuhan dapat berlangsung melalui
stomata,kultikula, dan lentisel (Salisbury dan Ross, 2008) (Suyitno, 2010).
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan
air tanah dan laju absorbsi air di akar. Padasiang hari biasanya air
ditranspirasikan lebih cepat daripada penyerapan dari tanah. Haltersebut menyebabkan
defisit air dalam daun sehingga terjadi penyerapan yang besar, padamalam
harinya terjadi sebaliknya. Jika kandungan air tanah menurun sebagai akibat
penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat.
Hal inicenderung untuk meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju
transpirasi lebihlanjut. Kenyataan bahwa perubahan tingkat transpirasi
mendahului perubahan tingkat penyerapanmenunjukkan bahwa dalam kondisi
pertumbuhan biasa, laju penyerapan air ditentukanterutama oleh tingkat
kehilangan air. Penyerapan balik hasil transpirasi mungkin sebagairespon
perubahan kondisi lingkungan, tetapi tidak meningkatkan penyerapan hingga efek
darikejenuhan defisit menyebabkan pada daun oleh transpirasi ditransmisikan ke
akar (Suyitno, 2010).
Menurut
Suyitno (2010), beberapa teori tentang naiknya air ke puncak pohon yaitu
sebagai berikut :
1. Teori vital
Perjalanan air dari akar ke ujung batang menentang gaya gravitasi dan gaya
gesekan tahanan dinding pipa dapat terjadi hanya karena pertolongan sel-seel
hidup, dalam hal ini sel-sel parenkim
2. kayu dan
sel-sel jari-jari empulur yang ada di sekitar xilem. Tekanan akar Adanya
pengeluaran air pada bidang potongan tonggak suatu batang yang dipotong dekat
tanahmemberikan kesan bahwa didalam daerah akar terddapat suatu tenaga
penggerak air. Tenaga ini tidak lebih dari 2atm.
3. Hukum
kapilaritas Pembuluh kayu xilem dapat merupakan pembukuh kapiler sehingga air
didalam nya sebagai kaibat dari adhesi anara dinding sel xilem dengan
molekul-molekul air.
4. Teori kohesi Ada tiga unsur dasar dalam
teori kohesi untuk menjelaskan naiknya cairan, Daya penggerak adalah gradien
potensial air yang makin menurun dari tanah melalui Hidrasi / adhesi tumbuhan
ke atmosfir. Daya hidrasi antara molekul air dan dinding sel yang disebabkan
oleh adanya ikatan hidrogen, yakni daya tarik antara molekul yang tidak
sejenis. Kohesi air. Merupakan daya tarik antar molekul sejenis.
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
3.1
Tempat
dan Waktu
Praktikum indeks luas daun dilaksanakan di Laboraturium
Fisiologi Tumbuhan, Departemen
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin Makassar pada hari selasa, 27 September
2016 jam 15.00
sampai selesai.
3.2
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan yaitu penggaris, timbangan, gunting dan alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan adalah kertas
millimeter, daun nangka, daun mangga, daun jambu biji
3.3 Prosedur
Kerja
Adapun yang langkah kerja yang dilakukan yaitu :
1.
Menyiapkan alat dan bahan
yang diperlukan.
2.
Mengukur panjang dan lebar pada daun mangga, daun jambu biji dan
daun nangka.
3.
Memilih daun yang paling
lebar dan panjang kemudian catat data pengukurannya.
4.
Menimbang berat kertas standar dengan
timbangan analitik untuk mengetahui berat kertas standar.
5.
Menggambar masing-masing pola daun pada
kertas milimeter yang berbeda.
6.
Menggunting kertas milimeter sesuai pola yang
telah dibuat.
7.
Menimbang berat masing-masing pola daun
dengan timbangan analitik.
8. Menghitung indeks luas daun dengan
menggunakan rumus:
Berat
pola daun Luas
pola daun
=
Berat
kertas standar Luas
Kertas standar
9.Mengeringkan
daun selama 1 minggu dengan memasukkan daun kedalam
amplop.
10.
Menimbang daun yang telah di keringkan.
11.
Menghitung nilai LMA dengan menggunakan rumus:
Berat kering
daun
LMA =
Indeks luas daun.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Perbandingan Indeks Luas Daun dan LMA Pada Daun Mangga, Daun Jambu
Biji, dan Daun Nangka
No
|
Jenis Daun
|
Daun Ke
|
Luas Kertas Standar
|
Berat Pola Daun
|
Berat Kertas Standar
|
Luas Pola Daun
|
1
|
Mangga
|
1
2
3
|
17 x 5,7
17 x 5,7
17 x 5,7
|
0,3
0,3
0,3
|
0,4
0,4
0,4
|
72,67
72,67
48,45
|
2
|
Jambu Biji
|
1
2
3
|
10,2 x 4,5
10,2 x 4,5
10,2 x 4,5
|
0,1
0,1
0,1
|
0,2
0,2
0,2
|
22,95
22,95
22,95
|
3
|
Nangka
|
1
2
3
|
11,5 x 5
11,5 x 5
11,5 x 5
|
0,1
0,1
0,1
|
0,1
0,1
0,1
|
57,5
57,5
57,5
|
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2016
4.2 Pembahasan
Indek Luas daun adalah hasil kali antara
panjang daun, lebar daun dan konstanta daun. Indeks luas daun dapat digunakan
untuk menggambarkan tentang kandungan total klorofil daun tiap individu
tanaman.Berdasarkan
hasil praktikum perhitungan indeks luas daun dapat disimpulkan bahwa pada luas kertas standar mangga di dapatkan ukuran
panjang dan lebar yaitu 17x5,7 cm, kemudian pada berap pola daun di dapatkan
0,3 gram lalu pada berat kertas
standar yaitu 0,4 gram dan luas pola
daun mangga 1 dan 2 yaitu 72,67 dan pada
luas pola daun mangga ke 3 yaitu 48,45.
Pada luas kertas standar daun
jambu biji di dapatkan panjang dan lebar 10,2 x 4,5 cm, kemudian pada berat
pola daun di dapatkan 0,1 gram lalu pada berat kertas standar daun jambu biji
yaitu 0,2 gram dan pada luas pola daun di dapatkan pada jambu biji yaitu 22,95.
Pada luas standar daun nangka didapatkan panjang dan lebar yaitu 11,5 x 5
cm, kemudian pada berat pola dauan
didapatkan berat 0,1 gram lalu pada berat kertas standar daun mangga yaitu 0,1
gram dan pada luas pola daun didapatkan pada daun nangka yaitu 57,5.
Adapun faktor-faktor yang
membedakan indeks luas daun pada ke 3 tanaman tersebut adalah jenis tanaman
yang berbeda serta ukuran daun pada tiap jenis tanaman memiliki ukuran serta berat yang berbeda-beda pada setiap
helaian daun hal ini juga disebabkan oleh faktor pencahayaan pada daun di mana
pada daun yang terkena cahaya matahari lebih
sedikit, memiliki daun yang lebih tebal dan jumlah yang lebih banyak di bandingkan dengan daun yang lebih banyak terkena cahaya
matahari.
Hal ini sesuai dengan pendapat Pujisiswanto (2006) yang mengatakan jumlah daun
tanaman lebih banyak di tempat ternaung daripada di tempat terbuka. Jenis yang
diteliti memberikan respon terhadap perbedaan intensitas cahaya. Daun mempunyai
permukaan yang lebih besar di dalam naungan daripada di tempat terbuka. Naungan
memberikan efek yang nyata terhadap luas daun. Tanaman yang ditanam ditempat terbuka mempunyai daun yang lebih tebal daripada di tempat
ternaung.
Indeks luas daun juga memiliki keterkaitan yang cukup erat dengan tinggi
tanaman dan luas daun. Dengan
mengetahui indeks luas daun dari suatu tanaman.Maka dapat diketahui pula
kandungan biomassa tanaman tersebut. Indeks luas daun memiliki korelasi dengan
besarnya proses fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman. Semakin tinggi indeks
luas daun maka semakin aktif sebuah tanaman dalam melakukan proses
fotosintesis.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat hasil yang didapatkan yaitu ;
1. Indeks luas daun
merupakan gambaran tentang rasio permukaan daun terhadap luas tanah yang
ditempati tumbuh oleh tanaman. Laju pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh laju
asimilasi bersih dan indeks luas daun. Laju asimilasi bersih yang tinggi dan
indeks luas daun daun yang optimum meningkatkan pertumbuhan tanaman.
2. Teknik
atau cara pengukuran luas daun yaitu dengan menggunakan metode kertas
mellimeter, gravimetri, planimeter, Panjang kali lebar, dan metode fotografi.
3. Pengaruh
cahaya terhadap luas daun yaitu semakin ternaungi suatu tanaman maka semakin
tebal atau besar permukaan daun pada tanaman, sebaliknya jika tanaman berapa
pada tempat terbuka maka luas daun akan semakin kecil.
4. Luas daun mempengaruhi
laju absorsi pada daun termasuk proses pengankutan unsur hara dari akar ke
seluruh bagian tanaman melalui jaringan xilem dan pengankutan hasil
fotosintesis dari daun(stomata) ke bagian tanaman melalui jaringan floem.
5.2
Saran
Adapun saran
dalam praktikum ini yaitu ada baiknya praktikum ini dijelaskan atau diberikan
dulu materi mengenai indeks luas daun sebelum melakukan praktikum dan praktikum
harus dilakukan dengan baik sesuai prosedur agar tujuan dan kegunaan praktikum
dapat tercapai. Ada baiknya juga setiap praktikam mencoba melakukan pengukuran
daun ini agar semuanya dapat memahami sesuai dipraktekkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Marhijanto,
Drs & Setiyo Wibowo. 2007. Bertanam
Mangga. Arkola. Surabaya.
Suryo. 2009. Morfologi tanaman jambu biji.
Bogor. Jurnal Morfologi tanaman jambu biji.
Junaidi, Nur. 2011. Tanaman Nangka. Jurnal
Pertanian. Materi morfologi tanaman nangka.
Guswanto. 2009. Teknik Pengukuran
Luas Daun. Materi Teknik Pengukuran Luas Daun.
Pujisiswanto,
H., & Pangaribuan, D. 2008. Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan Tanaman.
Press : Bandung.
Suyitno.
2010. Pengaruh Luas Daun terhadap kecepatan Absorsi. Jurnal Pertanian. Materi
Pengaruh Luas Daun terhadap kecepatan Absorsi.
Suyitno.
2010. Pengaruh Luas Daun terhadap kecepatan Absorsi. Jurnal Pertanian. Materi
Pengaruh Luas Daun terhadap kecepatan Absorsi.
LAMPIRAN
Berat
Pola Daun Luas Pola Daun
=
Berat
Kertas Standar Luas Kertas
Standar
1.
Jambu biji
w.p L.p
=
w.s L.s
0,1 L.p
=
0,2 45,9
L.p
= 45,9 x 0,1
= 22,94
0,2
2.
Mangga
Daun ke-1dan 2
w.p L.p
=
w.s L.s
0,3 L.p
=
0,4
96,9
L.p = 96,9 x 0,3
= 72,67
0,4
|
Daun ke-3
w.p L.p
=
w.s L.s
0,2 L.p
=
0,4
96,9
L.p = 96,9 x 0,2
= 48,45
0,4
|
3.
Nangka
w.p L.p
=
w.s L.s
0,1 L.p
=
0,1 57,5
L.p
= 57,5 x 0,1
= 57,5
0,1
LMA
Daun
1. Jambu
Biji
Berat kering daun
LMA =
Indeks luas daun.
BKS
LMA=
ILD
0,4
LMA=
22,95
= 0,017
|
BKS
LMA=
ILD
0,1
LMA=
22,95
= 0,004
|
BKS
LMA=
ILD
0,1
LMA=
22,95
= 0,004
|
2. Mangga
Berat kering daun
LMA =
Indeks luas daun.
BKS
LMA=
ILD
0,3
LMA=
72,67
= 0,004
|
BKS
LMA=
ILD
0,2
LMA=
72,67
= 0,002
|
BKS
LMA=
ILD
0, 2
LMA=
58,45
= 0,004
|
3. Nangka
Berat kering daun
LMA =
Indeks luas daun.
BKS
LMA=
ILD
0,8
LMA=
57,5
= 0,013
|
BKS
LMA=
ILD
0,6
LMA=
57,5
= 0,01
|
BKS
LMA=
ILD
0,4
LMA=
57,5
= 0,006
|
|
|
A
|
C
|
E
|
F
|
I
|
G
|
F
|
D
|
B
|
f
|
c
|
Gambar Lampiran: (a) Menyiapkan daun (b) Menghitung pola daun
(c) Menghitung panjang daun nangka (d) Menghitung panjang daun mangga (e)
Mengukur lebar daun mangga (f) Menimbang berat kertas standar daun mangga (g)
Menimbang berat kertas standar daun jambu biji (h) mencatat hasil yang
diperoleh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar