Rabu, 16 November 2016

LAPORAN PRAKTEK LAPANG BALAI SEREALIA MAROS




Laporan Praktek Lapang
Genetika Tanaman





             BALAI SEREALIA MAROS







NAMA                       : REYNALDI
NIM                            : G111 15 073
KELAS                      : GENETIKA F
KELOMPOK            : 19

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
      Praktek lapang adalah kegiatan yang dapat memberikan informasi kepada mahasiswa tentang ilmu dan penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat. Praktek lapang ditujukan ke para Mahasiswa untuk menggali lebih dalam mengenai pengetahuannya terutama dalam bidang pertanian terkait masalah yang terjadi di lapangan dengan melihat secara langsung jenis komoditi dan beberapa varietas yang dikembangkan baik dalam bentuk fisologis maupun morfologinya.
      Pekan Serealia Nasional I (PSN I) menjadi strategis untuk mewujudkan visi pembangunan pertanian lima tahun ke depan (2010-2014) yaitu “Pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumber daya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor dan kesejahteraan petani”. Oleh karena itu pelaksanaan PSN I diharapkan dapat mendukung empat target utama pembangunan pertanian Indonesia, yaitu: (1) Swasembada berkelanjutan dan peningkatan produksi, (2) Diversifikasi pangan, (3) Nilai tambah daya saing dan ekspor, serta (4) Peningkatan kesejahteraan petani.
      Praktek lapang ditujukan kepada para Mahasiswa agar dapat  megetahui seluk beluk suatu ilmu yang berhubungan dengan profesinya sehingga nantinya dapat diaplikasikan dengan baik di tengah-tengah masyarakat yang membutuhkan ilmu tersebut. Kegiatan ini pula di tujukan  buat para Mahasiswa untuk menggali lebih dalam mengenai pengetahuannya terutama dalam bidang pertanian terkait masalah yang terjadi di lapangan dengan melihat secara langsung jenis komoditi dan beberapa varietas yang dikembangkan baik dalam bentuk fisologis maupun morfologinya
1.2  Tujuan dan Kegunaan
      Tujuan diadakannya praktikum lapang ini yaitu Agar mahasiswa dapat memahami cara penyilangan tanaman serealia dengan baik dan benar serta Mempromosikan program kerja yang sedang berlangsung di Balit Sereal serta memperkenalkan kepada praktikan tentang kualitas tanaman hasil silang.
      Kegunaan praktikum lapang ini yaitu sebagai bahan informasi mengenai kegiatan pemuliaan tanaman serelia dan dapat melakukan persilangan tanaman sereal dan pembuatan varietas baru serta menjadi bahan diskusi.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi BALIT SEREAL (sejarah, tujuan, fungsi, dan kegiatan)
2.1.1 Sejarah BALIT SEREAL
            Pada tahun 9174 dan 1979, Keppres menetapkan bahwa Badan Litbang Pertanian sebagai unit Eselon I, membawahi 12 unit Eselon II, yaitu: 1 Sekretariat, 4 Pusat (Pusat Penyiapan Program, Pusat Pengolahan Data Statistik, Pusat Perpustakaan Biologi dan Pertanian, dan Pusat Karantina Pertanian) 2 Pusat Penelitian (Puslit Tanah dan Puslit Agro-Ekonomi), serta 5 Pusat Penelitian Pengembangan (Puslitbang Tanaman Pangan, Puslitbang Tanaman Industri, Puslitbang Kehutanan, Puslitbang Peternakan, dan Puslitbang Perikanan). Pada tahun 1983 Badan Litbang mengalami perubahan dengan tambahan data statistic pada sector bawahannya. Dalam Keppres No. 4 1990 struktur Organisasi Badan Litbang berubah. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 75/Kpts/OT.210/2/1991, Badan Litbang mendapat tambahan satu unit Eselon II yaituBalai Besar Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian (BBP Alsintan) .
     Dalam Keppres No. 4 1990 struktur Organisasi Badan Litbang Pertanian terdiri atas: Sekretariat, Pusat Data Statistik, Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, Puslit Tanah & Agroklimat, Puslit Sosial Ekonomi Pertanian, Puslitbang Tanaman Pangan, Puslitbang Tanaman Industri, Puslitbang Hortikultura, Puslitbang Peternakan, dan Puslitbang Perikanan. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 75/Kpts/OT.210/2/1991, Badan Litbang mendapat tambahan satu unit Eselon II yaitu Balai Besar Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian (BBP Alsintan).
     Pengembangan organisasi Badan Litbang Pertanian yang dilakukan secara berkesinambungan dan disesuaikan dengan tuntutan perubahan dinamis dalam lingkungan strategis Penelitian Pertanian memegang peranan penting dalam mendukung pencapaian Visi dan Misi Badan Litbang Pertanian. Kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien dan telah dilakukan melalui penerbitan dua peraturan, yakni Keputusan Presiden 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara dan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang status, tugas, dan fungsi Eselon Departemen dan Susunan Organisasi, tugas, dan Fungsi Kementerian Negara (Balite Sereal, 2010).
Pelaksanaan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61 tahun 2010 Departemen Pertanian pada umumnya dan Badan Litbang Pertanian dan pada khususnya terus melakukan penataan organisasi, dengan mengajukan 50 UK dan UPT Badan Litbang Pertanian untuk mengubah nomenklatur "Departemen Pertanian" menjadi "Kementerian Pertanian". Beberapa kondisi strategis, antara lain peningkatan tugas dan fungsi puslitbang dan balai milik Badan Litbang Pertanian, juga untuk memaksimalkan fungsi kebun percobaan. 
2.1.2 Tujuan
 menghasilkan dan mengembangkan inovasi pertanian tropika unggul berdaya saing mendukung pertanian bioindustri berbasis advanced technology dan bioscience, aplikasi IT, dan adaptif terhadap dinamika iklim serta mengoptimalkan pemanfaatan inovasi pertanian tropika unggul untuk mendukung pengembangan iptek dan pembangunan pertanian nasional.
2.1.3 Fungsi
     Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Litbang menyelenggarakan fungsi:
a.       Penyiapan perumusan kebijakan penelitian dan pengembangan pertanian
b.      Perumusan program penelitian dan pengembangan pertanian
c.       Pelaksanaan penelitian dan pengembangan pertanian
d.      Evaluasi pelaksanaan penelitian dan pengembangan pertanian
e.       Pelaksanaan administratif Badan
2.1.4 Jenis kegiatan
a.     Penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan dan pemanfaatan plasma nutfah tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia potensial lain
b.     Penelitia morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi, dan fitopatologi tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia potensial lain
c.     Penelitan komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia potensial
d.     Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia potensial
e.     Penyiapan kerjasama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia potensial lain
f.      Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
2.2 Deskripsi Tanaman Jagung dilokasi Praktek Lapang
      Dalam upaya menggali berbagai informasi tentang komoditi jagung di perpustakaan Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal), maka penulis sebagai pustakawan telah mengadakan studi literatur dengan memanfaatkan perpustakaan Balitsereal, sebagai pusat informasi bidang pertanian lebih khusus mengenai komoditi jagung, sorgum, terigu dan serealia lainnny (Ambo, 2005).
Tujuannya untuk mengetahui potensi mengenai tulisan jagung pada Balitsereal yang dapat dimanfaatkan oleh petani dengan penentu kebijakan, sehingga upaya peningkatan produksi jagung di dalam negeri dapat mengacu kepada teknologi jagung yang tersedia di perpustakaan  Balitseral utamanya teknology pengairan sehingga pengembangan areal jagung dapat ditingkatkan khususnya di Kabupaten Maros.
2.2.1 Jagung Komposit
Pembentukan varietas komposit dilakukan dengan seleksi saudara kandung (full-sib), saudara tiri (half-sib), dan persilangan dalam (selfing). Contoh varietas jagung komposit adalah bogor harapan, Bisma, bogor composit 2, BBMR 4, dan wonosobo (Christina Putri, 2014).
Varietas komposit dibentuk dari galur, populasi, dan atau varietas yang tidak dilakukan uji daya gabung terlebih dahulu. Sebagian bahan untuk pembentukan komposit berasal dari galur dan varietas. Varietas atau hibirida dapat dimasukkan ke dalam komposit yang telah ada (Iriany, 2011).
Beberapa varietas jagung komposit yang dihasilkan dan populer dewasa ini adalah varietas jagung varietas Srikandi Kuning-1 dan Kuning-2 termasuk varietas terbaru hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor (Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian) dan umumnya banyak dikembangkan di Sulawesi Selatan (Balai Penelitian Tanaman Serealia). Jagung ini digolongkan kedalam jagung bermutu dan berprotein tinggi yang memiliki Quality Protein Maize (OPM) mencapai 10.38% dan kandung asam aminonya 2 kali lipat darijagung biasa, umurnya relatif pendek 105-110 hari, batang tegap dan sangat kuat untuk menopang tongkol, tahan penyakit hawar daun, cocok ditanam pada dataran rendah dan musim penghujan (Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008).
2.2.2 Jagung hibrida
            Jagung Hibrida adalah jagung yang pada proses pembuatannya dengan cara pemuliaan dan penyilangan antara jagung induk jantan dan jagung induk betina sehingga menghasilkan jagung jenis baru yang memiliki sifat keunggulan dari kedua induknya. Keunggulan jagung hibrida adalah kapasitas produksinya tinggi sekitar 8-12 ton per hektar.
Jagung hibrida bisa diperoleh dari hasil seleksi kombinasi atau biasa disebut hibridisasi.Hibridisasi dalam pengertian yang sederhana ialah menyerbuki bunga-bunga yang telah dikebiri dengan tepung sari dari jenis tanaman yang dikehendaki sebagai induk jantan. Secara konvensional hibridisasi bisa juga disebut perkawinan silang antara tanaman yang satu dan tanaman yang lain dalam satu spesies untuk mendapatkan genotipe (sifat-sifat dalam) yang unggul, dan biasa di sebut breeding.
Jagung hibrida merupakan generasi pertama atau F1 dari persilangan antara dua galur.Orang yang pertama kali menegetahui adanya kenaikan daya hasil generasi pertama dari persilangan galur-galur pada jagung adalah Shull pada tahun 1909, dan cara-cara yang di sarankan masih tetap di pakai hingga sekarang.Dengan demikian, langkah pertama untuk pembuatan jagung hibrida adalah mencari dan membuat galur unggul.Cara mencari dan membuat galur unggul adalah melaluai seleksi.Pertama-tama yang dilakukan adalah inventarisasi varietas/spesies suatu tanaman jagung.
Makin luas atau makin banyak koleksinya, akan makin baik karena sifat-sifat tanaman yang dikehendaki makin banyak (beraneka ragam). Oleh sebab itu, tidak jarang para pemulia tanaman dalam memilih bibit untuk seleksi mendatangkan jenis tanaman atau spesies dari luar negeri.Hal ini didasarkan pada sifat tanaman itu sendiri, yakni makin asing/jauh, makin aneh pula sifat-sifat yang dibawa oleh gen tanaman tersebut.
2.2.3 Jagung Sintetik
Varietas jagung sintetik adalah jenis varietas bersari bebas atau komposit yang dibentuk dari hasil silang dari sejumlah tetua galur (inbrida) murni.Galurgalur murni dihasilkan dari kegiatan silang sendiri (selfing) beberapa generasi dari program perbaikan populasi atau program jagung hibrida.Kegiatan pemuliaan untuk membentuk varietas sintetik terdiri dari atas beberapa tahap yang melibatkan kegiatan evaluasi yang menghasilkan bahan terpilih sehingga menghasilkan varietas unggul (Yasin dan Kasim, 2005).   
2.3 Tanaman Sorgum
Tanaman sorghum (Sorghum bicolor L.) adalah tanaman sejenis biji-bijian atau serealia yang berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manuasia sebagai penghasil pangan dan dibudidayakan di daerah kering seperti di Afrika. Dari benua Afrika kemudian menyebar luas ke daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini memiliki adaptasi yang luas, toleran terhadap kekeringan sehingga sorghum menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama sorghum adalah Amerika, Argentina, China, India, Nigeria, dan beberapa negara Afrika Timur, Yaman dan Australia. Tanaman sorghum termasuk tanaman monokotil atau tanaman dengan biji berkeping satu sehingga tipe perkecambahan pada tanaman sorghum adalah hipogeal, yaitu pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Tanaman sorghum tergolong tanaman menyerbuk sendiri secara alami (Soeranto, 2010).
Adapun varietas atau spesies dari tanaman sorghum antara lain varietas Korakola, ICSV 93073, ICSV 111, UPCA S1, dan varietas Lokal. Hasil penelitian dari balai penelitian tanaman pangan menunjukkan bahwa beberapa varietas sorghum biji yang berpotensi tinggi antara lain varietas Malang No. 26 yang berasal dari daerah Lumajang (Jawa Timur), memiliki umur 110-120 hari, memiliki banyak anakan, memiliki rasa yang cukup enak dan biji berwarna cokelat muda. Varietas Birdproff No. 65 merupakan varietas sorghum yang berasal dari Afrika Selatan, berumur 105-115 hari, pertumbuhan yang kuat, habitus tanaman mencapai 1,85 m, tidak memiliki anakan atau tunas, memiliki malai buah dengan tipe agak tertutup, dan rasa agak pahit yang dipengaruhi oleh zat atau senyawa tanin. Varietas Proteria No. 184 yang merupakan sorghum dari Afrika Selatan, berumur 100-105 hari, memiliki pertumbuhan yang kuat, tidak memiliki anakan, tinggi tanaman mencapai 1,4 m, malai buah berbentuk memanjang dan tertutup, berbiji cokelat muda, dan rasa cukup enak. Varietas Katengu No. 183 merupakan sorghum yang berasal dari Afrika Selatan, berumur 105-115 hari, pertumbuhan yang kuat, tidak memiliki anakan, tinggi tanaman mencapai 1,5 m, malai buah agak terbuka, berbiji putih, dan rasa sangat enak atau pulen. Sedangkan sorghum varietas Cempaka (Ekwangit) berasal dari Kenya dan Nairobi (Afrika) yang dapat dideskripsikanmemiliki cirri-ciri berumur 100-110 hari, pertumbuhan yang kuat, tinggi tanaman sekitar 2,0-2,5 m, malai buah agak tegak, biji berwarna putih, dan rasanya kurang enak atau pahit (Jakes, 2010).
Sorghum dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan pakan ternak, memiliki kandungan nutrisi yang baik bahkan kandungan proteinnya lebih tinggi daripada beras. Kandungan tersebut adalah kalori (332 cal), protein (11,0 g), lemak (3,3 g), karbohidrat (73,0 g), kalsium (28,0 mg), besi (4,4 mg), posfor (287 mg)
dan vit B1 (0,38 mg). (Laimehewira Jantje, 1997).
2.4 Tanaman Jewawut
            Jewawut (Setaria italica) adalah sejenis serealia berbiji kecil/millet yang pernah menjadi makanan pokok masyarakat Asia Timur dan Asia Tenggara sebelum budidaya padi yang dikenal orang. Tumbuhan ini adalah yang pertama kali dibudidayakan di antara berbagai jenis millet dan sekarang menjadi millet yang terluas penanamannya di seluruh dunia dan yang terpenting di Asia Timur. Menurut catatan dari China yang menunjukkan paling tidak jewawut telah dibudidayakan sekitar 6.000 tahun sebelum Masehi. Pada saat itu, jewawut menjadi satu-satunya tanaman biji-bijian yang dibudidayakan di China (Asia Timur). Dari China, tanaman ini kemudian menyebar ke Barat hingga mencapai Eropa pada sekitar milenium kedua sebelum Masehi.
            Penyerbukan  yang dilakukan ialah penyerbukan sendiri. Namun, dapat juga dibantu oleh angin. Bunga jantan dan betina terdapat dalam satu tanaman sehingga proses penyerbukannya tergolong penyerbukan sendiri. Adapun varietas atau spesies dari tanaman jewawut antara lain Pearl millet/jewawut mutiara (Pennisetum glaucum),  Foxtail millet/jewawut ekor kucing (Setaria italica), Proso millet (Panicum miliaceum), Finger millet atau Eleusine coracana (Haruna, 2011).
Kandungan gizi tanaman jewawut (setaria italica) yaitu karbohidrat 84,2%, protein 10,7%, lemak 3,3%, serat 1,4%, Ca 37 mg, Fe 6,2 mg, vitamin C 2,5, vitamin B1 0,48, dan vitamin B2 0,14 (Widyaningsih dan Mutholib, 1999).
2.5 Tanaman Kedelai
            Kedelai (Glycine max (L) Merrill) mempunyai peranan cukup besar dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.Komoditi tersebut merupakan sumber protein nabati yang efesien dan menduduki tempat pertama diantara tanaman kacang-kacangan.Salah satu penghambat yang dapat menurunkan produksi kedelai adalah gangguan penyakit yang disebabkan oleh serangan jamur Sclerotium rolfsii Sacc. Semangun (1991) mengemukakan bahwa penyakit oleh S. rolfsii Sacc merupakan penyakit potensial pada tanaman kedelai karena tanaman yang terserang akan mati dan patogen dapat bertahanlama di dalam tanah dalam bentuk sklerotia (Wahyuningsih, 2005).
            Penyakit oleh S. rolfsii Sacc ini sering ditemukan serangannya pada kedelai baik lahan kering, tadah hujan maupun lahan pasang surut dengan intensitas serangan sebesar 5-55 %. Tingkat serangan lebih dari 5 % di lapang sudah dapat merugikan secara ekonomi, tanaman kedelai yang terserang hasilnya akan rendah atau sama sekali gagal panen. Kehilangan hasil oleh S. rolfsii Sacc dapat mencapai 30 %, kerugian ini sering terjadi pada lahan-lahan yang selalu ditanami tanaman kedelai dan kacang-kacangan lainnya (Wahyuningsih, 2005).
Varietas unggul sebagai salah satu komponen teknologi budidaya kedelai telah diakui berperan penting dalam menopang dan meningkatkan produktivitas per satuanluas.Kesuksesan program Revolusi Hijau beberapa puluh tahun yang lalu merupakancontoh suksesnya peran pemuliaan tanaman. Peningkatan produksi kedelai, sebagaiakibat tersedianya varietas unggul di Indonesia dapat dilihat pada kurun 1930 – 1950 produktivitas rata-rata sekitar 0,5 t/ha, tahun 1950 – 1970 produktivitas meningkatmenjadi 0,7 t/ha dan pada kurun waktu 1990 produksi kedelai telah mencapai 1,1hingga 1,2 t/ha. Pada petak percobaan, hasil kedelai umumnya telah mencapai di atas2,0 ton/ha.
            Hingga November 2007, Pemerintah Indonesia telah berhasil melepas sebanyak 64 varietas kedelai (belum termasuk yang dilepas oleh Universitas Pajajaran). Padaumumnya varietas kedelai yang dilepas pada kurun waktu lima tahun terakhir sebagiantelah memenuhi permintaan konsumen dan telah diarahkan untuk adaptasi spesifik.
            Pada tahun 2001 hingga 2007, Departemen Pertanian telah berhasil melepas beberapa varietas kedelai untuk adaptasi lahan sawah (Tabel 3), lahan kering masam.Tingkat adopsi petani terhadap varietas unggul masih sangat lamban, oleh karena itu dilakukannya sosialisasi varietas perlu dilakukan secara intensif. Diharapkan pula para Petani di Provinsi Jambi telahmelakukan penanaman varietas unggul Wilis, Slamet, Baluran dan Anjasmoro dengantingkat hasil antara 1,0 – 1,80 t/ha (Adisarwanto et al, 2007).
2.6 Teknik Persilangan Jagung
Persilangan adalah suatu teknik mengawinkan bunga dengan meletakkan pollen atau serbuk sari pada stigma (lubang atau rongga yang dangkal berisi cairan kental agak lengket sebagai tempat meletakkan pollen dan masuknya tabung pollen ke dalam ovari (bakal buah) pada waktu polinasi/penyerbukan.Dikenal 3 macam persilangan, yaitu perkawinan sendiri (selfing), perkawinan dengan saudara kandung (sibbing), dan perkawinan silang (crossing).Jika persilangan dilakukan siang hari, putik mengering sehingga tidak akan terjadi pembuahan, kalaupun terjadi pembuahan kualitas buah tidak maksimal. Umur bunga satu atau dua hari hingga lima minggu setelah mekar (Sandra, 2008).
2.6.1 Selfing
            Selfing adalah persilangan yang dilakukan terhadap tanaman itu sendiri.Perkawinan dengan meletakkan pollen pada stigma yang berasal pada satu bunga, satu tanaman, tetapi masih dalam satu spesies. Artinya, tidak ada perbedaan antara genotipe kedua tanaman yang disilangkan (Sandra, 2008).
2.6.2 Sibbing
            Keragaman genetik (genetic diversity) merupakan faktor yang sangat penting dalam pembuatan hibrida. Galur-galur yang dibuat dari sumber yang sangat berbeda, selalu menghasilkan hibrida yang lebih baik dibandingkan dengan galur-galur yang berasal dari varietas yang mempunyai hubungan dekat. Galur-galur yang dipakai dalam pembuatan hibrida pada umumnya dibentuk dengan persilangan dalam atau persilangan saudara kandung (sibbing). Pada persilangan saudara kandung, tepung sari tersebut berasal dari tanaman lain tetapi dalam galur yang sama (Sandra, 2008).
2.6.3 Crossing
            Crossing atau pembastaran adalah persilangan antara dua individu yang berbeda karakter atau genotipnya. Perkawinan dengan meletakkan pollen pada stigma yang berasal dari dua jenis bunga yang berbeda pada spesies yang sama baik.Tujuan melakukan persilangan adalah untuk menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu genotipe baru, memperluas keragaman genetik, dan menguji potensi tetua (Sandra, 2008).
           












BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 1 Mei  2016. Pada pukul 10.00 sampai 13.00 WITA. Bertempat di Balai Penelitian Tanaman Serealia,Jl. Dr. Ratulangi No. 27, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
3.2 Metode Pelaksanaan
            Dalam pelaksanaan praktikum dilakukan di dua tempat, yaitu pertama di dalam ruangan dan setelah itu di lapangan.
3.2.1 Dalam Ruangan
            Dalam ruangan diadakan kegiatan diskusi dan presentasi mengenai jenis jagung dan cara penyerbukannya. Kemudian praktikan mendengarkan penjelasan dari narasumber, mencatat hal-hal penting, bertanya mengenai penyerbukan tanaman jagung, dan menjawab pertanyaan.
3.2.2 Lapangan
Di lapangan terjadi kegiatan praktikum, sebagai berikut:
1. Praktikan mendengarkan penjelasan dan mengamati cara penyerbukan silang dan penyerbukan selfing pada tanaman jagung.
2. Praktikan memberi pertanyaan mengenai cara penyerbukan yang dilakukan pada tanaman jagung.
3. Praktikan melakukan penyerbukan pada tanaman jagung.
4. Praktikan mendengarkan penjelasan mengenai keunggulan tanaman hibrida dan komposit pada jagung dan sorgum.
5. Praktikan mengisi lembar kuesioner.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1    Hasil
a.    Foto Jagung Hibrida






b.    SAM_2469.JPGSAM_2468.JPGFoto Perbandingan Komoditas




SAM_2494.JPGSAM_2471.JPG
     
                                                                 


SAM_2495.JPG



c.    Teknik persilangan yang diterapkan adalah proses menggabungkan dua sifat yang berbeda dan diharapkan mendapatkan sifat yang baik bagi keturunannya, adapun teknik persilanagan yang digunakan di Balit Sereal Kabupaten Maros adalah menggunakan teknik peersilangan Selfing dan Crossing.
d.   FotoTeknikPersilangan





4.2    Pembahasan
            Dari hasil yang diperoleh pada saat dilaksanakannya praktikum lapang di Balai Serealia,Maros yaitu adanya beberapa komoditi yang dijumpai yaitu  jagung, kedelai, sorgum dan tanaman sereal lainnya. untuk komoditi jagung ada beberapa varietas yang diperkenalkan dan dibudidayakan dan jenis jagung Hibrida, komoditas lainnya yaitu jagung JH-45, JH-36, JH-22 AGRITAN, SUPER-1, SUPER-2 dan berbagai jenis jagung atau komoditi jagung lainnya.pola tanam yang digunakan yaitu adalah pola tanam normal dan pola tanam legowo. Untuk tehnik produksi sereal, pola tanam normal jarak tanam yang digunakan yaitu 75 x 20 cm dan 75 x 40 cm. dan pola tanam legowo yaitu 100-50 x 20 dan 100-50 x 40 cm. system pola tanam legowo digunakan pada komoditas kedelai dan sorgum.dan untuk pemakaian pupuk dilakukan sebanyak 2x dengan menggunakan dosis 300 urea dan 400 ponska.
            Untuk tehnik penyilangan yang digunakan terdiri dari 3 tehnik yaitu tehnik Selfing yaitu penyerbukan pada jantan dan betina pada varietas yang sama dan tehnik yang ke dua yaitu tehnik Crossing yaitu penyerbukan pada jantan dan betina dengan varietas yang berbeda dan tehnik Sibbing yaitu tehnik persilangan atau penyerbukan saudara.
            Persilangan adalah suatu teknik mengawinkan bunga dengan meletakkan pollen atau serbuk sari pada stigma (lubang atau rongga yang dangkal berisi cairan kental agak lengket sebagai tempat meletakkan pollen dan Dikenal 3 macam persilangan, yaitu perkawinan sendiri (selfing), perkawinan dengan saudara kandung (sibbing), dan perkawinan silang (crossing).Jika persilangan dilakukan siang hari, putik mengering sehingga tidak akan terjadi pembuahan, kalaupun terjadi pembuahan kualitas buah tidak maksimal. Umur bunga satu atau dua hari hingga lima minggu setelah mekar (Sandra, 2008).








BAB V
PENUTUP
5.1     Kesimpulan
Adaun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
 Terdapat beberapa Komoditi yang terdapat di Balit Sereal diantaranya yaitu  jagung, kedelai , sorghum dan tanaman sereal lainnya dengan berbagia varietas yang berbeda.dan tehnik produksi serta produksi sereal,system pertanaman yang digunakan adalah system pertanaman normal dan system pertanaman legowo (khusus).
Serta Teknik persilangan yang diterapkan adalah proses menggabungkan dua sifat yang berbeda dan diharapkan mendapatkan sifat yang baik bagi keturunannya, adapun teknik persilanagan yang digunakan di Balit Sereal Kabupaten Maros adalah menggunakan teknik peersilangan Selfing dan Crossing.
5.2    Saran
Sebaiknya dalam pelaksanaan  pratek lapang harus sesuai dengan jadwal keberangkatan yang telah ditetapkan dan sebaiknya pada saat berlangsungnya praktek lapang  itu didampingi oleh masing-masing asisten agar tetap disiplin.
5.3    Pesan dan Kesan
Pesan saya untuk praktek lapang genetika selanjutnya adalah, sebaiknya praktek lapang ini dilakukan dengan pendampingan oleh asisten saat ke lapangan dan sebaiknya praktek lapang di lakukan pada hari kerja pada Balit Sereal.
kesan saya pada saat praktek lapang adalah dapat mengenali berbagai komoditi tanaman serta memberikan pembelajaran tentang bagaimana cara persilangan tanaman pada tanaman serealia sehingga mengurangi resiko kegagalan penyilangan pada penyilangan selanjutnya.



















LAMPIRAN





























DAFTAR PUSTAKA
Jakes 2010. Principles of Genetics and Plant Breeding. Blackwell Publishing : USA. 569 hlm
Adisarwanto, T; 2005. Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008. Jagung Varietas Srikandi Kuning 1 Mengandung Protein Tinggi. Hal: 1-2.
Made, J., Mejaya, M., M. Azrai., R. Neni Iriany, (2004). Pembentukan Varietas Unggul Jagung Bersari Bebas. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, Sulawesi Selatan. Hal: 1-15.
Pitojo. S. 2003. Benih Kedelai. Kanisius. Yogyakarta. 84 hlm.
Plessis, J., 2003. Maize Production. Department of Agriculture Republic of South Africa
Rost, T. L., M. G. Barbour, C. R. Stocking, T. M. Murphy, 2006. Plant Biology, Second Edition. Thomson Brooks/Cole, Canada.
Sandra, E. 2008. Teknik Persilangan.
Soeranto, 2010. Varietas Bersari Bebas Vs Varietas Hibrida pada Jagung.
Subandi dan Zubachtiron, 2005. Teknologi Budidaya Jagung Berdaya Saing Global. Makalah, Disampaikan pada Pertemuan Pengembangan Koordinasi Agribisnis Jagung. 1-2 Agustus 2005, di Bogor.
Suprapto dan Narimah Md. Kairudin. 2007.Variasi Genetik, Heritabilitas, Tindak Gen dan Kemajuan Genetik Kedelai (Glycine max Merrill) pada Utisol. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar