Laporan
Praktek Lapang
Genetika
Tanaman
NAMA :
REYNALDI
NIM :
G111 15 073
KELAS :
GENETIKA F
KELOMPOK :
19
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Praktek lapang
adalah kegiatan yang dapat memberikan informasi kepada mahasiswa tentang ilmu
dan penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat. Praktek lapang ditujukan ke
para Mahasiswa untuk menggali lebih dalam mengenai pengetahuannya terutama
dalam bidang pertanian terkait masalah yang terjadi di lapangan dengan melihat
secara langsung jenis komoditi dan beberapa varietas yang dikembangkan baik
dalam bentuk fisologis maupun morfologinya.
Pekan Serealia Nasional
I (PSN I) menjadi strategis untuk mewujudkan visi pembangunan pertanian lima
tahun ke depan (2010-2014) yaitu “Pertanian industrial unggul berkelanjutan
yang berbasis sumber daya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai
tambah, ekspor dan kesejahteraan petani”. Oleh karena itu pelaksanaan PSN I
diharapkan dapat mendukung empat target utama pembangunan pertanian Indonesia,
yaitu: (1) Swasembada berkelanjutan dan peningkatan produksi, (2) Diversifikasi
pangan, (3) Nilai tambah daya saing dan ekspor, serta (4) Peningkatan
kesejahteraan petani.
Praktek lapang ditujukan kepada para
Mahasiswa agar dapat megetahui seluk
beluk suatu ilmu yang berhubungan dengan profesinya sehingga nantinya dapat
diaplikasikan dengan baik di tengah-tengah masyarakat yang membutuhkan ilmu
tersebut. Kegiatan ini pula di tujukan
buat para Mahasiswa untuk menggali lebih dalam mengenai pengetahuannya
terutama dalam bidang pertanian terkait masalah yang terjadi di lapangan dengan
melihat secara langsung jenis komoditi dan beberapa varietas yang dikembangkan
baik dalam bentuk fisologis maupun morfologinya
1.2
Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan
diadakannya praktikum lapang ini yaitu Agar mahasiswa dapat memahami cara
penyilangan tanaman serealia
dengan baik dan benar serta Mempromosikan
program kerja yang sedang berlangsung di Balit Sereal serta memperkenalkan
kepada praktikan tentang kualitas tanaman hasil silang.
Kegunaan
praktikum lapang ini yaitu sebagai bahan informasi mengenai kegiatan pemuliaan
tanaman serelia dan dapat
melakukan
persilangan tanaman sereal dan pembuatan varietas baru serta menjadi bahan
diskusi.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Deskripsi
BALIT SEREAL (sejarah, tujuan, fungsi, dan kegiatan)
2.1.1
Sejarah BALIT
SEREAL
Pada tahun 9174 dan 1979, Keppres
menetapkan bahwa Badan Litbang Pertanian sebagai unit Eselon I, membawahi 12
unit Eselon II, yaitu: 1 Sekretariat, 4 Pusat (Pusat Penyiapan Program, Pusat
Pengolahan Data Statistik, Pusat Perpustakaan Biologi dan Pertanian, dan Pusat
Karantina Pertanian) 2 Pusat Penelitian (Puslit Tanah dan Puslit Agro-Ekonomi),
serta 5 Pusat Penelitian Pengembangan (Puslitbang Tanaman Pangan, Puslitbang
Tanaman Industri, Puslitbang Kehutanan, Puslitbang Peternakan, dan Puslitbang
Perikanan). Pada tahun 1983 Badan Litbang mengalami perubahan dengan tambahan
data statistic pada sector bawahannya. Dalam Keppres No. 4 1990 struktur
Organisasi Badan Litbang berubah. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.
75/Kpts/OT.210/2/1991, Badan Litbang mendapat tambahan satu unit Eselon II
yaituBalai Besar Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian (BBP Alsintan) .
Dalam Keppres No. 4
1990 struktur Organisasi Badan Litbang Pertanian terdiri atas: Sekretariat,
Pusat Data Statistik, Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian,
Puslit Tanah & Agroklimat, Puslit Sosial Ekonomi Pertanian, Puslitbang
Tanaman Pangan, Puslitbang Tanaman Industri, Puslitbang Hortikultura,
Puslitbang Peternakan, dan Puslitbang Perikanan. Berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian No. 75/Kpts/OT.210/2/1991, Badan Litbang mendapat tambahan satu unit
Eselon II yaitu Balai Besar Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian (BBP
Alsintan).
Pengembangan organisasi
Badan Litbang Pertanian yang dilakukan secara berkesinambungan dan disesuaikan
dengan tuntutan perubahan dinamis dalam lingkungan strategis Penelitian
Pertanian memegang peranan penting dalam mendukung pencapaian Visi dan Misi
Badan Litbang Pertanian. Kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan
penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien dan telah dilakukan
melalui penerbitan dua peraturan, yakni Keputusan Presiden 47 Tahun 2009
tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara dan Peraturan Presiden
Nomor 24 Tahun 2010 tentang status, tugas, dan fungsi Eselon Departemen dan
Susunan Organisasi, tugas, dan Fungsi Kementerian Negara (Balite Sereal, 2010).
Pelaksanaan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61 tahun 2010 Departemen Pertanian pada
umumnya dan Badan Litbang Pertanian dan pada khususnya terus melakukan penataan
organisasi, dengan mengajukan 50 UK dan UPT Badan Litbang Pertanian untuk
mengubah nomenklatur "Departemen Pertanian" menjadi "Kementerian
Pertanian". Beberapa kondisi strategis, antara lain peningkatan tugas dan
fungsi puslitbang dan balai milik Badan Litbang Pertanian, juga untuk
memaksimalkan fungsi kebun percobaan.
2.1.2 Tujuan
menghasilkan dan mengembangkan inovasi
pertanian tropika unggul berdaya saing mendukung pertanian bioindustri berbasis
advanced technology dan bioscience, aplikasi IT, dan adaptif
terhadap dinamika iklim serta mengoptimalkan pemanfaatan inovasi pertanian
tropika unggul untuk mendukung pengembangan iptek dan pembangunan pertanian
nasional.
2.1.3 Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya, Badan
Litbang menyelenggarakan fungsi:
a.
Penyiapan perumusan kebijakan
penelitian dan pengembangan pertanian
b. Perumusan
program penelitian dan pengembangan pertanian
c. Pelaksanaan
penelitian dan pengembangan pertanian
d. Evaluasi
pelaksanaan penelitian dan pengembangan pertanian
e.
Pelaksanaan administratif Badan
2.1.4 Jenis kegiatan
a.
Penelitian genetika,
pemuliaan, perbenihan dan pemanfaatan plasma nutfah tanaman jagung, sorgum,
gandum dan serealia potensial lain
b.
Penelitia morfologi,
fisiologi, ekologi, entomologi, dan fitopatologi tanaman jagung, sorgum, gandum
dan serealia potensial lain
c.
Penelitan komponen
teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman jagung, sorgum, gandum dan
serealia potensial
d.
Pemberian pelayanan
teknik kegiatan penelitian tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia
potensial
e.
Penyiapan kerjasama,
informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil
penelitian tanaman jagung, sorgum, gandum dan serealia potensial lain
f.
Pelaksanaan urusan tata
usaha dan rumah tangga.
2.2
Deskripsi Tanaman Jagung dilokasi Praktek Lapang
Dalam upaya menggali berbagai informasi tentang
komoditi jagung di perpustakaan Balai Penelitian Tanaman Serealia
(Balitsereal), maka penulis sebagai pustakawan telah mengadakan studi literatur
dengan memanfaatkan perpustakaan Balitsereal, sebagai pusat informasi bidang
pertanian lebih khusus mengenai komoditi jagung, sorgum, terigu dan serealia
lainnny (Ambo, 2005).
Tujuannya
untuk mengetahui potensi mengenai tulisan jagung pada Balitsereal yang dapat
dimanfaatkan oleh petani dengan penentu kebijakan, sehingga upaya peningkatan
produksi jagung di dalam negeri dapat mengacu kepada teknologi jagung yang
tersedia di perpustakaan Balitseral utamanya teknology pengairan sehingga
pengembangan areal jagung dapat ditingkatkan khususnya di Kabupaten Maros.
2.2.1
Jagung Komposit
Pembentukan varietas komposit dilakukan dengan seleksi
saudara kandung (full-sib), saudara tiri (half-sib), dan persilangan dalam
(selfing). Contoh varietas jagung komposit adalah bogor harapan, Bisma, bogor
composit 2, BBMR 4, dan wonosobo (Christina Putri, 2014).
Varietas komposit dibentuk dari galur, populasi, dan
atau varietas yang tidak dilakukan uji daya gabung terlebih dahulu. Sebagian
bahan untuk pembentukan komposit berasal dari galur dan varietas. Varietas atau
hibirida dapat dimasukkan ke dalam komposit yang telah ada (Iriany, 2011).
Beberapa
varietas jagung komposit yang dihasilkan dan populer dewasa ini adalah varietas
jagung varietas Srikandi Kuning-1 dan Kuning-2 termasuk varietas terbaru hasil
penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor (Balai
Penelitian dan Pengembangan Pertanian) dan umumnya banyak dikembangkan di
Sulawesi Selatan (Balai Penelitian Tanaman Serealia). Jagung ini digolongkan
kedalam jagung bermutu dan berprotein tinggi yang memiliki Quality Protein
Maize (OPM) mencapai 10.38% dan kandung asam aminonya 2 kali lipat darijagung
biasa, umurnya relatif pendek 105-110 hari, batang tegap dan sangat kuat untuk
menopang tongkol, tahan penyakit hawar daun, cocok ditanam pada dataran rendah
dan musim penghujan (Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008).
2.2.2
Jagung hibrida
Jagung
Hibrida adalah jagung yang pada proses pembuatannya dengan cara pemuliaan dan
penyilangan antara jagung induk jantan dan jagung induk betina sehingga
menghasilkan jagung jenis baru yang memiliki sifat keunggulan dari kedua
induknya. Keunggulan jagung hibrida adalah kapasitas produksinya tinggi sekitar
8-12 ton per hektar.
Jagung hibrida bisa diperoleh dari
hasil seleksi kombinasi atau biasa disebut hibridisasi.Hibridisasi dalam
pengertian yang sederhana ialah menyerbuki bunga-bunga yang telah dikebiri
dengan tepung sari dari jenis tanaman yang dikehendaki sebagai induk jantan.
Secara konvensional hibridisasi bisa juga disebut perkawinan silang antara
tanaman yang satu dan tanaman yang lain dalam satu spesies untuk mendapatkan
genotipe (sifat-sifat dalam) yang unggul, dan biasa di sebut breeding.
Jagung hibrida merupakan generasi
pertama atau F1 dari persilangan antara dua galur.Orang yang pertama kali
menegetahui adanya kenaikan daya hasil generasi pertama dari persilangan
galur-galur pada jagung adalah Shull pada tahun 1909, dan cara-cara yang di
sarankan masih tetap di pakai hingga sekarang.Dengan demikian, langkah pertama
untuk pembuatan jagung hibrida adalah mencari dan membuat galur unggul.Cara
mencari dan membuat galur unggul adalah melaluai seleksi.Pertama-tama yang
dilakukan adalah inventarisasi varietas/spesies suatu tanaman jagung.
Makin luas atau makin banyak
koleksinya, akan makin baik karena sifat-sifat tanaman yang dikehendaki makin
banyak (beraneka ragam). Oleh sebab itu, tidak jarang para pemulia tanaman
dalam memilih bibit untuk seleksi mendatangkan jenis tanaman atau spesies dari
luar negeri.Hal ini didasarkan pada sifat tanaman itu sendiri, yakni makin
asing/jauh, makin aneh pula sifat-sifat yang dibawa oleh gen tanaman tersebut.
2.2.3
Jagung Sintetik
Varietas jagung sintetik adalah
jenis varietas bersari bebas atau komposit yang dibentuk dari hasil silang dari
sejumlah tetua galur (inbrida) murni.Galurgalur murni dihasilkan dari kegiatan
silang sendiri (selfing) beberapa generasi dari program perbaikan populasi atau
program jagung hibrida.Kegiatan pemuliaan untuk membentuk varietas sintetik
terdiri dari atas beberapa tahap yang melibatkan kegiatan evaluasi yang
menghasilkan bahan terpilih sehingga menghasilkan varietas unggul (Yasin dan
Kasim, 2005).
2.3 Tanaman Sorgum
Tanaman sorghum (Sorghum bicolor
L.) adalah tanaman sejenis biji-bijian atau serealia yang berasal dari negara
Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manuasia sebagai penghasil pangan dan
dibudidayakan di daerah kering seperti di Afrika. Dari benua Afrika kemudian
menyebar luas ke daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini memiliki adaptasi
yang luas, toleran terhadap kekeringan sehingga sorghum menyebar di seluruh
dunia. Negara penghasil utama sorghum adalah Amerika, Argentina, China, India,
Nigeria, dan beberapa negara Afrika Timur, Yaman dan Australia. Tanaman sorghum
termasuk tanaman monokotil atau tanaman dengan biji berkeping satu sehingga
tipe perkecambahan pada tanaman sorghum adalah hipogeal, yaitu pertumbuhan
memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan
muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Tanaman sorghum
tergolong tanaman menyerbuk sendiri secara alami (Soeranto, 2010).
Adapun varietas atau spesies dari
tanaman sorghum antara lain varietas Korakola, ICSV 93073, ICSV 111, UPCA S1,
dan varietas Lokal. Hasil penelitian dari balai penelitian tanaman pangan
menunjukkan bahwa beberapa varietas sorghum biji yang berpotensi tinggi antara
lain varietas Malang No. 26 yang berasal dari daerah Lumajang (Jawa Timur),
memiliki umur 110-120 hari, memiliki banyak anakan, memiliki rasa yang cukup
enak dan biji berwarna cokelat muda. Varietas Birdproff No. 65 merupakan
varietas sorghum yang berasal dari Afrika Selatan, berumur 105-115 hari,
pertumbuhan yang kuat, habitus tanaman mencapai 1,85 m, tidak memiliki anakan
atau tunas, memiliki malai buah dengan tipe agak tertutup, dan rasa agak pahit
yang dipengaruhi oleh zat atau senyawa tanin. Varietas Proteria No. 184 yang
merupakan sorghum dari Afrika Selatan, berumur 100-105 hari, memiliki
pertumbuhan yang kuat, tidak memiliki anakan, tinggi tanaman mencapai 1,4 m,
malai buah berbentuk memanjang dan tertutup, berbiji cokelat muda, dan rasa
cukup enak. Varietas Katengu No. 183 merupakan sorghum yang berasal dari Afrika
Selatan, berumur 105-115 hari, pertumbuhan yang kuat, tidak memiliki anakan,
tinggi tanaman mencapai 1,5 m, malai buah agak terbuka, berbiji putih, dan rasa
sangat enak atau pulen. Sedangkan sorghum varietas Cempaka (Ekwangit) berasal dari
Kenya dan Nairobi (Afrika) yang dapat
dideskripsikanmemiliki cirri-ciri berumur 100-110 hari,
pertumbuhan yang kuat, tinggi tanaman sekitar 2,0-2,5 m, malai buah agak tegak,
biji berwarna putih, dan rasanya kurang enak atau pahit (Jakes, 2010).
Sorghum dimanfaatkan sebagai bahan
pangan dan pakan ternak, memiliki kandungan nutrisi yang baik bahkan kandungan
proteinnya lebih tinggi daripada beras. Kandungan tersebut adalah kalori (332
cal), protein (11,0 g), lemak (3,3 g), karbohidrat (73,0 g), kalsium (28,0 mg),
besi (4,4 mg), posfor (287 mg)
dan vit B1 (0,38 mg). (Laimehewira
Jantje, 1997).
2.4 Tanaman Jewawut
Jewawut
(Setaria italica) adalah sejenis serealia berbiji kecil/millet yang pernah
menjadi makanan pokok masyarakat Asia Timur dan Asia Tenggara sebelum budidaya padi
yang dikenal orang. Tumbuhan ini adalah yang pertama kali dibudidayakan di
antara berbagai jenis millet dan sekarang menjadi millet yang terluas
penanamannya di seluruh dunia dan yang terpenting di Asia Timur. Menurut
catatan dari China yang menunjukkan paling tidak jewawut telah dibudidayakan
sekitar 6.000 tahun sebelum Masehi. Pada saat itu, jewawut menjadi satu-satunya
tanaman biji-bijian yang dibudidayakan di China (Asia Timur). Dari China,
tanaman ini kemudian menyebar ke Barat hingga mencapai Eropa pada sekitar
milenium kedua sebelum Masehi.
Penyerbukan yang dilakukan ialah penyerbukan sendiri.
Namun, dapat juga dibantu oleh angin. Bunga jantan dan betina terdapat dalam
satu tanaman sehingga proses penyerbukannya tergolong penyerbukan sendiri. Adapun
varietas atau spesies dari tanaman jewawut antara lain Pearl millet/jewawut
mutiara (Pennisetum glaucum), Foxtail
millet/jewawut ekor kucing (Setaria italica), Proso millet (Panicum miliaceum),
Finger millet atau Eleusine coracana (Haruna, 2011).
Kandungan gizi tanaman jewawut
(setaria italica) yaitu karbohidrat 84,2%, protein 10,7%, lemak 3,3%, serat
1,4%, Ca 37 mg, Fe 6,2 mg, vitamin C 2,5, vitamin B1 0,48, dan vitamin B2 0,14
(Widyaningsih dan Mutholib, 1999).
2.5 Tanaman Kedelai
Kedelai
(Glycine max (L) Merrill) mempunyai peranan cukup besar dalam memenuhi
kebutuhan gizi masyarakat.Komoditi tersebut merupakan sumber protein nabati
yang efesien dan menduduki tempat pertama diantara tanaman
kacang-kacangan.Salah satu penghambat yang dapat menurunkan produksi kedelai
adalah gangguan penyakit yang disebabkan oleh serangan jamur Sclerotium rolfsii
Sacc. Semangun (1991) mengemukakan bahwa penyakit oleh S. rolfsii Sacc
merupakan penyakit potensial pada tanaman kedelai karena tanaman yang terserang
akan mati dan patogen dapat bertahanlama di dalam tanah dalam bentuk sklerotia
(Wahyuningsih, 2005).
Penyakit
oleh S. rolfsii Sacc ini sering ditemukan serangannya pada kedelai baik lahan
kering, tadah hujan maupun lahan pasang surut dengan intensitas serangan sebesar
5-55 %. Tingkat serangan lebih dari 5 % di lapang sudah dapat merugikan secara
ekonomi, tanaman kedelai yang terserang hasilnya akan rendah atau sama sekali
gagal panen. Kehilangan hasil oleh S. rolfsii Sacc dapat mencapai 30 %,
kerugian ini sering terjadi pada lahan-lahan yang selalu ditanami tanaman
kedelai dan kacang-kacangan lainnya (Wahyuningsih, 2005).
Varietas unggul sebagai salah satu
komponen teknologi budidaya kedelai telah diakui berperan penting dalam
menopang dan meningkatkan produktivitas per satuanluas.Kesuksesan program
Revolusi Hijau beberapa puluh tahun yang lalu merupakancontoh suksesnya peran
pemuliaan tanaman. Peningkatan produksi kedelai, sebagaiakibat tersedianya
varietas unggul di Indonesia dapat dilihat pada kurun 1930 – 1950 produktivitas
rata-rata sekitar 0,5 t/ha, tahun 1950 – 1970 produktivitas meningkatmenjadi
0,7 t/ha dan pada kurun waktu 1990 produksi kedelai telah mencapai 1,1hingga
1,2 t/ha. Pada petak percobaan, hasil kedelai umumnya telah mencapai di atas2,0
ton/ha.
Hingga
November 2007, Pemerintah Indonesia telah berhasil melepas sebanyak 64 varietas
kedelai (belum termasuk yang dilepas oleh Universitas Pajajaran). Padaumumnya
varietas kedelai yang dilepas pada kurun waktu lima tahun terakhir
sebagiantelah memenuhi permintaan konsumen dan telah diarahkan untuk adaptasi
spesifik.
Pada
tahun 2001 hingga 2007, Departemen Pertanian telah berhasil melepas beberapa
varietas kedelai untuk adaptasi lahan sawah (Tabel 3), lahan kering
masam.Tingkat adopsi petani terhadap varietas unggul masih sangat lamban, oleh karena itu dilakukannya
sosialisasi varietas perlu dilakukan secara intensif. Diharapkan pula para Petani
di Provinsi Jambi telahmelakukan penanaman varietas unggul Wilis, Slamet,
Baluran dan Anjasmoro dengantingkat hasil antara 1,0 – 1,80 t/ha (Adisarwanto
et al, 2007).
2.6 Teknik Persilangan Jagung
Persilangan adalah suatu teknik
mengawinkan bunga dengan meletakkan pollen atau serbuk sari pada stigma (lubang
atau rongga yang dangkal berisi cairan kental agak lengket sebagai tempat
meletakkan pollen dan masuknya tabung pollen ke dalam ovari (bakal buah) pada
waktu polinasi/penyerbukan.Dikenal 3 macam persilangan, yaitu perkawinan
sendiri (selfing), perkawinan dengan saudara kandung (sibbing), dan perkawinan
silang (crossing).Jika persilangan dilakukan siang hari, putik mengering
sehingga tidak akan terjadi pembuahan, kalaupun terjadi pembuahan kualitas buah
tidak maksimal. Umur bunga satu atau dua hari hingga lima minggu setelah mekar
(Sandra, 2008).
2.6.1 Selfing
Selfing
adalah persilangan yang dilakukan terhadap tanaman itu sendiri.Perkawinan
dengan meletakkan pollen pada stigma yang berasal pada satu bunga, satu
tanaman, tetapi masih dalam satu spesies. Artinya, tidak ada perbedaan antara
genotipe kedua tanaman yang disilangkan (Sandra, 2008).
2.6.2 Sibbing
Keragaman
genetik (genetic diversity) merupakan faktor yang sangat penting dalam
pembuatan hibrida. Galur-galur yang dibuat dari sumber yang sangat berbeda,
selalu menghasilkan hibrida yang lebih baik dibandingkan dengan galur-galur
yang berasal dari varietas yang mempunyai hubungan dekat. Galur-galur yang
dipakai dalam pembuatan hibrida pada umumnya dibentuk dengan persilangan dalam
atau persilangan saudara kandung (sibbing). Pada persilangan saudara kandung, tepung
sari tersebut berasal dari tanaman lain tetapi dalam galur yang sama (Sandra,
2008).
2.6.3 Crossing
Crossing
atau pembastaran adalah persilangan antara dua individu yang berbeda karakter
atau genotipnya. Perkawinan dengan meletakkan pollen pada stigma yang berasal
dari dua jenis bunga yang berbeda pada spesies yang sama baik.Tujuan melakukan
persilangan adalah untuk menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu genotipe
baru, memperluas keragaman genetik, dan menguji potensi tetua (Sandra, 2008).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari
Sabtu, tanggal 1 Mei 2016. Pada pukul
10.00 sampai 13.00 WITA. Bertempat di Balai Penelitian Tanaman Serealia,Jl. Dr.
Ratulangi No. 27, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
3.2 Metode Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan praktikum
dilakukan di dua tempat, yaitu pertama di dalam ruangan dan setelah itu di
lapangan.
3.2.1 Dalam Ruangan
Dalam ruangan diadakan kegiatan
diskusi dan presentasi mengenai jenis jagung dan cara penyerbukannya. Kemudian
praktikan mendengarkan penjelasan dari narasumber, mencatat hal-hal penting,
bertanya mengenai penyerbukan tanaman jagung, dan menjawab pertanyaan.
3.2.2 Lapangan
Di lapangan
terjadi kegiatan praktikum, sebagai berikut:
1. Praktikan mendengarkan
penjelasan dan mengamati cara penyerbukan silang dan penyerbukan selfing pada
tanaman jagung.
2. Praktikan memberi
pertanyaan mengenai cara penyerbukan yang dilakukan pada tanaman jagung.
3. Praktikan
melakukan penyerbukan pada tanaman jagung.
4. Praktikan mendengarkan
penjelasan mengenai keunggulan tanaman hibrida dan komposit pada jagung dan
sorgum.
5. Praktikan
mengisi lembar kuesioner.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
a. Foto Jagung Hibrida
b. Foto
Perbandingan Komoditas
c. Teknik
persilangan yang diterapkan adalah proses menggabungkan dua sifat yang berbeda
dan diharapkan mendapatkan sifat yang baik bagi keturunannya, adapun teknik
persilanagan yang digunakan di Balit Sereal Kabupaten Maros adalah menggunakan
teknik peersilangan Selfing dan Crossing.
d. FotoTeknikPersilangan
4.2
Pembahasan
Dari hasil yang diperoleh pada saat
dilaksanakannya praktikum lapang di Balai Serealia,Maros yaitu adanya beberapa
komoditi yang dijumpai yaitu jagung, kedelai, sorgum
dan tanaman sereal lainnya. untuk komoditi jagung ada beberapa varietas
yang diperkenalkan dan dibudidayakan dan jenis jagung Hibrida,
komoditas lainnya yaitu jagung JH-45, JH-36, JH-22 AGRITAN, SUPER-1, SUPER-2
dan berbagai jenis jagung atau komoditi jagung lainnya.pola tanam yang digunakan yaitu adalah pola tanam
normal dan pola tanam legowo. Untuk tehnik produksi sereal, pola tanam normal
jarak tanam yang digunakan yaitu 75 x 20 cm dan 75 x 40 cm. dan pola tanam
legowo yaitu 100-50 x 20 dan 100-50 x 40 cm. system pola tanam legowo digunakan
pada komoditas kedelai dan sorgum.dan untuk pemakaian pupuk dilakukan sebanyak
2x dengan menggunakan dosis 300 urea dan 400 ponska.
Untuk tehnik penyilangan yang
digunakan terdiri dari 3 tehnik yaitu tehnik
Selfing yaitu penyerbukan pada jantan dan betina pada varietas yang sama
dan tehnik yang ke dua yaitu tehnik
Crossing yaitu penyerbukan pada jantan dan betina dengan varietas yang
berbeda dan tehnik Sibbing yaitu
tehnik persilangan atau penyerbukan saudara.
Persilangan
adalah suatu teknik mengawinkan bunga dengan meletakkan pollen atau serbuk sari
pada stigma (lubang atau rongga yang dangkal berisi cairan kental agak lengket
sebagai tempat meletakkan pollen
dan Dikenal 3 macam persilangan, yaitu perkawinan
sendiri (selfing), perkawinan dengan saudara kandung (sibbing), dan perkawinan
silang (crossing).Jika persilangan dilakukan siang hari, putik mengering
sehingga tidak akan terjadi pembuahan, kalaupun terjadi pembuahan kualitas buah
tidak maksimal. Umur bunga satu atau dua hari hingga lima minggu setelah mekar
(Sandra, 2008).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adaun kesimpulan dari praktikum ini
adalah :
Terdapat beberapa Komoditi
yang terdapat di Balit Sereal diantaranya yaitu jagung, kedelai , sorghum dan tanaman sereal
lainnya dengan berbagia varietas yang berbeda.dan
tehnik produksi serta produksi sereal,system pertanaman yang digunakan adalah
system pertanaman normal dan system pertanaman legowo (khusus).
Serta
Teknik
persilangan yang diterapkan adalah proses menggabungkan dua sifat yang berbeda
dan diharapkan mendapatkan sifat yang baik bagi keturunannya, adapun teknik
persilanagan yang digunakan di Balit Sereal Kabupaten Maros adalah menggunakan
teknik peersilangan Selfing dan Crossing.
5.2 Saran
Sebaiknya
dalam pelaksanaan pratek lapang harus
sesuai dengan jadwal keberangkatan yang telah ditetapkan dan sebaiknya pada
saat berlangsungnya praktek lapang itu
didampingi oleh masing-masing asisten agar tetap disiplin.
5.3 Pesan dan Kesan
Pesan saya untuk praktek lapang genetika selanjutnya
adalah, sebaiknya praktek lapang ini dilakukan dengan pendampingan oleh asisten
saat ke lapangan dan sebaiknya praktek lapang di lakukan pada hari kerja pada
Balit Sereal.
kesan saya pada saat praktek lapang adalah dapat
mengenali berbagai komoditi tanaman serta memberikan pembelajaran tentang
bagaimana cara persilangan tanaman pada tanaman serealia sehingga mengurangi
resiko kegagalan penyilangan pada penyilangan selanjutnya.
LAMPIRAN
DAFTAR
PUSTAKA
Jakes 2010. Principles of Genetics
and Plant Breeding. Blackwell Publishing : USA. 569 hlm
Adisarwanto, T; 2005. Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008. Jagung Varietas Srikandi Kuning 1 Mengandung Protein Tinggi. Hal:
1-2.
Made, J., Mejaya, M., M. Azrai., R. Neni Iriany, (2004). Pembentukan Varietas Unggul Jagung Bersari
Bebas. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, Sulawesi Selatan. Hal:
1-15.
Pitojo. S. 2003. Benih Kedelai.
Kanisius. Yogyakarta. 84 hlm.
Plessis, J., 2003. Maize
Production. Department of Agriculture Republic of South Africa
Rost, T. L., M. G. Barbour, C. R. Stocking, T. M. Murphy, 2006. Plant Biology, Second Edition. Thomson
Brooks/Cole, Canada.
Sandra, E. 2008. Teknik Persilangan.
Soeranto, 2010. Varietas Bersari
Bebas Vs Varietas Hibrida pada Jagung.
Subandi dan Zubachtiron, 2005. Teknologi Budidaya Jagung Berdaya Saing Global. Makalah,
Disampaikan pada Pertemuan Pengembangan Koordinasi Agribisnis Jagung. 1-2
Agustus 2005, di Bogor.
Suprapto dan Narimah Md. Kairudin. 2007.Variasi Genetik, Heritabilitas,
Tindak Gen dan Kemajuan
Genetik Kedelai
(Glycine max Merrill) pada Utisol. Jurnal
Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar